Jakarta, Kompas - Anak cerdas dan berbakat istimewa yang ber-IQ di atas 125 membutuhkan pelayanan pendidikan khusus. Tidak sebatas percepatan studi, tetapi yang lebih penting adalah pengembangan secara maksimal potensi diri mereka. Seperti diberitakan sebelumnya, baru 9.551 siswa cerdas dan berbakat istimewa mendapat layanan khusus di sekolah.
Diperkirakan ada 2,2 persen anak usia sekolah atau 1,05 juta anak sekolah memiliki kualifikasi cerdas istimewa. Sekretaris Jenderal Asosiasi Penyelenggara, Pengembang, dan Pendukung Anak Cerdas dan Berbakat Istimewa, yang juga pengajar di Universitas Negeri Jakarta, Amril Muhammad mengatakan, berbeda dengan anak berkebutuhan khusus yang mendapat pelayanan melalui sekolah luar biasa (SLB) dan anak normal di sekolah umum, anak cerdas dan berbakat istimewa belum mendapat pelayanan terbaik.
Beragam pilihan
Pelayanan terbaik itu bisa beragam bentuk. Tahap awal, kecerdasan dan bakat anak dinilai. Nilai itu dijadikan dasar penyusunan program individual oleh guru dan psikolog pendamping. Jenis pelayanan yang ada baru kelas akselerasi di 318 sekolah. Padahal juga dibutuhkan penguasaan substansi. Adapun kemampuan verbal dan komunikasi juga harus baik agar apa yang mereka sampaikan mewakili kecerdasan mereka. Program pengayaan juga dibutuhkan sesuai dengan minat anak.
Dia menyarankan, setiap kota dan kabupaten setidaknya memiliki satu sekolah khusus anak cerdas dan berbakat, tidak perlu mahal, tetapi dikelola guru yang kompeten dan kreatif. ”Anak-anak itu butuh ruang berekspresi dan bereksperimen sesuai kecerdasan dan bakatnya. Lepas dari kekakuan birokratisasi pendidikan,” ujarnya.
Kurang terasah
Fisikawan Prof Yohanes Surya, kemarin di hadapan para guru di Surabaya pada seminar motivasi yang diadakan harian Surya dan majalah Kuark, mengatakan, potensi ribuan anak genius kurang terasah baik. Diduga beberapa penyebabnya adalah karena pengajaran kurang baik dan pelajar kurang dimotivasi agar mengeluarkan kemampuan terbaik.
Surya mengatakan, penelitian di dunia menyebutkan, ada satu orang genius dari setiap 11.000 orang. Jadi dari 230 juta penduduk Indonesia, ada sekitar 20.900 orang jenius. ”Mereka punya IQ minimal 160 atau setara Einstein,” ujarnya.
Anak Indonesia yang semula tak pernah menang kompetisi tingkat dunia kini sering memetik medali emas pada kompetisi sains dunia. Dia membuktikan itu dengan mendidik anak-anak pedalaman Papua. ”Mereka perlu motivasi untuk memunculkan kemampuan terbaik. Manusia secara naluriah perlu berada dalam kondisi kritis untuk bisa mengeluarkan potensi terpendamnya,” ujarnya. (INE/RAZ)