Bagi saya, menulis adalah cara terbaik seseorang untuk mempraktikkan "reading comprehension". Menulis dapat membantu seseorang untuk mengonstruksi pemahamannya. Dengan melatih seorang anak untuk menuliskan pemahaman atas buku yang dibacanya, anak akan berlatih keras menstrukturkan pemikiraannya. Ini akan berakibat pada kemampuan lisannya.
Ada beberapa aturan yang perlu diperhatikan agar anak didik dapat melakukan kegiatan yang saya maksud.
Pertama, anak didik perlu dibimbing dalam membaca secara "ngemil". Jangan membaca terlalu banyak. Setiap anak punya kemampuan berbeda-beda dan setiap buku memiliki kesulitannya sendiri-sendiri. Mulailah dengan membaca 1 halaman, lalu berhenti dan merenungkan bacaannya. Lalu hasil renungan itu dituliskan. Mintalah anak merasakan kegiatan membacanya, apakah memberikan manfaat?
Kedua, ajarilah mereka menulis subjektif. Biasanya di sekolah, anak senantiasa ditekan untuk menulis objektif. Nah, untuk keperluan "reading comprehension" ini, biarkan mereka menulis subjektif. Gunakan kata ganti orang pertama setiap mengawali menulis: "Aku baru saja membaca halaman 25 buku pelajaran X, apa yang kudapat?" Dengan menulis cara seperti ini, dirinya dilibatkan dalam baik kegiatan membaca dan menulis.
Ketiga, minta setiap anak didik punya portofolio atau buku catatan yang menyimpan tulisan-tulisan mereka terkait dengan buku yang mereka baca. Evaluasi setiap minggu dan bulan. Anda, sebagai guru, dapat menunjukkan KEKaYAAN yang mereka miliki. Ada bermacam-macam buku yang mereka baca, dan kegiatan membaca mereka tak sia-sia karena ada hasilnya. Apa hasilnya? Tulisan subjektif mereka yang terdokumentasi di portofolio atau buku catatan mereka.
Dulu itu saya lakukan ketika saya mengajar bahasa dan sastra Indonesia di SMA Plus Muthahhari. Saya mengamalkan kata-kata Sayyidina Ali, "Ikatlah ilmu dengan menuliskannya."
Salam
Hernowo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar