Sambil duduk memandang alam yang indah sekitar danau yang luas tersebut, di tengah hembusan angin dingin dari atas bukit, sang ilmuwan pun bercakap cakap dengan tukang perahu ;
“wahai tukang perahu saya ingin bertanya, apakah kamu tahu ilmu berhitung ?
Yah, kalau hitung menghitung mah, saya juga tahu, setidaknya saya tahu menghitung berapa uang penghasilan saya hari ini
Hmm, gumam sang ilmuwan, yah lumayan lah kamu sedikit tahu ilmu berhitung, bermanfaat untuk hidupmu.
Bertanya lagi sang ilmuwan, apakah kamu tahu juga ilmu alam ?
Wah, kalau ilmu alam, saya tak tahu, kata tukang perahu
Kasihan juga kau tukang perahu tak tahu ilmu alam, kau tak bisa mengerti alam dan bagaimana cara menghadapinya. Tak tahu ilmu alam, berarti juga engkau telah merugi seperempat hidupmu, karena kau tak tahu bagaimana memahami alam, kata sang ilmuwan.
Tukang perahu, tak mengerti apa maksud sang ilmuwan, ia merugi hidupnya karena tak tahu ilmu alam, apa hubungannya ? kok hidupnya dikatakan merugi ?
Bertanya lagi sang ilmuwan, apa kamu tahu ilmu ekonomi-bisnis ?
Ilmu ekonomi, ilmu apalagi tuh, kata tukang perahu bingung, nggak tahu saya mah,
Wah, tak tahu juga kamu, ilmu ekonomi, rugi sekali, bagaimana kamu bisa jadi kaya, kalau tak tahu ilmu ekonomi, telah rugi pula seperempat hidupmu.
Tukang perahu, tambah tak mengerti lagi, kalau ia dianggap orang yang merugi karena tak tahu ilmu2 tsb, tapi sekali lagi katanya peduli amat deh, yang penting mah saya masih bisa cari makan.
Selanjutnya bertanya lagi sang ilmuwan, apa kamu tahu ilmu hukum ?
Wah, apalagi itu ilmuwan, saya mah nggak ngerti ilmu hukum?, kata tukang perahu.
Engkau tak tahu pula ilmu hukum, berarti telah merugi pula seperempat hidupmu.
Sungguh menyedihkan, kau tak banyak tahu mengenai ilmu pengetahuan, kau tak mengerti alam, tak bisa mencari kekayaan dan tak tahu mengenai hukum, kamu benar2 orang yang merugi. Kalau digabungkan semuanya, berarti telah merugi ¾ hidupmu karenanya, kata sang ilmuwan.
Saya ini tahu semua ilmu2 yang penting, tempat bertanya semua orang, sangat beruntung hidup saya ini karenanya, dan kamu karena tak tahu banyak ilmu, hidupmu hanya jadi tukang perahu saja, tak ada kemajuan, sungguh merugi kau tukang perahu, tak banyak ilmu, kata sang ilmuwan dengan sombongnya. Sang tukang perahu hanya bisa terpana saja, mendengar ucapan sang ilmuwan.
Tapi tukang perahu, tak ambil pusing dengan semua apa yang dikatakan sang ilmuwan tadi, yang penting ia masih bisa hidup dan mencari pencaharian untuk keluarganya dengan membawa perahu tersebut.
Tukang perahu pun terus mendayung perahunya, tak mengacuhkan sang ilmuwan, yang sudah tak banyak omong lagi. Perahu pun terus melaju di tengah danau luas tersebut, sampai suatu saat tampak cuaca berubah, langit menjadi gelap, angin bertiup kencang, seperti hendak terjadi hujan deras dan angin kencang.
Tukang perahu pun bertanya pada sang ilmuwan, wahai ilmuwan, nampaknya cuaca saat ini buruk sekali, air permukaan danau mulai bergelombang kencang, perahu kita bisa tenggelam, kita harus berenang untuk menyelamatkan diri, engkau bisa berenang kan ? kata tukang perahu pada sang ilmuwan.
Apa, ilmu berenang ? Aku tak bisa berenang, kata sang ilmuwan.
Ahh, tak bisa berenang, kaget juga tukang perahu, bukan nya kamu ilmuwan, tahu semua ilmu, matematik, fisika, ekonomi dll, tapi kenapa kok ilmu berenang tak bisa ?, kata tukang perahu dg heran nya..
Sang ilmuwan pun jadi malu karena nya, mendengar ucapan tukang perahu.
Tapi ia sekarang jadi takut, karena perahu tambah oleng hampir tenggelam.
Sang tukang perahu pun berkata, wahai sang ilmuwan, engkau berkata aku telah rugi ¾ hidup ini karena tak tahu ilmu alam, ekonomi dan hukum, sedangkan engkau akan mati tenggelam karena tak bisa berenang, bila perahu ini tenggelam, berarti engkau akan merugi sepenuh hidupmu karena tak bisa berenang.
Sang ilmuwan pun, hanya bisa diam terpaku setengah mati, mendengar ucapan sang tukang perahu
Betapa semua ilmunya tak berguna sama sekali saat ini, hanya karena ia kurang satu ilmu lagi, tak bisa berenang….
Cerita tersebut saya dengar dari seorang pengembara dari Bangladesh yang bepergian dari mesjid ke mesjid. Saya mendengarnya di sebuah mesjid di Abu Dhabi, di tengah jalan pengembaraan nya.
Kemudian ia menjelaskan, hikmah dari kisah tersebut ;
Ilmu2 yang dikatakan oleh ilmuwan tadi seperti ilmu alam, ekonomi dan hukum, hanyalah sekedar perumpamaan dari ilmu2 keduniaan, yang biasa kita gunakan untuk mencari kekayaan material dalam hidup ini. Sedangkan ilmu berenang adalah ilmu hakikat kehidupan, ilmu agama /ukhrowi, ilmu yang menjelaskan mengenai kehidupan ini, apa tujuan hidup, bagaimana kita menjalaninya dan apa pula persiapan kita menghadapi kehidupan di masa depan dan akhirat kelak. Sebanyak apapun kita memiliki ilmu dunia, tak ada artinya kalau tak memiliki ilmu agama.
Kita menguasai semua ilmu2 dunia dan bisa menguasai dunia ini karena nya, tapi tak ada artinya saat kita meninggalkan dunia yang fana ini. Tak mengerti ilmu agama, ilmu tentang hakikat kehidupan, adalah bagaikan orang yang tak bisa berenang, ia akan tenggelam saat mengarungi samudra luas kehidupan ini…
Hakikatnya semua ilmu sama penting nya. Tapi tanpa mengetahui ilmu hakikat kehidupan, semua ilmu itu jadi tak berarti. Utamanya semua dari kita perlu memiliki ilmu hakikat kehidupan, setelah itu lah baru lah kita cari ilmu yang lain nya, karena agama pun menganjurkan kita untuk selalu mencari ilmu sebanyak mungkin. Bukan begitu sahabatku?