Seminggu yang lalu, takkala Ujian Nasional berlangsung Televisi menayangkan bukti-bukti “hasil kerja keras” teman-teman guru dan anak-anak saya saat mengerjakan soal Ujian Nasional.
Terlihat seorang pak guru keliling memberikan kunci jawaban kepada murid-muridnya, dan begitu banyaknya anak-anak saya yang sibuk ber sms ria untuk memperoleh kunci jawaban UN.
Sedih hati ini, melihat hal tersebut berulang dan berulang kembali. Seolah-olah apa yang terjadi adalah hal yang harus dilestarikan dan bukanlah sesuatu yang tabu, bahkan kalau boleh saya katakan “haram” walaupun sampai detik ini tak ada dalil dalam Al Quran yang mengharamkan NYONTEK dan memberi CONTEKAN.
Saya pun mengalami hal yang sama, sebagai panitia UN saya hanya bisa memberitahu dan mengingatkan anak-anak untuk tidak menyontek dan mencari contekan. Kenyataan pengawas ujian menemukan kertas kecil-kecil yang bertuliskan huruf a,b,c, dan d mulai dari no 1 sampai dengan 40. Ketika ditanya dari mana jawaban itu anak-anak menjawab dari teman di alun-alun, dari sms, dari pak guru di sekolah anu, bahkan ada yang bilang dari tukang bakso depan sekolah. Ironis memang, mungkin 80% anak-anak tak peduli dengan apa yang saya katakan karena mereka takut tak lulus.
Terus terang, menghadapi hal tersebut saya gagal sebagai guru, saya tidak bisa mendidik dan mengajarkan anak untuk berbuat yang baik dan benar, namun dalam hati saya juga tak bisa menyalahkan diri sendiri karena tanggung jawab terbesar dalam dunia pendidikan ada ditangan orang tua. Saya sebagai guru hanya membantu, mencarikan jalan, dan melayani anak-anak penerus bangsa.
Minggu ini saya kembali masuk kelas untuk memberikan semangat dan dorongan kepada anak-anak untuk berjuang dalam ujian sekolah dan ujian praktik. Saya berikan gambaran orang-orang yang sukses itu dimulai dari nol, kerja keras, jujur, prihatin, dan selalu berusaha untuk berbenah diri, tapi saya terhenyak ketika ada anak yang mengatakan :
“ Bu, tenanglah pasti kami lulus semua karena nyatanya tahun lalu kakak-kakak kelas yang ga pernah sekolah dan nilai pra un jelek juga lulus. Antasari Azhar yang katanya ketua KPK ternyata juga pembunuh” kata salah seorang anak.
Ya Alloh, ya Tuhanku
saya tak bisa bicara lagi
siapa yang mau jadi panutan anak-anak
kalau pejabat di atas sana sedang bermasalah ?
Memang belum ada putusan pengadilan
yang berkuatan hukum tetap,
tetapi stempel pembunuh sudah melekat pada Mr AA.