Jika kita mengamati kegiatan ESQ, sekalipun ESQ banyak memberikan tuntunan dalam agama Islam, namun ia terbuka bagi siapa saja, dan mengganggap semua agama adalah sama. ESQ sebagaimana tujuan lembaganya, adalah bukan lembaga dakwah Islam, tetapi lembaga training motivasi bisa diikuti oleh siapa saja, tetapi isinya persoalan spiritual dan agama Islam.
Tidak mengenal jin dan syetan, tetapi energy negatip.
NAM tidak mengenal jin, syetan maupun mahluk halus lainnya yang dalam agama Islam merupakan tokoh-tokoh penjerumus masuk neraka. Segala sesuatu yang buruk atau yang dapat memberikan efek buruk pada manusia disebut energy negatip. Seperti merasa bersalah, merasa berdosa, marah, benci, dengki, dan sebagainya. Karena itu bentuk energy negatip ini harus dihindari. Sebaliknya apabila seseorang sudah mempunyai jiwa yang bersih, dan mampu mengembangkan sifat-sifat positip maka manusia tidak lagi mempunyai sifat-sifat yang buruk. Kepercayaan seperti ini tentu bertentangan dengan temuan-temuan ilmiah pada perkembangan perilaku manusia, baik psikologi, psikiatri, dan pedagogi. Karena pada dasarnya manusia mempunyai keterbatasan-keterbatasan, bahkan dalam ilmu kedokteran psikiatri dan neurologi dikenal adanya orang-orang yang mempunyai gangguan perilaku dan mental akibat masalah perkembangan neurologisnya diluar kuasa dirinya. Dengan demikian NAM telah menisbikan keanekaragaam anak yang lahir.
Bila kita menelaah buku ESQ for teens, kita juga tidak akan menemukan ajaran-ajaran tentang adanya syetan dan jin ini. Yang ada adalah ajaran tentang energy negatip yang harus disingkirkan, dan meningkatkan energy positip yaitu energy spiritual yang dipercayanya sudah ada di dalam setiap diri manusia berupa Asmaul Husna.
Tidak mengenal dosa dan pahala, baik dan buruk.
NAM memang tidak mengenal dosa dan pahala, ia lebih mengenal adanya karma yang diadopsinya dari agama Hindu. Manusia yang sudah diaktivasi universe wisdom dan mengenal Tuhan ada dalam dirinya dipercaya tidak akan berbuat dosa – karena sifat-sifat universe wisdom dipercaya adalah sifat-sifat luhur. Sehingga yang ada bukan baik dan buruk, dosa dan pahala, tetapi relatif tergantung dari tinggi rendahnya energy spiritual yang dimilikinya.
Dosa dan merasa berdosa adalah energy negatip yang dapat merusak energy positip – karena itu merasa berdosa ini harus dihindari. Bila kita telaah dalam buku ESQ for Teens ini memang ESQ tidak mengajarkan mana dosa dan mana pahala. Justru mengajarkan agar menghindari merasa berdosa. Misalnya dijelaskan oleh ESQ bahwa umumnya kita melaksanakan ibadah shalat adalah karena takut akan dosa yang mana hal itu tidak benar, padahal menurutnya lagi ibadah shalat adalah untuk membangun energy positip – energy spiritual.
Tidak mengenal imam tetapi guru atau master training
Lembaga-lembaga pengajaran NAM tidak mengenal imam, pastur, maupun pendeta, yang ada adalah guru spiritual, atau para master yang menjadi trainer. Metoda yang paling banyak digunakan dalam training motivasi adalah Neurolinguistik Programing. Praktek training yang bisa kita lihat di youtube yang banyak jumlahnya dan dikeluarkan oleh lembaga ESQ nampak sekali bahwa cara penyampaiannya menggunakan metoda NLP.
Berbeda dengan agama pagan (indigeneus religion)
Selama ini yang kita pahami adalah agama Islam bersinkretik dengan agama pagan (agama asli) Indonesia, yaitu agama Islam yang masih diwarnai dengan upacara-upacara ritus lintas, sesajian, dan kepercayaan pada jimat, amulet, patung, keris, dan sebagainya. Sekalipun NAM juga banyak menggunakan amulet yang diinterpretasi mampu meningkatkan energy positip maupun melindungi body-mind-soul terhadap energy negatip, namun umumnya NAM memang tidak menyembah berhala dan tidak memberikan sesajian. Sehingga jika kita melihat pergerakan NAM kita sering menyangka bahwa apa yang disajikan adalah bentuk pengembangan agama secara moderen. Ia juga tidak terkesan praktek klenik karena tidak mempunyai upacara-upacara dan pakaian-pakaian sebagaimana simbol agama pagan dalam praktek pengobatan. Ia terkesan merupakan penyampaian agama secara moderen karena menyajikan dengan teknologi komputer, suasana hangat, musik, lampu-lampu, pakaian rapih bergaya eropa menggunakan jas dan dasi, moderen, dan terkesan ilmiah. Bahkan terkesan lebih bijak terhadap lingkungan dan alam raya karena diselipi dengan film2 alam raya, hutan, lautan, bunga, bahkan luar angkasa. Sehingga tidak heran jika kita dapat menemukan ada resensi buku ESQ dari Pustaka Iptek yang berbunyi demikian:
"Inti dari buku ini adalah untuk menjadi seorang yang sukses, tidak hanya dibutuhkan intelegensi yang tinggi tapi juga kecerdasan emosi yang tidak hanya berorientasi pada hubungan antar manusia semata tapi juga didasarkan pada hubungan manusia dengan Tuhannya. Buku ini mensinergikan kebenaran ajaran Islam dengan penemuan ilmiah dan teori-teori dari para pakar ilmu pengetahun di "Barat", khususnya ilmuwan di bidang EQ atau kecerdasan emosi".
Buku yang perlu dibaca, tidak hanya oleh kalangan agamawan atau ilmuwan tetapi juga oleh masyarakat umum. Dan hendaknya dijadikan bahan acuan pemikiran dan langkah bagi masyarakat Indonesia pada umumnya dan umat Islam khususnya demi kemajuan bangsa dan negara secara keseluruhan.
Bukan gerakan kelompok radikal tetapi gerakan spiritual radikal
NAM bukanlah gerakan kelompok radikal, tetapi merupakan gerakan spiritual radikal yang mempercayai adanya kekuatan dahsyat yang tersembunyi dalam diri setiap manusia.
Dalam membaca buku ESQ for teens 3 ini, saya menilai kelihatannya reinterpretasi ini sangat tersistem, jadi saya tidak yakin kalau perubahan itu hanya kesalahan redaksi saja. Sebab dari depan hingga ke belakang buku, jelas alurnya, semua terbuntel dalam suatu pesan yang justru jauh dari keimanan Islam itu sendiri.
Lalu apa yang mau diambil hikmahnya, jika yang mendapatkannya adalah anak-anak muda bahkan dari SD sudah dijejali yang salah?
Mengapa salah? Jelas salah, jika dilihat dari sudut keilmuan psikiatri dan psikologi saja salah, bukan hanya dari sudut moral, apalagi agama Islam. Karena ajaran ini ekstrim - radikal, tidak memperkenalkan mana yang baik dan mana yang buruk, tidak memperkenalkan pahala dan dosa, sehingga kelak anak didik kita tidak bisa lagi membedakan mana yang salah dan mana yang benar. Hal ini bisa runyam. Apalagi di dalam buku itu selalu ditekankan bahwa jangan mendengarkan apa kata orang, dengarkan suara hati, sebab suara hati sumbernya dari Asmaul Husna, sifat-sifat Tuhan yang mulia.
Ajaran ini merupakan ajaran spiritual radikal, yang menjanjikan manusia bisa mempunyai energy spiritual dahsyat, yang bersumber dari Asmaul Husna, yang merupakan sifat-sifat yang luhur. Dengan begitu setiap anak muda Indonesia kelak merasa dirinya mempunyai sifat-sifat luhur, padahal realita tidak benar. Setiap manusia mempunyai sifat-sifat baik dan buruk dan mempunyai keterbatasan-keterbatasan. Jelas, ajaran ini bisa membawa pada anak-anak didik kita menjadi anak yang tidak bisa mengembangkan konsep diri yang benar. Akan tetapi dapat membawa pada masalah perilaku karena berkembangnya megalomania. Yang punya bakat schizophrenia justru akan mendapatkan trigger mengembangkan bakat wahamnya (pemikiran yang dirasanya benar padahal realita tidak benar).
Memperbaiki buku ESQ bukan berarti memperbaiki redaksinya, tetapi perlu memperbaiki persoalan keimanan yang paling mendasar terlebih dahulu. Saya lebih cenderung menyarankan sekolah-sekolah dan orang tua lebih kritis dalam menghadapi tawaran ini. Apa kurangnya pengajaran agama Islam kita dalam memberikan dasar-dasar keimanan dan moral?
Mudah-mudahan sedikit sumbangan saya ini bisa bermanfaat, dan mengajak teman-teman semua untuk lebih kritis dalam memberikan bimbingan dan tawaran-tawaran kepada anak-anak didik kita.
Salam,
Julia Maria van Tiel
Antropologi kesehatan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar