Minggu, 30 Mei 2010

Skandal Belajar

(HumoR)

Seorang mahasiswi seksi yang terancam gagal ujian mendatangi kantor dosennya yang masih muda. Dia melirik ke sekililingnya sebentar, menutup pintunya, dan langsung berlutut di hadapan sang dosen sambil memohon.

"Pak Dosen, Saya bersedia melakukan apapun juga agar lulus ujian….", ujarnya sambil melirik genit.

Lalu sang mahasiswi mendekat ke arah dosennya, menyibakkan rambutnya, menatap matanya penuh arti. "Kalau Bapak masih belum mengerti maksud saya…" bisiknya, "Saya bersedia melakukan apapun, apa saja yang Bapak mau…"

Dosen muda tadi membalas tatapannya, "Apapun?"

"Apapun!", jawab sang mahasiswi secepatnya.

Suara dosen itu melembut, "Apapun?"

"Apapun…."

Akhirnya Pak dosen berbisik, "Maukah kamu……… belajar?"

Belajar Beradab dari Kera

(sebuah intermezo dari video)

Kera bisa belajar satu sama lain, mengamati dan mengambil kesimpulan, bertindak bersama. Mereka mampu berburu menggunakan lembing buatannya sendiri, lengkap dengan metode kerjanya yang sangat rumit. Tak hanya di situ, kera bisa menciptakan budaya, bekerjasama, bahkan berkabung bersama.

Kera tak hanya bisa hanya meminta bantuan... tapi juga mampu berinisiatif menawarkan bantuan. Kera juga bisa merasa frustasi dan sengaja melakukan sabotase sewaktu merasa diri tidak mendapat keadilan. Semakin jauh, video ini kemudian memperlihatkan sebagian kera yang memiliki kemampuan intelenjensia luar biasa -- layak disebut
jenius ala kera. Ada yang mengenali ribuan kata bahasa dan bunyi kalimat manusia, memahami angka-angka latin, bahkan menentukan jumlah satuan makanan yang seekor kera rela untuk dibagikan ke kera lainnya. Persis seperti di dalam kelompok manusia, ada sebagian kera yang memiliki kemampuan intelejensia lebih tinggi dibanding sebagian besar lainnya.

Kita jadi bisa membayangkan, dengan seluruh kemampuan berpikir dan bersosialisasi, bangsa kera mampu mengembangkan peradabadan seperti manusia. Namun mengapa kera sampai sekarang tak kian berkembang seperti bangsa manusia?

Emosional Tanda Tak Beradab


Nyatanya, tak seperti manusia, simpanse paling pintar sekalipun tidak sering mempergunakan akalnya, paling tidak jauh lebih jarang dibanding kita. Video ini memperlihatkan bahwa kera memiliki masalah emosional. Mereka sangat mudah marah, bertindak mengikuti hawa nafsu dan emosinya.

Dengan kebiasaan cepat bertindak secara tiba-tiba menurut gerak hati, impulsif, kera tak mampu belajar dengan tekun. Tidak seperti manusia, bangsa kera tidak pernah bertambah pintar mengelola perasaan hati. Yang menarik, kera bisa jadi jauh lebih mengendalikan emosi, bersikap tenang, sewaktu diajak menggunakan keterampilan yang diajarkan manusia. Ini mengingatkan kita bahwa kalangan terpelajar mampu bertindak secara lebih beradab, taktis, dan akhirnya menguasai berbagai keterampilan dengan lebih banyak.

Manusia pun akhirnya menunjukkan keunggulannya, yaitu karena sangat menyukai kegiatan belajar. Apa yang telah diketahui oleh seekor kera, akhirnya belum tentu akhirnya akan dipelajari oleh kera lainnya. Sedangkan manusia tak hanya menyukai belajar, namun memiliki keunggulan penting: memiliki keinginan untuk mengajarkan suatu keahlian ke manusia lainnya.

Sejak bayi, seorang ibu mengajarkan hal sebanyak-banyaknya pada anaknya. Hasrat ingin mengajarkan sesuatu pun akhirnya menjadi insting wajar manusia. Seterusnya hingga dewasa, manusia pun terus menghidupkan kebiasaan mengajar, membuat berbagai keahlian berkembang oleh proses ajar-belajar. Monyet, simpanse, orangutan, seluruh bangsa kera barangkali memiliki kemampuan kerjasama. Namun, mereka tak memiliki hasrat untuk mengajarkan keahliannya satu sama lain.

Mereka tak seperti manusia yang ingin mendorong orang lain untuk aktif belajar dari dirinya. Jadi, ingat saja. Bila tak mau belajar, maka kita akan seperti bangsa kera yang mudah dikuasai emosi. Kalau tak mau mengajarkan orang lain, kita tak membantu orang lain untuk bisa hidup lebih beradab.

Rabu, 26 Mei 2010

Tangisan Sri Mulyani

Saat melepas jabatannya ibunda Sri Mulyani menangis, ia menyimpan fakta dan menyembunyikan kebenaran tuk kemaslahatan bersama. Satu guyonan lama, yang masih tepat dalam situasi dalam negeri saat ini. Orang Indonesia itu bisa dilihat dari gabungan dua hal dari tiga hal berikut. Kalau ada pejabat jujur, pasti dia tidak pandai, karena terus dibodohi. Kalau ada pejabat pandai, pasti dia tidak jujur, karena kepandaiannya untuk membodohi yang lain. Yang jujur dan pandai, tidak mau jadi pejabat, karena harus bekerja dalam ketidakjujuran atau mengabaikan kepandaiannya.

Saya tambahi sedikit rumusnya:

Pejabat + jujur + berani + vokal + tegas + sederhana = apes.

Contohnya, idola saya: mantan Kapolri Jenderal Pol Hoegeng Iman Santoso. Almarhum Gus Dur pernah melontarkan joke. Di Indonesia hanya tiga polisi yang tak bisa disuap. Yakni, polisi tidur, patung polisi, dan Jenderal Hoegeng.

Karena kejujurannya, dia justru dimusuhi oleh Orde Baru. Karena mengungkap kasus Robert Tjahjadi yang menyelundupkan mobil mewah ke Indonesia pada 1970-an, Hoegeng dicopot sebagai Kapolri oleh Soeharto. Ini disebabkan kasus itu diduga melibatkan Soeharto.

Hal yang sama dilakukan Soeharto pada Mayjen TNI (anumerta) D.I. Pandjaitan. Pandjaitan pernah membongkar kasus penyelundupan di Kodam IV Diponegoro yang dipimpin Soeharto. Alhasil, meski Soeharto tahu ada rencana kup oleh Letkol Untung pada 1 Oktober 1965, dia membiarkannya dan bertindak setelahnya seolah pahlawan. Akibatnya, Pandjaitan gugur setelah diculik dan ditembak di kediamannya pada subuh berdarah tersebut.

Saya sangat merindukan sosok Hoegeng di zaman edan seperti saat ini. Namun, seperti kata pujangga Ronggowarsito, yen ora melu edan, ora keduman!

Selamat Jalan Ibunda Sri Mulyani
Selamat Berjuang di Negeri Orang
Harumkanlah Negeri Bumi Pertiwi Ini

Pendidikan Berbasis Masyarakat

Manusia lahir di mukia bumi sebagai pribadi yang bersih atau dalam konteks Islam disebut sebagai Fitrah. Bersih atu suci dalam konteks fitrah ini menyentuh aspek jasmani dan rohani, sebagaimana kita tahu bahwa substansi manusia itu terdiri dari jasmani dan rohani. Mengambil makna dari konsep fitrah maka seharusnya manusia tidak ada yang berperangai buruk dan jahat. Manusia seharusnya berperangai baik, penuh
sikap dan tindakan yang selalu bermanfaat bagi dirinya dan lingkungannya. Namun kenyataan yang kita lihat tidak selalu begitu. Manusia telah melakoni berbagai peran di muka dunia ini, dari seorang pencuri, koruptor, diktator dan sebagainya. Hal inilah yang kemudian muncul pertanyaan siapakah yang membentuk karakter manusia.

Kalau kita menilik pada sebuah Hadits yang mengatakan bahwa setiap manusia yang dilahirkan di muka bumi ini dalam keadaan fitrah sampai kemudian orangtuanyalah yang akan menjadikan anak itu seperti apa di kemudian hari, maka kita akan mendapatkan jawaban. Bahwa eksistensi manusia sangat dipengaruhi oleh pendidikan orangtua (baca: masyarakat). Manusia sebagai diri pribadi dan sekaligus makhluk sosial tentu akan
selalu bergumul dan bergaul dengan lngkungan dan masyarakatnya, proses inilah yang akan mengantarkan manusia pada internalisasi nilai.

Oleh karena itu kesadaran individu akan pentingnya pendidikan berbasis masyarakat perlu ditumbuhkan. Perbuatan yang tidak baik seperti melanggar hukum, melanggar norma sosial ataupun melanggar norma agama tidak hanya sekedar berimplikasi pada hukuman maupun dosa si pelaku, tapi lebih dari itu segala perbuatan manusia dalam konteks masyarakat mempunyai korelasi yang signifikan terhadap masyarakat itu sendiri. Individu sebagai bagian dari masyarakat selayaknya mempunyai kesadaran bahwa
kehidupannya tidak sekedar untuk dirinya sendiri tetapi juga untuk masyarakatnya. Dengan pemahaman ini maka akan timbul perhatian dan partisipasi masing-masing individu untuk berbuat sesuatu yang lebih baik dan bermanfaat bagi masyarakatnya.

Salam
Sholeh Fassthea

Minggu, 23 Mei 2010

It Takes Only One

ONE song can spark a moment,
ONE flower can wake the dream.
ONE tree can start a forest,
ONE bird can herald the spring.

ONE smile begins a friendship,
ONE handclasp lifts a soul.
ONE star can guide a ship at sea,
ONE word can frame the goal.

ONE vote can change a nation,
ONE sunbeam lights a room.
ONE candle wipes out darkness,
ONE laugh will conquer gloom.

ONE voice can speak with wisdom,
ONE heart can know what's true.
ONE life can make the difference,
You see, it's up to You.

Jumat, 21 Mei 2010

Pendidikan Karakter Seri-3

Belajar Berkarakter

Bahwa keberhasilan seseorang dalam kehidupannya 80 % ditentukan oleh faktor kecerdasan sosial, sedang kecerdasan intelektual hanya berkontribusi 20 % dalam kesuksesan hidup seseorang. Demikian kesimpulan Goleman.

Sekolah Islam Tugasku sebagai sekolah Islam nasional keagamaan, mencoba mengaplikasi teori ini mengingat teori ini adalah pengejawantahan dari apa yang telah Rasulullah SAW sampaikan dalam haditsnya: Aku diutus di dunia ini tidak lain adalah memperbaikn akhlak.

Artinya Sekolah Islam Tugasku melihat bahwa hasil belajar tidak hanya berupa hasil akademik semata tetapi juga karakter yang mampu membentuk siswa menjadi pribadi yang cerdas akademik dan memiliki integritas emosi dan sosial perilaku yang tinggi.

Oleh karenanya, sejak empat tahun pelajaran yang lalu kami di sekolah bersama-sama membangun infrastruktur untuk melakukan pembelajaran karakter dalam bentuk intra kurikuler. Daya dan upaya itu telah menelorkan sebuah konsep pembelajaran karakter yang kami sebut sebagai life-skill development atau sering kami singkat menjadi LSD dengan 10 karakter dasar atau sepuluh pilar perilaku.

Untuk menemukan kesepuluh karakter yang ada dalam LSD tersebut kami berkumpul dan mecoba merumuskan sikap dasar apa saja yang harus dimiliki oleh siswa kami setelah mereka menyelesaikan pembelajaran? Maka hasil curah gagasan dan diskusi serta voting tersebut, kami menentukan 10 karakter. Yaitu:

(1). tanggung jawab,

(2). disiplin,

(3). percaya diri,

(4). mandiri,

(5). kerja sama,

(6). Jujur,

(7). Peduli,

(8). sopan,

(9). hormat dan

(10). sabar.

Tataran setelah infrastruktur terbangun adalah membuat tahapan realisasi. Jangan sampai konsep LSD tersebut hanya menjadi ilmu. Tetapi harus menjadi keyakinan dam amal saleh. Secara sederhana, tataran itu kita uraikan dalam bentuk bagaimana kemudian ke-10 karakter tersebut melekat pada ingatan, pemahaman, aplikasi dan paradigma.

1. Pada aspek ingatan siswa; bahwa siswa dituntut untuk ingat 10 karakter yang ada. Solusinya adalah senam karakter yang dilakukan siswa setiap pagi saat ikrar bersama.
2. Dipahamkan; bahwa siswa harus memamahi apa yang dimaksud dengan 10 karakter yang ada memalui pembelajaran.
3. Diaplikasi dalam hidup; bahwa siswa sebelum mengapliklasi tentu harus tahu bagaimana bentuk aplikasi 10 karakter yang ada dalam hidup mereka dengan cara berdiskusi. Dan,
4. Berpikir kritis berbasis karakter yang ada; dimana siswa melihat semua fenomena yang ada disekitarnya adalah bentuk pengejawantahan dari 10 karakter melalui diskusi dan analisa dalam setiap laporan kerja siswa.

Dan kita sepakati bahwa, amanah membelajarkan ke-10 karakter itu adalah amanah bersama untuk semua guru serta komunitas sekolah. Jika ini mampu kita komitmenkan di sekolah, kemudian masyarakat memberikan support, kami yakin bahwa generasi yang lahir nantinya adalah genarasi jujur dan terhormat.

Salam
Agus Listiyono

Pendidikan Karakter Seri-2

Jujur dan Terhormat

Bahwa keberhasilan seseorang dalam kehidupannya 80 % ditentukan oleh faktor kecerdasan sosial, sedang kecerdasan intelektual hanya berkontribusi 20 % dalam kesuksesan hidup seseorang. Demikian kesimpulan Goleman.

Apa yang disampaikan Goleman tersebut, sejalan dengan apa yang digagas oleh pendiri Sekolah Islam Tugasku, Ibu Rukmini Zaenal Abidin untuk menyelenggarakan lembaga pendidikan berbasis budi pekerti. Dan dipilihlah antara lain kata JUJUR dan TERHORMAT sebagai moto sekolah. Moto ini juga adalah bentuk aplikasi dari apa yang telah Rasulullah SAW sampaikan dalam haditsnya: Aku diutus di dunia ini tidak lain adalah untuk memperbaiki akhlak.

Artinya Sekolah Islam Tugasku, yang berdiri pada 29 Agustus 1984 lalu melihat bahwa hasil belajar tidak hanya berupa hasil akademik semata tetapi juga karakter yang mampu membentuk siswa menjadi pribadi yang cerdas akademik dan memiliki integritas emosi dan sosial perilaku yang tinggi.

Dalam perkembangan berikutnya, pada Juli 2004 manajemen dan Guru bersama-sama membangun infrastruktur untuk merealisasikan budi pekerti JUJUR dan TERHORMAT yang terdapat pada moto sekolah itu dalam bentuk intra kurikuler. Daya dan upaya itu telah menelorkan sebuah konsep pembelajaran budi pekerti atau Student Attitude dengan 10 karakter dasar.

Untuk menemukan kesepuluh karakter yang ada dalam Student Attitude tersebut kami berkumpul dan mecoba merumuskan sikap dasar apa saja yang harus dimiliki oleh siswa kami setelah mereka menyelesaikan pembelajaran? Maka hasil curah gagasan dan diskusi serta voting tersebut, kami menentukan 10 karakter. Yaitu :

1. Tanggung jawab/Responsibility,
2. Disiplin/ Discipline,
3. Jujur/ Honest,
4. Percaya diri/ Confidence,
5. Mandiri/ Independence,
6. Kerja sama/ Cooperation,
7. Peduli/ Compassion,
8. Sopan/ Courtesy,
9. Hormat/ Respect dan
10. Sabar/ Patience.

Tataran berikutnya setelah infrastruktur terbangun adalah membuat tahapan realisasi. Kita berharap jangan sampai konsep Student Attitude tersebut hanya menjadi ilmu. Tetapi harus menjadi keyakinan dan amal saleh. Secara sederhana, tataran itu kita uraikan dalam bentuk bagaimana kemudian ke-10 budi pekerti atau karakter tersebut melekat pada ingatan, pemahaman, aplikasi dan paradigma.

Pertama; aspek ingatan siswa; bahwa siswa dituntut untuk ingat 10 karakter yang ada. Solusinya adalah senam karakter yang dilakukan siswa setiap pagi saat ikrar bersama.

Kedua; aspek pemahaman; bahwa siswa harus memamahi apa yang dimaksud dengan 10 karakter yang ada memalui pembelajaran di dalam kelas.

Ketiga; aspek aplikasi dalam hidup; bahwa siswa sebelum mengapliklasi tentu harus tahu bagaimana bentuk aplikasi 10 karakter yang ada dalam hidup mereka dengan cara berdiskusi. Dan,

Keempat; Berpikir kritis berbasis karakter yang ada; dimana siswa melihat semua fenomena yang ada disekitarnya adalah bentuk aplikasi dari 10 karakter . hal ini antara lain dilakukan melalui diskusi kelas dan analisa dalam setiap laporan kerja siswa.

Dan kita sepakati bahwa, amanah membelajarkan Student Attitude itu adalah amanah bersama untuk semua guru serta komunitas sekolah dan keluarga dalam membina generasi jujur dan terhormat. Ya Allah bimbing kami untuk menjadi orang jujur dan terhormat. Amin.

Sekolah Islam TUGASKU
Direktur Pendidikan,
Agus Listiyono

Pendidikan Karakter Seri-1

Dapatkah kita memperoleh hasil yang relatif berarti tentang pembelajaran moral dari sebuah interaksi pendidikan di sekolah kita dewasa ini? Dimana selain hasil Ujian Nasional yang setiap tahun pelajarannya selalu menunjukkan grafik peningkatan, maka juga demikiankah hasil pembalajaran moral putra-putri kita? Apakah kita cukup memiliki parameter untuk mengukurnya sebagaimana kita memiliki alat ukur untuk keberhasilan akademik mereka? Atau mungkinkah kita tidak begitu perduli dengan kompetensi perilaku siswa kita karena hasil belajar akedemik adalah satu-satunya hasil belajar yang akan dicapai oleh sistem pendidikan di sekolah kita?

Rasulullah SAW pernah menuturkan dalam haditsnya bahwa; Aku diutus ke dunia ini untuk memperbaiki akhlak. Ungkapan ini mengandung arti bahwa misi utama bagi sebuah proses pendidikan adalah lahirnya sebuah akhlak atau perilaku. Tentunya akhlak baik atau perilaku luhur. Disini kita juga dapat menilik bagaimana sebuah generasi yang hidup bersama Nabi Muhammad SAW sukses mengawal kemakmuran dunia hingga beberapa generasi sesudahnya. Sebuah konsep dan aplikasi pendidikan yang secara riil dan nyata ada dalam sejarah manusia.

Dalam rumusan lain, Nel Nodding, guru besar Emeritus di Universitas Stanford mengemukakan: the main of education should be to produce competent, caring, loving, and lovable people (Alfie Kohn, 2000:115).

Lalu apakah dewasa ini di dalam kelas-kelas di sekolah kita putra-putri kita belajar secara mendalam dan bagaimana aplikasi tentang apa, bagaimana, seperti apa ranah moral itu harus menjadi milik mereka selain juga belajar dan mengejar SKL (standar kompetensi lulusan) dalam aspek akademik yang harus didimiliki oleh siswa di akhir pada Ujian Nasional?

Belakangan ini pendidikan dengan pembiasaan moral yang baik marak dikembangkan oleh sekolah. Ini adalah perkembangan yang baik bagi Indonesia di masa depan. Namun saya melihat ini dalam dua kategori dalam mengembangkan pendidikan moral tersebut.

Pertama; adalah sekolah yang memiliki konsepsi, yang menjadikan pendidikan moral sebagai nilai tambah bagi proses belajar di suatu sekolah. Sedang konsepsi yang kedua; adalah sekolah yang menjadikan pendidikan moral sebagai nilai inti.

Pendidikan moral sebagai nilai tambah karena sekolah masih dibombardir oleh tuntutan bahwa sekolah tersebut harus tetap menghasilkan lulusan yang dapat bersaing di tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Dan untuk mengejar indikator tersebut, sangat dimungkinkan melahirkan pola berpikir dari pelaku pendidikan di sekolah itu; untuk apa belajar non akademik bila hasil akhirnya hanya dilihat dari hasil ujian nasional yang menjadi modal bagi lulusan untuk masuk jenjang pendidikan berikut? Tahapan berikut dari pola berpikir ini adalah terjadinya pemisahan antara pendidikan moral dengan pendidikan akademik. lahirnya dokotomi. Sehingga ketika di depan kelas, guru tidak menjadikan pendidikan moral sebagai bagian yang inheren ketika sedang membelajarkan materi siklus hidup dalam mata pelajaran IPA, misalnya.

Pendidikan moral sebagai nilai inti bilamana seluruh aktivitas belajar yang ada di dalam kelas hanyalah sebagai sarana bagi terbentuknya moral yang diinginkan? Apapun materi yang ada dalam semua mata pelajaran di sekolah. Konsep ini tidak ada dikotomi antara moral dan materi pelajaran apapun. Karena materi pelajaran, sekali lagi adalah wahana bagi terbentuknya moralitas yang luhur yang menjadi impian kita. Inilah konsepsi yang menurut saya sebagai aplikasi pada tataran pendidikan di sekolah dari Hadits Nabi kita.

Dimana tantangan terbesar untuk menjadi agar pendidikan moral sebagai nilai inti di sekolah? Pendapat saya adalah memahamkan agar komunitas sekolah sepakat tentang konsepsi agar pendidikan moral sebagai nilai inti di sekolah. Terutama adalah mempersiapkan guru sebagai pelaku di dalam kelas.

Salam
Agus Listiyono

Senin, 17 Mei 2010

Konsep Pengambilan Keputusan


Para pakar memberikan pengertian keputusan sesuai dengan sudut pandang dan latar belakang pemikirannya. Menurut James A.F. Stoner, keputusan adalah pemilihan di antara berbagai alternatif. Definisi ini mengandung tiga pengertian, yaitu: (1) ada pilihan atas dasar logika atau pertimbangan; (2) ada beberapa alternatif yang harus dipilih salah satu yang terbaik; dan (3) ada tujuan yang ingin dicapai dan keputusan itu makin mendekatkan pada tujuan tersebut. Pengertian keputusan yang lain dikemukakan oleh Prajudi Atmosudirjo bahwa keputusan adalah suatu pengakhiran daripada proses pemikiran tentang suatu masalah dengan menjatuhkan pilihan pada suatu alternatif.

Pengambilan Keputusan

Dari pengertian keputusan tersebut dapat diperoleh pemahaman bahwa keputusan merupakan suatu pemecahan masalah sebagai suatu hukum situasi yang dilakukan melalui pemilihan satu alternatif dari beberapa alternatif.

Setelah dipahami pengertian keputusan, selanjutnya dikutipkan pendapat para pakar mengenai pengertian pembuatan atau – yang sering digunakan – pengambilan keputusan. Menurut George R. Terry pengambilan keputusan adalah pemilihan alternatif perilaku (kelakuan) tertentu dari dua atau lebih alternatif yang ada. Kemudian, menurut Sondang P. Siagian pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan yang sistematis terhadap hakikat alternatif yang dihadapi dan mengambil tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling cepat. Selanjutnya, menurut James A. F. Stoner pengambilan keputusan adalah proses yang digunakan untuk memilih suatu tindakan sebagai cara pemecahan masalah.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pengambilan keputusan merupakan suatu proses pemilihan alternatif terbaik dari beberapa alternatif secara sistematis untuk ditindaklanjuti (digunakan) sebagai suatu cara pemecahan masalah.

Pengambilan keputusan sebagai kelanjutan dari cara pemecahan masalah memiliki fungsi sebagai pangkal atau permulaan dari semua aktivitas manusia yang sadar dan terarah secara individual dan secara kelompok baik secara institusional maupun secara organisasional. Di samping itu, fungsi pengambilan keputusan merupakan sesuatu yang bersifat futuristik, artinya bersangkut paut dengan hari depan, masa yang akan datang, dimana efek atau pengaruhnya berlangsung cukup lama.

Terkait dengan fungsi tersebut, maka tujuan pengambilan keputusan dapat dibedakan: (1) tujuan yang bersifat tunggal. Tujuan pengambilan keputusan yang bersifat tunggal terjadi apabila keputusan yang dihasilkan hanya menyangkut satu masalah, artinya bahwa sekali diputuskan, tidak ada kaitannya dengan masalah lain dan (2) tujuan yang bersifat ganda. Tujuan pengambilan keputusan yang bersifat ganda terjadi apabila keputusan yang dihasilkan menyangkut lebih dari satu masalah, artinya keputusan yang diambil itu sekaligus memecahkan dua (atau lebih) masalah yang bersifat kontradiktif atau yang bersifat tidak kontradiktif.

Agar pengambilan keputusan dapat lebih terarah, maka perlu diketahui unsur atau komponen pengambilan keputusan. Unsur pengambilan keputusan itu adalah: (1) tujuan dari pengambilan keputusan; (2) identifikasi alternatif keputusan yang memecahkan masalah; (3) perhitungan tentang faktor-faktor yang tidak dapat diketahui sebelumnya atau di luar jangkauan manusia; dan (4) sarana dan perlengkapan untuk mengevaluasi atau mengukur hasil dari suatu pengambilan keputusan.

Sementara itu, George R. Terry menyebutkan 5 dasar (basis) dalam pengambilan keputusan, yaitu: (1) intuisi; (2) pengalaman; (3) fakta; (4) wewenang; dan (5) rasional.

1. Intuisi

Pengambilan keputusan berdasarkan intuisi adalah pengambilan keputusan yang berdasarkan perasaan yang sifatnya subyektif. Dalam pengambilan keputusan berdasarkan intusi ini, meski waktu yang digunakan untuk mengambil keputusan relatif pendek, tetapi keputusan yang dihasilkan seringkali relatif kurang baik karena seringkali mengabaikan dasar-dasar pertimbangan lainnya.

2. Pengalaman

Pengambilan keputusan berdasarkan pengalaman memiliki manfaat bagi pengetahuan praktis, karena dengan pengalaman yang dimiliki seseorang, maka dapat memperkirakan keadaan sesuatu, dapat memperhitungkan untung-ruginya dan baik-buruknya keputusan yang akan dihasilkan.

3. Wewenang

Pengambilan keputusan berdasarkan wewenang biasanya dilakukan oleh pimpinan terhadap bawahannya, atau oleh orang yang lebih tinggi kedudukannya kepada orang yang lebih rendah kedudukannya. Hasil keputusannya dapat bertahan dalam jangka waktu yang cukup lama dan memiliki otentisitas (otentik), tetapi dapat menimbulkan sifat rutinitas, mengasosiasikan dengan praktek diktatorial dan sering melewati permasalahan yang seharusnya dipecahkan sehingga dapat menimbulkan kekaburan.

4. Fakta

Pengambilan keputusan berdasarkan data dan fakta empiris dapat memberikan keputusan yang sehat, solid dan baik. Dengan fakta, tingkat kepercayaan terhadap pengambil keputusan dapat lebih tinggi, sehingga orang dapat menerima keputusan yang dibuat itu dengan rela dan lapang dada.

5. Rasional

Pada pengambilan keputusan yang berdasarkan rasio, keputusan yang dihasilkan bersifat objektif, logis, lebih transparan dan konsisten untuk memaksimumkan hasil atau nilai dalam batas kendala tertentu, sehingga dapat dikatakan mendekati kebenaran atau sesuai dengan apa yang diinginkan. Pengambilan keputusan secara rasional ini berlaku sepenuhnya dalam keadaan yang ideal. Pada pengambilan keputusan secara rasional terdapat beberapa hal sebagai berikut:

* Kejelasan masalah: tidak ada keraguan dan kekaburan masalah.
* Orientasi tujuan: kesatuan pengertian tujuan yang ingin dicapai.
* Pengetahuan alternatif: seluruh alternatif diketahui jenisnya dan konsekuensinya.
* Preferensi yang jelas: alternatif bisa diurutkan sesuai kriteria.
* Hasil maksimal: pemilihan alternatif terbaik berdasarkan atas hasil ekonomis yang maksimal.

Sumber :


Modifikasi dan disarikan dari:

Direktorat Tenaga Kependidikan. Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan. Departemen Pendidikan Nasional. 2000. Perubahan dan Pengembangan Sekolah Menengah sebagai Organisasi Belajar yang Efektif

Jangan Jadikan Aku Istrimu

(renungan buat lelaki)

Jangan jadikan Aku Istrimu,
jika nanti dengan alasan bosan kamu berpaling pada perempuan lain,
kamu harus tahu meski bosan mendengar suara dengkurmu,
melihatmu begitu pulas,
wajah mantan pacarku yang terlihat begitu sempurnapun takkan mengalihkan pandanganku dari wajah lelahmu setelah bekerja seharian.

Jangan Jadikan Aku istrimu,
jika nanti kamu enggan bangun hanya untuk mengganti popok anakmu ketika dia terbangun tengah malam,
sedang selama 9 bulan aku harus membawanya di perutku,
membuat badanku pegal dan tak bisa tidur sesukaku.

Jangan Jadikan Aku Istrimu,
jika nanti kita tidak bisa berbagi baik suka maupun sedih dan kamu lebih memilih teman perempuanmu untuk bercerita.
kamu harus tahu meski begitu banyak teman yang siap menampung curahan hatiku,
padamu aku hanya ingin berbagi dan aku bukan hanya teman tidurmu yang tidak bisa di ajak bercerita sebagai seorang sahabat.

Jangan Jadikan Aku Istrimu,
jika nanti kamu langsung tertidur setelah kita bercinta,
kamu harus tahu aku menikmati kebersamaan denganmu dan mendengar rayuan gombalmu yang lebih terdengar lucu dari pada romantis adalah saat2 yang ku tunggu..

Jangan Jadikan Aku Istrimu,
jika nanti dengan alasan sudah tidak ada kecocokan kamu memutuskan menceraikan diriku
kamu tahu betul kita memang berbeda dan bukan persamaan yang menyatukan kita tapi komitmen kita untuk hidup bersama.

Jangan Jadikan Aku Istrimu,
jika nanti kamu memilih tamparan dan kata2 kasar untuk memperinagtkan kesalahanku, sedang aku tidak tuli dan masih bisa mendengar kata-katamu yang lembut tapi berwibawa.

Jangan Pilih Aku Sebagai Istrimu,
jika nanti setelah seharian bekerja kamu tidak segera pulang dan memilih bertemu dengan teman-temanmu.
Sedang seharian aku sudah begitu lelah dengan cucian dengan setrikaan yang menumpuk dan aku bahkan tidak sempat menyisir rambutku, anak dan rumah bukan hanya kewajibanku karena kamu menikahiku bukan untuk jadi pembantu tapi pendamping hidupmu dan jika boleh memilih aku akan memilih mencari uang dan kamu di rumah saja sehingga kamu tahu bagaimana rasanya.

Jangan Pilih Aku Sebagai Istrimu,
jika nanti kamu lebih sering berkutat dengan pekerjaanmu bahkan di hari minggu daripada meluangkan waktu bersama keluarga.
Aku memilihmu bukan karena aku tahu aku akan hidup nyaman dengan segala fasilitas yang bisa kamu persembahkan untukku.
Harta tidak pernah lebih penting dari kebersamaan kita membangun keluarga larema kita tidak hidup hari ini saja.

Jangan Pilih Aku Jadi Istrimu,
jika nanti kamu malu membawaku ke pesta pernikahan teman-temanmu dan memperkenalkanku sebagai istrimu.
Meski aku bangga karena kamu memilihku tapi takkan ku biarkan kata-katamu menyakitiku bagiku pasangan bukan sebuah trofi apalagi pajangan,
bukan hanya seseorang yang sedap di pandang mata tapi menyejukkan batin ketika dunia tak lagi menyapa.
Rupa adalah anugerah yang akan pudar terkikis waktu dan pada saat itu kamu akan tahu kalau pikiran dangkal telah menjerumuskanmu.

Jangan Pilih Aku Sebagai Istrimu,
jika nanti kamu berpikir akan mencari pengganti ketika tubuhku tak selangsing sekarang.
Kamu tentunya tahu kalau kamu juga ikut andil besar dengan melarnya tuguhku karena aku tidak punya waktu untuk diriku sedang kamu selalu menyempatkan diri ketika teman-temanmu mengajakmu berpetualang.

Jangan Buru-buru Menjadikan Aku Istrimu,
jika saat ini kamu masih ingin bersenang-senang dengan teman-temanmu dan beranggapan aku akan melarangmu bertemu mereka setelah kita menikah.
Kamu tidak tahu akupun masih ingin menghabiskan waktu bersama teman-temanku untuk sekedar ngobrol atau creambath di salon dan tidak ingin apa yang di sebut "kewajiban" membuatku terisolasi dari pergaulan aku semakin d sibukkan dengan urusan rumah tangga.
Menikah bukan untuk menghapuskan identitas kita sebagai individu tapi kita tahu kita harus selalu menghormati hak masing-masing tanpa melupakan kewajiban.

Jangan Buru-buru Menikahiku,
jika saat ini kamu masih ingin meraih impian mimpi muda aku hanya akan menjad ipenghalang untuk langkahmu itu,
meski menikah denganmu adalah
impian terbesarku,
aku tidak akan keberatan menunda itu demi cita-citamu karena aku juga punya cita-cita dan aku tahu bagaimana rasanya jika berhasil meraihnya.

Jangan Buru-buru Menikahiku,
jika saat ini kamu sungkan pada orang tuaku dan merasa tidak nyaman karena waktu semakin menunjukkan kekuasaanya.
Bagiku hidup lebih lebih dari angka yang kita sebut umur,
aku tidak ingin menikah karena kewajiban atau untuk menyenangkan keluargaku.
Menikah denganmu adalah salah satu keputusan terbesar dalam hidupku yang tidak ingin ku sesali hanya karena terburu-buru.

Jangan Buru-buru Menikahiku,
jika sampai saat ini kamu masih berpikir mencuci adalah pekerjaan perempuan,
aku takkan keberatan membetulkan genting rumah dan berubah menjadi satpam untuk melindungi anak-anak dan hartamu ketika kamu keluar kota.

Hapus Aku Dari Daftar Calon Istrimu,
jika saat ini masih ada perempuan yang menarik hatimu dan rasa penasaran membuatmu enggan mengenalkanku pada teman-temanmu.
Kamu harus tahu meski cintamu sudah ku perjuangkan,
aku takkan ragu untuk meninggalkanmu.

Jangan Jadikan Aku Istrimu,
jika kamu masih berpikir kamulah cinta pertamaku sedang setiap hari aku masih harus mendengar nama-nama mantanmu dan berusaha sekuat tenaga menghilangkan rasa cemburu yang mungkin tidak beralasan tapi kamu harus yakin,
kamulah cinta terakhir dan satu-satunya cinta yang ingin ku jalani sampai akhir hayatku...

Jangan Jadikan Aku Sebagai Istrimu,
jika kamu pikir bisa menduakan cinta kamu mungkin tak tahu seberapa besar aku mengagungkan sebuah cinta tapi aku juga tidak akan menyakiti diriku sendiri jika cinta yang ku pilih mengkhianatiku.

Jangan Jadikan Aku Sebagai Istrimu,
jika kamu berpikir aku mencari kesempurnaan jangan pernah berpikir menjadikanku sebagai istrimu jika kamu belum tahu satu saja alasan karena aku harus menerimamu sebagai suamiku.

Salam
Julia Salsabila

Metode Berpikir Kritis

Dalam mengorganisasi sebuah proses pembelajaran seorang guru harus mampu menggunakan berbagai macam metode. Penggunaan beragam metode ini dimaksudkan agar siswa tidak jenuh, dan juga disesuaikan dengan sifat dan karakteristik materi pembelajaran itu sendiri.

Dalam menggunakan metode pembelajaran guru sering terjebak dalam kebiasaan yang monoton, artinya tidak mau menggunakan variasi gaya mengajar sehingga hanya metode-metode tertentu yang digunakan. Hal ini didasarkan pada alasan yang bermacam-macam, mulai dari terbatasnya sarana pembelajaran, waktu yang tidak mencukupi, siswa yang belum siap, dan bahkan gurunya sendiri yang tidak memiliki kemampuan untuk itu.

Alasan-alasan tersebut seharusnya dapat dihilangkan jika guru mengedepankan prinsip kreativitas mengajar dan tujuan pembelajaran yang hendak menjadikan siswa sebagai manusia unggul yang kompetitif di masa yang akan datang.

Belajar atau pembelajaran merupakan sebuah kegiatan yang wajib dilakukan dan diberikan kepada anak-anak kita karena ia merupakan kunci sukses untuk mencapai masa depan yang cerah, mempersiapkan generasi bangsa dengan wawasan ilmu pengetahuan yang tinggi, yang pada akhirnya akan berguna bagi bangsa, negara, dan agama.

Melihat peran yang begitu vital tersebut, maka menerapkan metode belajar yang efekif dan efesien adalah sebuah keharusan. Dengan harapan proses belajar mengajar akan menyenangkan, tidak membosankan, dan penuh dengan tantangan baru.

Ada banyak metode pembelajaran efektif yang dikemukakan para ahli pendidikan. Di antaranya adalah metode critical thinking (berpikir kritis) yang dalam aplikasinya sering diistilahkan dengan debat (mujadalah).

Urgensi Berpikir Kritis

Debat merupakan implementasi dari berpikir kritis (critical thinking). Seorang siswa harus dilatih sejak awal untuk terbiasa berani mengkritisi segala sesuatu, sebab hanya dengan kebebasan berpikirlah manusia akan maju dan berkembang. Sejarah sudah membuktikan betapa masyarakat yang terkungkung oleh kekuasaan yang otoriter dan menghalangi kebebasan berpikir mengakibatkan bangsa itu menjadi bangsa yang terbelakang.

Siswa, sebagai calon pemimpin masa depan, harus dibiasakan untuk belajar mengkritisi fenomena yang ada dalam kehidupannya. Langkah ini diharapkan akan menanamkan dalam dirinya keberanian untuk mengkritisi segala sesuatu, belajar berargumentasi, dan berani untuk mengemukakan perbedaan pendapat.

Menerapkan Metode Debat di Kelas


Dalam menggunakan metode debat ini guru memilah materi pelajaran menjadi dua paket, yaitu paket pro dan kontra. Siswa dibagi dalam beberapa kelompok dan tiap kelompok bisa terdiri atas empat atau enam orang. Di dalam kelompoknya, siswa dikelompokkan menjadi posisi pro dan kontra. Selanjutnya siswa melakukan perdebatan tentang topik yang ditugaskan dengan batas waktu yang ditentukan. Guru bertindak sebagai juri dari jalannya debat tersebut.

Yang menjadi titik tekan penilaian adalah kemampuan siswa untuk mengemukakan argumentasi yang logis dan keterampilan dalam mengungkapkan pendapatnya. Langkah berikutnya adalah siswa diberi tugas untuk mencatat laporan jalannya debat dalam kelompoknya masing-masing dan diberikan kepada guru.

Ada beberapa macam format debat yang dapat digunakan. Perbedaan format yang dipakai ini menentukan peraturan teknis yang berkenaan dengan waktu pembicara menyampaikan argumennya serta kesempatan untuk menyampaikan interupsi pada kelompok lawan.

Di antara format debat tersebut adalah, pertama, format lomba debat SMA sedunia. Ciri format ini adalah memberlakukan interupsi di tengah pidato, dan tidak memberikan interupsi pada pidato penutup. Kedua, format debat parlemen Asia. Format ini memberikan kesempatan interupsi di tengah debat. Ketiga, format debat Australia-Asia. Format ini tidak memberlakukan interupsi di tengah debat. Dan keempat, format debat parlemen Inggris. Format ini tidak mengenal adanya pembicara penutup, tapi memperbolehkan adanya interupsi di tengah jalannya debat.

Mosi adalah topik atau materi debat. Sarat utama sebuah mosi adalah harus kontroversial, artinya mengundang perbedaan opini dari dua sisi (pro dan kontra). Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menyusun mosi adalah harus bersifat kasuistik tanpa menggunakan kata-kata yang ambigu atau multiinterpretatif, tidak bias ke salah satu pihak, dan tidak bersifat faktual atau truistik. Contoh topik yang dapat dijadikan perdebatan adalah "siswa perokok" dan "siswa pacaran", disesuaikan dengan mata pelajarannya.

Metode debat ini dapat dijadikan alternatif bagi guru meningkatkan kreativitas siswa dalam mengelola sebuah argumentasi. Titik lemah metode ini antara lain adalah membutuhkan waktu yang banyak sehingga guru harus sebaik mungkin dalam mengalokasikan waktu yang ada.

Kemampuan untuk berdebat dengan baik diharapkan dapat menjadi bekal anak-anak kita agar kelak ketika mereka dewasa tidak menunjukkan gaya debat yang kasar dan tidak tahu aturan. Selamat mencoba!

Salam
Abdul Wahid

Kamis, 13 Mei 2010

Life is Option, Success is Pattern , Happy is Decission

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kita sebuah nikmat kehidupan hingga hari ini. Semoga kebahagiaan senantiasa terpancar dari hati sahabat semua.

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kita sebuah nikmat kehidupan hingga hari ini. Artinya ketika kita mengalami musibah kita diberi kesempatan oleh Tuhan untuk bangkit dan menjadi luar biasa. Ketika kita mendapatkan kebahagiaan maka kita telah dibeik kesempatan oleh Tuhan untuk berbagi kebahagiaan kepada orang lain. Dan itu artinya bahwa kita hidup adalah untuk berbagi dan peduli kepada orang-orang yang ada disekitar kita.

Dalam kesempatan kali ini izinkan saya berbagi tentang hikmah dari kelas Hypno-NLP-Therapy kedua yang saya selenggarakan pada akhir bulan Mei 2010 kemarin . Dimana dalam kelas tersebut saya mendapatkan banyak hikmah dari para peserta. Diantara hikmah yang saya dapatkan adalah jargon berikut :

LIFE IS OPTION, SUCCESS IS PATTERN, HAPPINESS IS DECISSION

Yah sebuah Jargon yang mungkin terlihat sederhana. Namun kalau kita perhatikan dengan seksama maka betapa banyak hikmah yang kita dapatkan. Berikut adalah ulasan yang saya tangkap dari jargon tersebut.

LIFE IS OPTION

Ibu Ade dari Mantika adalah yang mengingatkan saya tentang Jargon ini. Ketika dia mengalami banyak tantangan dalam hidup yang ia dapatkan ia selalu mengatakan kepada dirinya “Life is option, so I can choose my option, apakah saya ingin seperti ini terus ataukah ingin berhijrah”

Perjalanan kehidupan mungkin tidak selamanya yang kita dapatkan adalah kesenangan tetapi juga rintangan. Mungkin kita tidak pernah menyangka rintangan kehidupan hadir dengan sangat cepat sekali. Sepertihalnya musibah yang melanda kehidupan kita. Entah penyakit, entah penderitaan, ataupun fitnah.

Saya teringat dengan salah seorang murid saya yang terkena fitnah. Dimana dia dituduh menggelapkan uang perusahaan sekitar 10 juta rupiah. Padahal uang itu adalah hak dia sebagai kepala cabang. Namun beberapa anak buahnya yang kurang menyukai kebijakannya malah membuat opini kepada head office bahwa uang itu adalah penggelapan. Terlebih lagi setelah di audit ternyata banyak sekali korupsi yang dilakukan anak buahnya menjadi beban murid saya tersebut. Betapa besar musibah yang melanda dirinya. Sudah kehilangan haknya malah mendapatkan fitnah yang menghancurkan reputasinya.

Dalam keadaan terjepit sekalipun hidup itu juga tetap pilihan. Sebagaimana murid saya juga harus memilih, apakah dia akan stress atau kabur dari masalah ataukah dia memilih untuk menyelesaikannya. Walau itu bukan kesalahannya namun karena dia perlu bertanggung jawab atas kesalahan anak buahnya maka dia siap untuk mempertanggung jawabkan itu semua. Walaupun dampaknya dia harus merelakan penghasilan dirinya dan pasangan hidupnya berkurang lebih dari 2 juta perbulannya untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Alhasil dengan pilihannya tersebut malah kini dia bisa mendapatkan job baru di tempat lain yang lebih nyaman daripada sebelumnya.

Akan tetapi memilih pilihan hidup tidak hanya berlaku ketika kita mendapatkan musibah semata bahkan juga ketika kita ingin mendapatkan kesuksesan. Dalam perjalanan karir seorang pegawai misalnya. Dimana seorang pegawai senantiasa memilih apakah dalam bekerja dia akan bekerja secara professional ataukah dia malas-malasan. Apakah seorang abdi Negara yang sudah mendapatkan jatah penghasilan pasti akan bekerja dengan keseriusan ataukah dengan biasa-biasa saja mungkin hal ini didasari karena toh kalau mereka kerja keras ataupun kerja biasa saja mendapatkan gaji yang sama saja. Namun tentunya hasil mereka yang bekerja keras tentu kedepannya akan berbeda. Karena mereka yang bekerja dengan sungguh-sungguh inilah yang biasanya akan lebih cepat naik jabatan daripada mereka yang biasa-biasa saja dalam bekerja.

Bagi seorang wiraswasta mereka ternyata juga telah memilih. Mereka telah memilih untuk hidup berdikari dan tidak terikat dengan ikatan kerja yang mungkin ada jika mereka sebagai pegawai. Dan seorang wiraswasta juga telah memilih hidup penuh dengan ketidakpastian. Karena kalau mereka menjadi pegawai mungkin sudah pasti mendapatkan penghasilan namun ketika mereka memilih menjadi seorang wiraswasta maka mereka siap hidup dengan ketidakpastian penghasilan. Karena mereka meyakini dengan ketidakpastian itulah yang malah membuat hidup mereka jauh lebih baik daripada menjadi seorang pegawai atau pekerja semata.

Life is Option

Oleh karena itu dalam hidup ini kita senantiasa dihadapkan oleh pilihan-pilihan dimana dengan pilihan itulah kita bisa berkembang pada akhirnya.

SUCCESS IS PATTERN

Jargon kedua yang saya dapatkan. Karena ketika saya Mempelajari NLP saya tertingat ketika saya diajarkan tentang Modeling Technique. Dimana dalam Modeling dipelajari bahwa selalu ada pola/pattern dari kesuksesan yang kita dapatkan. Misalnya seorang pengusaha mebel. Ketika dia telah mendapatkan “Pattern” dari mebel yang laku dijual dan dia pertahankan maka “Pattern” itulah yang kemudian membuat dia menjadi pengusaha yang sukses.

Ada seorang peserta training saya yang kebetulan “Research Tim”. Dimana dalam penelitian justru mereka mencari ”pattern-pattern” tertentu yang dengan pattern itulah kemudian mereka mendapatkan penemuan. Ternyata para peneliti itu bisa mendapatkan kesuksesan ketika mereka telah mendapatkan pattern-pattern dari penelitian mereka rupanya.

Seorang Pegawai/Pekerja juga memerlukan “Pattern” dalam mendapatkan kesuksesan bekerja mereka. Dimana ketika mereka telah mengetahui bagaimana “pattern” dalam menyelesaikan pekerjaan maka mereka dapat menikmati pekerjaan mereka bahkan mereka mengetahui cara untuk membuat boss-nya bahagia sehingga memuluskan mereka untuk naik jabatan nantinya.

Success is Pattern oleh karena itu jika anda ingin mendapatkan bahagia carilah Pattern –nya sehingga dengan Pattern maka anda akan mendapatkan kesuksesan pada akhirnya

HAPPY IS DECISSION

Jargon ketiga yang saya dapatkan dalam training kemarin adalah “Happy is Decission (Kebahagiaan itu Keputusan).”

Dalam kehidupan yang kita jalani kita mendapatkan kebahagiaan dan kesedihan. Namun ternyata kesedihan atau kebahagiaan pada dasarnya adalah keputusan kita sendiri. Beberapa kasus masalah emosi yang terjadi adalah kesalahan keputusan dalam menghadapi situasi. Seperti pada sahabat peserta yang pernah ke Singapura dan Filipina. Beliau bekerja sebagai seorang Scientist yang kebetulan bertugas memeriksa virus H5N1.

Keputusan yang salah ketika beliau mendapatkan tugas ke Singapura membuat dirinya sangat menderita. Dia merasa sedih mendapatkan tugas ke Singapura, karena itu dia harus bertemu dengan virus yang berbahaya. Namun ketika dia mau memutuskan bahwa tugas ke Singapura adalah demi menyelamatkan dunia maka akhirnya dia bisa Bahagia dan Gembira.

Baru-baru ini saya mendapatkan client yang di PHK dari pekerjaannya. Mas Amir namanya, client yang membutuhkan saran saya tentang bagaimana cara efektif membangun bisnis bagi seorang pemula. Suatu hal Unik yang saya temui dari mas Amir adalah dia tidak merasa sedih ketika PHK tanpa Pesangon harus dia terima. Dia mengatakan bahwa dia memutuskan dirinya untuk Bahagia mendapatkan apapun yang diberikan oleh Tuhan. Karena dia meyakini bahwa apa yang diberikan Tuhan pastilah yang terbaik untuknya. Sehingga dia berkesimpulan mungkin ini adalah jalan Tuhan untuk menjadikannya seorang Pengusaha.

Bahagia itu adalah keputusan. Mungkin apa yang kita dapatkan dalam hidup tidak seindah yang kita harapkan namunkit bisa tetap memutuskan untuk bahagia karena bahagia itu pada dasarnya keputusan diri kita sendiri dalam menghadapi situasi yang terjadi.

Life is Option, Success is Pattern, Happy is Decission. Demikianlah Jargon sederhana yang bisa sharingkan kepada para sahabat pada kali ini. Semoga tulisan sederhana ini bermanfaat buat kita semua. Terutama dalam perjalanan kehidupan kita menuju kesuksesan.

Salam berbagi senantiasa
A. Setiawan

Mahalnya Biaya Pendidikan

Keluhan tingginya biaya pendidikan tinggi bukan hal baru. Yang baru adalah pengakuan publiknya, sementara selama ini dianggap taken for granted.

Terasa mencekik ketika lembaga pendidikan, terutama perguruan tinggi negeri (PTN), didorong jadi komersial. Ketika Undang-Undang Badan Hukum Pendidikan

(UU BHP) dibatalkan, napas komersialisasi mulai hinggap di beberapa PTN. Ada kepanikan karena harus mempertanggungjawab kan apa yang sudah dilakukan.

Kalau sarjana yang dihasilkan harus bermutu, butuh biaya besar. Untuk fakultas eksakta, satuan biayanya lebih besar daripada noneksakta. Ada masa di mana kita kebanjiran lulusan jurusan ilmu sosial politik dan hukum. Mengapa? Sebab, biaya untuk menyelenggarakan pendidikan ilmu sosial lebih murah daripada ilmu eksakta.

Jumlah sarjana jadi salah satu kriteria kemajuan. Ada periode keharusan setiap provinsi setidaknya punya satu PTN. Karena potensi dan kesiapan daerah berbeda-beda, mutu sarjana yang dihasilkan pun berbeda-beda. Banyak PTN lebih jelek mutu lulusannya dibandingkan dengan perguruan tinggi swasta di wilayah yang sama.

Napas komersialisasi dan kapitalisasi pendidikan digenjot antara lain di bidang otonomi pembiayaan. Mereka dipaksa bisa menghidupi diri. Tridarma Perguruan Tinggi —pendidikan, penelitian, pengabdian kepada masyarakat— dititikberatkan untuk menghasilkan uang.

Penelitian pesanan diburu, tidak untuk pengembangan ilmu, tetapi demi uang yang dibungkus sebagai tanggung jawab sosial akademik. Pragmatisme Anglo Saxon yang menjadi napas penyelenggaraan pendidikan di Indonesia berbeda dengan mazhab kontinental.

Tampaknya Indonesia cenderung ke mazhab pragmatisme AS. Lembaga pendidikan analog sebagai kegiatan komersial. Mutu dinomorduakan demi mengejar pemasukan lewat penelitian pesanan dan pencarian dana dengan nama pengabdian kepada masyarakat.

Batalnya UU BHP jadi kesempatan memurnikan kembali konsep pendidikan dari yang komersial ke yang pemanusiaan. Tuntutan anggaran 20 persen perlu dibarengi pembenahan birokrasi departemen pendidikan nasional agar dana bisa diserap dan digunakan sebaik-baiknya.

Kegiatan pendidikan adalah investasi manusia. Karena itu, perlu biaya dan jadi hak semua warga negara. Yang kaya lewat pemajakan dibebani tanggung jawab dana lebih besar daripada yang miskin. Pemerintah pun wajib memenuhi hak asasi warga negaranya. Dengan tidak direcoki pragmatisme, yang ingin dihasilkan masa depan penerus yang pintar, terampil, dan berkarakter. Keluhan publik beberapa PTN perlu ditanggapi serius dalam hal menyelenggarakan pendidikan sebagai hak asasi sekaligus menempatkannya sebagai proses humanisasi dan bukan komersialisasi.

Titik krusial perubahan paradigma adalah mendidik itu berinvestasi. Artinya, membangun infrastruktur. Wajar perlu dana besar. Sekali kita pelit, apalagi dibungkus akal berkelit, artinya kita menggali kubur generasi penerus.

Salam
Wahyu Suluh

Senin, 10 Mei 2010

Kisah Dewi & Bayu

(sebuah cerita)

Dewi adalah sahabat saya, ia adalah seorang mahasiswi yang berotak cemerlang dan memiliki idealisme yang tinggi. Sejak masuk kampus, sikap dan konsep dirinya sudah jelas: meraih yang terbaik di bidang akademis maupun profesi yang akan digelutinya. ''Why not to be the best?,'' begitu ucapan yang kerap kali terdengar dari mulutnya, mengutip ucapan seorang mantan presiden Amerika.

Ketika Kampus, mengirim mahasiswa untuk studi Hukum Internasional di Universiteit Utrecht-Belanda, Dewi termasuk salah satunya.

Setelah menyelesaikan kuliahnya, Dewi mendapat pendamping hidup yang ''selevel''; sama-sama berprestasi, meski berbeda profesi. Tak lama berselang lahirlah Bayu, buah cinta mereka, anak pertamanya tersebut lahir ketika Dewi diangkat manjadi staf diplomat, bertepatan dengan suaminya meraih PhD. Maka lengkaplah sudah kebahagiaan mereka.

Ketika Bayu, berusia 6 bulan, kesibukan Dewi semakin menggila. Bak seekor burung garuda, nyaris tiap hari ia terbang dari satu kota ke kota lain, dan dari satu negara ke negara lain. Sebagai seorang sahabat setulusnya saya pernah bertanya padanya, "Tidakkah si Bayu masih terlalu kecil untuk ditinggal-tinggal oleh ibundanya ?" Dengan sigap Dewi menjawab, "Oh, saya sudah mengantisipasi segala sesuatunya dengan sempurna". "Everything is OK !, Don’t worry Everything is under control kok !" begitulah selalu ucapannya, penuh percaya diri.

Ucapannya itu memang betul-betul ia buktikan. Perawatan anaknya, ditangani secara profesional oleh baby sitter termahal. Dewi tinggal mengontrol jadwal Bayu lewat telepon. Pada akhirnya Bayu tumbuh menjadi anak yang tampak lincah, cerdas mandiri dan mudah mengerti.

Kakek-neneknya selalu memompakan kebanggaan kepada cucu semata wayang itu, tentang betapa hebatnya ibu-bapaknya. Tentang gelar Phd. dan nama besar, tentang naik pesawat terbang, dan uang yang berlimpah. "Contohlah ayah-bundamu Bayu, kalau Bayu besar nanti jadilah seperti Bunda". Begitu selalu nenek Bayu, berpesan di akhir dongeng menjelang tidurnya.

Ketika Bayu berusia 5 tahun, neneknya menyampaikan kepada Dewi kalau Bayu minta seorang adik untuk bisa menjadi teman bermainnya dirumah apa bila ia merasa kesepian.

Terkejut dengan permintaan tak terduga itu, Dewi dan suaminya kembali meminta pengertian anaknya. Kesibukan mereka belum memungkinkan untuk menghadirkan seorang adik buat Bayu. Lagi-lagi bocah kecil inipun mau ''memahami'' orangtuanya.

Dengan Bangga Dewi mengatakan bahwa kamu memang anak hebat, buktinya, kata Dewi, kamu tak lagi merengek minta adik. Bayu, tampaknya mewarisi karakter ibunya yang bukan perengek dan sangat mandiri. Meski kedua orangtuanya kerap pulang larut, ia jarang sekali ngambek. Bahkan, tutur Dewi pada saya, Bayu selalu menyambut kedatangannya dengan penuh ceria. Maka, Dewi sering memanggilnya malaikat kecilku. Sungguh keluarga yang bahagia, pikir saya. Meski kedua orangtuanya super sibuk, namun Bayu tetap tumbuh dengan penuh cinta dari orang tuanya. Diam-diam, saya jadi sangat iri pada keluarga ini.

Suatu hari, menjelang Dewi berangkat ke kantor, entah mengapa Bayu menolak dimandikan oleh baby sitternya. Bayu ingin pagi ini dimandikan oleh Bundanya," Bunda aku ingin mandi sama bunda...please. ..please bunda", pinta Bayu dengan mengiba-iba penuh harap.

Karuan saja Dewi, yang detik demi detik waktunya sangat diperhitungkan merasa gusar dengan permintaan anaknya. Ia dengan tegas menolak permintaan Bayu, sambil tetap gesit berdandan dan mempersiapkan keperluan kantornya. Suaminya pun turut membujuk Bayu agar mau mandi dengan baby sitternya. Lagi-lagi, Bayu dengan penuh pengertian mau menurutinya, meski wajahnya cemberut.

Peristiwa ini terus berulang sampai hampir sepekan. "Bunda, mandikan aku !" Ayo dong bunda mandikan aku sekali ini saja...?" kian lama suara Bayu semakin penuh tekanan. Tapi toh, Dewi dan suaminya berpikir, mungkin itu karena Bayu sedang dalam masa pra-sekolah, jadinya agak lebih minta perhatian. Setelah dibujuk-bujuk, akhirnya Bayu bisa ditinggal juga dan mandi bersama Mbanya.

Sampai suatu sore, Dewi dikejutkan oleh telpon dari sang baby sitter, "Bu, hari ini Bayu panas tinggi dan kejang-kejang. Sekarang sedang di periksa di Ruang Emergency".

Dewi, ketika diberi tahu soal Bayu, sedang meresmikan kantor barunya di Medan. Setelah tiba di Jakarta, Dewi langsung ngebut ke UGD. Tapi sayang... terlambat sudah...Tuhan sudah punya rencana lain. Bayu, si malaikat kecil, keburu dipanggil pulang oleh Tuhannya.. Terlihat Dewi mengalami shock berat. Setibanya di rumah, satu-satunya keinginan dia adalah untuk memandikan putranya, setelah bebarapa hari lalu Bayu mulai menuntut ia untuk memandikannya, Dewi pernah berjanji pada anaknya untuk suatu saat memandikannya sendiri jika ia tidak sedang ada urusan yang sangat penting. Dan siang itu, janji Dewi akhirnya terpenuhi juga, meskipun setelah tubuh si kecil terbujur kaku.

Ditengah para tetangga yang sedang melayat, terdengar suara Dewi dengan nada yang bergetar berkata "Ini Bunda Nak...., Hari ini Bunda mandikan Bayu ya...sayang. ...! akhirnya Bunda penuhi juga janji Bunda ya Nak.." . Lalu segera saja satu demi satu orang-orang yang melayat dan berada di dekatnya tersebut berusaha untuk menyingkir dari sampingnya, sambil tak kuasa untuk menahan tangis mereka.

Ketika tanah merah telah mengubur jasad si kecil, para pengiring jenazah masih berdiri mematung di sisi pusara sang Malaikat Kecil. . Berkali-kali Dewi, sahabatku yang tegar itu, berkata kepada rekan-rekan disekitanya, "Inikan sudah takdir, ya kan..!" Sama saja, aku di sebelahnya ataupun di seberang lautan, kalau sudah saatnya di panggil, ya dia pergi juga, iya kan?". Saya yang saat itu tepat berada di sampingnya diam saja. Seolah-olah Dewi tak merasa berduka dengan kepergian anaknya dan sepertinya ia juga tidak perlu hiburan dari orang lain.

Sementara di sebelah kanannya, Suaminya berdiri mematung seperti tak bernyawa. Wajahnya pucat pasi dengan bibir bergetar tak kuasa menahan air mata yang mulai meleleh membasahi pipinya.

Sambil menatap pusara anaknya, terdengar lagi suara Dewi berujar, "Inilah konsekuensi sebuah pilihan!" lanjut Dewi, tetap mencoba untuk tegar dan kuat.

Angin senja meniupkan aroma bunga kamboja yang menusuk hidung hingga ke tulang sumsum. Tak lama setelah itu tanpa di duga-duga tiba-tiba saja Dewi jatuh berlutut, lalu membantingkan dirinya ke tanah tepat diatas pusara anaknya sambil berteriak-teriak histeris. "Bayu maafkan Bunda ya sayaang..!!, ampuni bundamu ya nak...? serunya berulang-ulang sambil membenturkan kepalanya ketanah, dan segera terdengar tangis yang meledak-ledak dengan penuh berurai air mata membanjiri tanah pusara putra tercintanya yang kini telah pergi untuk selama-lamanya.

Sepanjang persahabatan kami, rasanya baru kali ini saya menyaksikan Dewi menangis dengan histeris seperti ini.

Lalu terdengar lagi Dewi berteriak-teriak histeris "Bangunlah Bayu sayaaangku.... Bangun Bayu cintaku, ayo bangun nak.....?!?" pintanya berulang-ulang, "Bunda mau mandikan kamu sayang.... Tolong Beri kesempatan Bunda sekali saja Nak.... Sekali ini saja, Bayu.. anakku...?" Dewi merintih mengiba-iba sambil kembali membenturkan kepalanya berkali-kali ke tanah lalu ia peluki dan ciumi pusara anaknya bak orang yang sudah hilang ingatan. Air matanya mengalir semakin deras membanjiri tanah merah yang menaungi jasad Bayu.

Senja semakin senyap, aroma bunga kamboja semakin tercium kuat manusuk hidung membuat seluruh bulu kuduk kami berdiri menyaksikan peristiwa yang menyayat hati ini...tapi apa hendak di kata, nasi sudah menjadi bubur, sesal kemudian tak berguna. Bayu tidak pernah mengetahui bagaimana rasanya dimandikan oleh orang tuanya karena mereka merasa bahwa banyak hal yang jauh lebih penting dari pada hanya sekedar memandikan seorang anak.

Semoga kisah ini bisa menjadi pelajaran berharga bagi kita semua para orang tua yang sering merasa hebat dan penting dengan segala kesibukannya.

Semoga bisa jadi pelajaran buat kita semua... saya hanya melanjutkan berita ini...moga2 banyak yang baca dan makin peduli bahwa anak itu titipan Tuhan yang sangat berarti dan bermakna serta harus dijaga.

Salam
Maryono Ali

Kamis, 06 Mei 2010

Tinggalkan Perasaan yang Mengekangmu

Rasakan dan nikmatilah yang ada, karena apapun akan berakhir seperti halnya juqa bermula.

Sikap hidup seperti itu baik sekali, yang membantu mengusir kegelisahan dan dapat membantu meraih keberhasilan dalam hidup secara umum. Sikap seperti itu juga dapat melanggengkan hubungan persahabatan dan kebahagiaan dengan keluarga. Mereka yang berwawasan Was akan dapat memahami kebiasaan manusia, dapat menduga perubahan, dapat memposisikan dirinya di dalam berbagai kondisi, dan dapat memperkirakan keadaan yang
samar atau yang jelas.

Tentang kegelisahan, maka orang yang berwawasan Was akan dapat memahami berbagai permasalahan, dan menyadarinya ketika sebelumnya ia ditimpa kegelisahan yang sama, atau ketika gagal mendapatkan keinginannya. la menyadari bahwa inilah hukum kehidupan, dan apa pun yang terjadi dalam kehidupan ini, hadapilah dengan rileks.

Ya, memang sekali waktu orang tidak suka terhadap sesuatu yang sebenarnya memberikan kebaikan untuknya; terkadang ia menyukai sesuatu yang sebenarnya justru akan menyengsarakannya.

Ingatlah bahwa kebaikan itu adalah apa yang dipilihkan Allah.

Salam
Abu Nayla

Mengenaskan !!!

(sebuah cerita)

Masih ingat tentang IPTN? Kependekan nama dari Industri Pesawat Terbang Nurtanio yang sekarang berubah nama menjadi PT Dirgantara Indonesia (PTDI). Ya…pada masa jayanya yaitu pada masa Pemerintahan Suharto sekitar tahun ’80-an perusahaan ini mampu mencengangkan publik dunia dengan berhasilnya membuat pesawat terbang modern pada saat itu. Pada saat dipimpin oleh B.J. Habibie yang sekaligus sebagai Menteri Riset dan Teknologi, alih teknologi pesawat terbang dilakukan dengan cara mengirim ribuan putra-putri terbaik dari karyawan IPTN untuk belajar tentang berbagai ilmu pesawat terbang ke luar negeri seperti Amerika Serikat, Jerman, Spanyol. Begitu banyak dana negara digelontorkan untuk membiayai studi ini.

Sejalan dengan bergulirnya waktu, pada saat Indonesia terkena resesi ekonomi pada tahun 1995 ternyata sangat berimbas kepada eksistensi IPTN. Pelan namun pasti IPTN mengalami keterpurukan. Perusahaan berbeaya tinggi ini semakin tidak mampu untuk menggaji karyawannya. Jumlah karyawan yang dirumahkan (penghalusan kata untuk dipecat) semakin banyak sehingga hanya tersisa 4000-an orang pada tahun 2005. Gelombang demontrasi dari bekas karyawannya berlangsung selama bertahun-tahun menuntut untuk dipekerjakan kembali atau meminta pesangon yang lebih layak.

Terus bagaimana dengan tenaga-tenaga ahli yang notabene karyawan yang dahulu pernah disekolahkan oleh IPTN ke banyak negara? Sebagian dari tenaga ahli itu memang dipekerjakan kembali dengan mensyaratkan lulus tes masuk kembali sedangkan yang lain lebih memilih untuk bekerja di perusahan-perusahaan pesawat terbang di negara tetangga seperti Malaysia , Singapura , Thailand , dan Arab Saudi.

Salah satu alasan mengapa mereka lebih memilih bekerja di luar negeri adalah perusahaan di luar negeri lebih menghargai keahlian mereka dibandingkan dengan IPTN sendiri. Bayangkan, setiap bulan di perusahaan luar negeri mendapatkan antara 50 – 70juta rupiah. Bandingkan dengan di Indonesia sendiri yang menghargai keahlian mereka dengan 3 – 5 juta rupiah per bulannya.

Perusahaan-perusahaan di luar negeri tidak usah repot-repot menyekolahkan sudah mendapatkan tenaga ahli. Hal ini praktis PTDI mendapatkan saingan dari bekas karyawannya sendiri yang bekerja di perusahaan sejenis di luar negeri.

Terlepas dari carut-marutnya menejemen PTDI terhadap karyawannya, betapa sangat disayangkan banyak tenaga ahli Indonesia yang telah disekolahkan dengan biaya negara, namun pada akhirnya keahliannya dimanfaatkan oleh negara lain dengan iming-iming gaji yang berlipat ganda. Indonesia telah bersusah-payah membiayai namun yang memakai tenaga ahli itu malah negara lain. Ironis… namun begitulah negara kita ini.

Salam
Zaenal Arief

Keseimbangan dan Kebimbangan

Satu ciri dari kehidupan yaitu adanya proses. Manusia adalah makhluk yang berproses, karena adanya proses itulah manusia hidup. Dalam proses kehidupan penuh dengan dinamika, dinamika juga bagian dari hidup. Maka agar proses kehidupan berjalan baik kita harus senantiasa mengupdate hidup ini, satu lagi tanda adanya kehidupan adalah update agar kita bisa upgrade sehingga hidup ini semakin berkualitas.

Maka agar proses kehidupan itu berjalan baik sesuai dengan keinginan dan harapan kita, maka kita memerlukan keseimbangan. Keseimbangan dalam hidup sangatlah dibutuhkan agar tidak terjadi kebimbangan, sebab kebimbangan akan membuat sebuah proses berjalan lambat, lambat laun jika kebimbangan itu semakin menguat maka akan terjadi stag nation, kebekuan, hambatan atau ketersendatan. Pahamlah kita apa yang akan terjadi, seumpama sebuah system, satu saja organnya tak berfungsi. Maka proses itu akan terhenti, tak ayal produktifitaspun terhenti, jika dalam hidup tidak ada produktifitas, mayatlah sebutannya.

Jika kita ingin membuat sebuah keseimbangan dibutukan adanya pegangan yang pas, tidak berat sebelah, butuh keajegan, keteguhan. Inilah yang saya sebut dengan keyakinan. Tak ada keyakinan yang mampu menopang keseimbangan hidup seeorang selain Tuhan, Allah SWT. Walau secara teori orang bisa berkata lain, atau tidak setuju dengan pendapat ini, itupun keyakinan, biarlah, jangan saling menggangu, lakum diinukum waliyadiin. Sebab result dari kehidupan ini masih abstract bagi yang tidak meyakini-Nya, dan amatlah jelas bagi mereka -mereka yang menyakini-Nya.

Hidup yang seimbang menurut versi saya adalah taqwa, yang dalam bahasa sederhananya yaitu menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya, only that, very simple, isn’t?. Ya memang sangat sederhana, tapi tidak sesederhana saat melaksanakannya, karena untuk melaksanakannya dibutuhkan keyakinan.

Lalu bagaimana cara mengahadirkan keyakinan?

Pertama; Lihatlah dirimu dari jarak satu meter, sepuluh meter, seratus meter, satu kilometer, dua kilometer, sepuluh kilo meter, duapuluh kilometer, dst..dst, adakah dirimu, masih namp akkah kita? Siapa kita? Adakah kita? Sebentuk apa kita diantara jagat raya ini? Subhanallaah.

Kedua; lihatlah keteraturan tubuh kita dengan segala fungsinya, kerumitan organ-organ dalam systemnya, subhaanallah, terjadikah itu begitu saja tanpa ada yang merancangnya? Itu baru bagian tubuh kita, bagaimana dengan keteraturan dalam jagat raya? Subhaanallaah, masihkan kita ingin menampakan keakuan/kesombongan ?

Andai kita tahu sesungguhnya penyebab ketidak seimbangan hidup ini adalah kesombongan. Very simple, right?

Salam
Sri Rahayu

Selasa, 04 Mei 2010

Melawan Amerika ala Jepang

(sebuah retorika)

Jepang pernah diratakan dengan tanah oleh tentara Amerika. Tahun 1945, tidak kurang dari 140 ribu nyawa bangsa Jepang hilang sia-sia ketika bom Atom dijatuhkan di Hiroshima. Dan 70 ribu lainnya mati sia-sia ketika bom Atom satunya lagi dijatuhkan di Nagasaki.

Praktis Jepang lumpuh. Tentaranya yang sedang menjajah negeri lain meluaskan sayap, pulang kampung. Negeri itu bangkrut, bubar dan tidak berbentuk lagi.

Apa yang pernah dialami Jepang di masa itu kira-kira mirip dengan yang dialami Iraq, Afghanistan dan negeri-negeri muslim lainnya. Bahkan mungkin penderitaan Jepang jauh lebih dahsyat. Sebab bom Atom itu bukan cuma menghancurkan gedung dan infrastruktur, tetapi efek radiasinya masih berbahaya untuk beberapa waktu.

Berbeda dengan sikap bangsa Jepang, ketika melihat negeri Islam dihancurkan oleh tentara Amerika, banyak pemuda muslim dari seluruh dunia yang marah dan bertekad membalas serangan itu dengan serangan yang sama.

Bahkan Usamah bin Ladin menyerukan jihad kepada Amerika, dan memerintahkan untuk membunuh semua bangsa Amerika, dimana saja bertemu. Kemarahan Usamah itu kemudian disambut gegap gempita oleh banyak kalangan muslim di dunia.

Tidak sedikit Kedutaan Besar Amerika di berbagai negara yang menerima ancaman bom dan peledakan. Warga Amerika sendiri pun tidak jarang menerima ancaman penganiayaan hingga pembunuhan di berbagai negara. Sampai pemerintah Amerika seringkali mengeluarkan travel warning demi keselamatan warganya.

Sebuah reaksi yang cukup membuat pemerintah Amerika kalang kabut.

Bom Teroris

Tapi yang rada aneh justru terjadi di negeri kita. Alih-alih membunuh bangsa Amerika, justru yang terbunuh malah bangsa sendiri. Serangan demi serangan dilancarkan oleh para pengebom, namun lebih sering salah sasaran.

Meski pun penjelasannya untuk menyerang kepentingan Amerika, tetapi yang jadi korban malah bukan warga negara Amerika. Justru bangsa kita yang nota bene umat Islam, malah lebih sering terkena sasaran pengeboman yang dilancarkan secara membabi buta oleh orang yang tidak bertanggungjawab.

Sayangnya, semua pengeboman itu masih memakai judul besar : jihad fi sabilillah. Padahal, yang mati bukan orang Amerika. Tempatnya pun bukan di medan peperangan yang sesungguhnya.

Serangkaian peledakan bom terus terjadi hingga hari ini. Catatan yang kita miliki antara lain :

1 Agustus 2000 : Ledakan bom terjadi di depan kediaman Duta Besar Filipina untuk Indonesia di Jakarta. Ledakan bom itu menewaskan dua staf rumah tangga kediaman serta puluhan orang lainnya mengalami luka cukup serius.

13 September 2000 : Bom mengguncang lantai parkir Gedung Bursa Efek Jakarta. Dengan bahan peledak TNT, ledakan bom menewaskan 10 orang, melukai 15 orang, serta dua mobil hangus, dan 20 mobil rusak.

25 Desember 2000 : Bom meledak di berbagai tempat di Indonesia saat malam Natal, yakni Jakarta, Bekasi, Sukabumi, Bandung, Mojokerto, Mataram, Pematang Siantar, Medan, Batam, dan Pekanbaru. Rangkaian ledakan ini mengakibatkan belasan orang tewas, seratus lebih lainnya luka-luka dan puluhan mobil rusak. Tercatat hanya 16 dari 31 bom yang meledak.

Agustus 2001 : Bom meledak di Plaza Atrium, Senen, Jakarta Pusat. Ledakan melukai enam orang.

23 September 2001 : Ledakan di lantai parkir Atrium Plaza menghancurkan beberapa mobil, walau tidak ada korban jiwa.

12 Oktober 2002 : Tiga ledakan bom mengguncang Bali . Ledakan pertama dan kedua mengguncang kawasan di Jalan Legian, Kuta. Sedangkan ledakan lainnya terjadi di dekat Kantor Konsulat Amerika Serikat, Denpasar. Di Manado, Sulawesi Utara, bom rakitan meledak di pintu gerbang masuk Kantor Konjen Filipina, tapi tidak ada korban jiwa.

Ledakan di Jalan Legian, mengakibatkan setidaknya 187 tewas dan 400 lainnya luka-luka. Ledakan juga mengakibatkan kerusakan parah dalam radius 100 meter dari pusat ledakan. Polisi mengidentifikasikan bahwa ledakan berasal dari bom mobil yang diletakkan di dalam Mitsubishi L-300. Tiga terpidana mati, Amrozi cs, sudah dieksekusi.

5 Agustus 2003 : Ledakan hebat mengguncang Hotel JW Marriott, Jakarta . Dengan bahan peledak, antara lain berupa CLO3, aluminium powder, TNT, detonator dan sumbu peledak. Bom menewaskan 11 orang, melukai 152 orang dan menghancurkan 22 mobil.

Pada 9 September 2004 : Pengeboman di depan Kedubes Australia , Kuningan, Jaksel. Jumlah korban jiwa tidak begitu jelas. Pihak Indonesia berhasil mengidentifikasi sembilan orang, namun pihak Australia menyebut angka 11. Peledakan itu dipercayai dilakukan oleh seorang pengebom berani mati bernama Heri Kurniawan alias Heri Golun dengan menggunakan van mini. Heri berhasil diidentifikasi melalui tes DNA.

1 Oktober 2005 : Terjadi tiga pengeboman di Bali , satu di Kuta dan dua di Jimbaran dengan sedikitnya 23 orang tewas dan 196 lainnya luka-luka.

Jepang Tidak Membalas Teror

Ketika negerinya diporakporandakan, bangsa Jepang pasti marah. Namun menarik untuk dikaji, mereka sudah tidak bernafsu lagi untuk membalas dengan serangan militer yang hanya akan menumpahkan darah.

Pembalasan yang dilakukan oleh bangsa Jepang cukup intelek dan elegan. Bukan mesiu atau peluru yang mereka kirim ke Amerika, tetapi rombongan mahasiswa genius yang sengaja diperintahkan untuk `mencuri` ilmu dan teknologi dari mantan lawannya.

Berbeda dengan mental terjajah bangsa Indonesia yang ke Amerika malah belajar ilmu-ilmu keislaman dari Yahudi, mahasiswa Jepang justru belajar teknologi yang memang belum mereka miliki. Karena dikerjakan dengan tekat yang serius, maka dalam waktu singkat nyaris hampir semua teknologi dan kekayaan ilmu pengetahuan yang tadinya dimiliki Amerika, sekarang sudah menjadi milik Jepang.

Saya diceritakan bagaimana saat itu Amerika agak pelit berbagi teknologi. Sampai akhirnya Jepang terpaksa membeli mobil Ford utuh untuk dibawa pulang ke Jepang. Di Jepang, mobil itu tidak untuk dipersembahkan buat para pejabat yang makan uang rakyat, tetapi untuk dibedah, dipreteli satu per satu isi perutnya, dipelajari dan ini yang menarik, ditiru, dikembangkan, disempurnakan dan diproduksi massal.

Hasilnya?

Semua orang tahu bahwa Amerika pun akhirnya mengimpor mobil dan motor dari Jepang. Sebab industri otomotif Jepang melesat maju meninggalkan industri otomotif Amerika. Bahkan sepeda motor yang dipakai patroli jalan raya California (ingat film CHIPS), mereknya Honda.

Bahkan kini General Motor sebagai induk industri otomotif Amerika terpaksa merumahkan ribuan karyawannya. Teknik perakitan kendaraan roda empat memang tidak diciptakan orang Jepang, patennya dimiliki orang Amerika. Tapi ternyata Jepang dengan inovasinya bisa mengembangkan industri perakitan kendaraan yang lebih cepat dan murah.

Di bidang elektronik, Akio Morita mengembangkan Sony Walkman yang melegenda itu. Meski pita kaset ditemukan patennya oleh Phillip Electronics. Tapi walkman berhasil dikembangkan dan dibudling sebagai sebuah produk yang booming Sony tidak kurang dari 150 juta produk.

Bangsa Jepang Gemar Berkarya

Berbeda dengan umumnya bangsa-bangsa muslim yang senang berdebat, saling menjelekkan dan jarang akur, alias lebih sering bertikai, bangsa Jepang kelihatan lebih kalem. Mereka tidak terlalu banyak cakap, tapi rajin bekerja.

Mas Romi Satria Wahono, teman saya yang menggondol doktor di Jepang dan 10 tahun bermukim disana bercerita. Menurut beliau, rata-rata jam kerja pegawai di Jepang adalah 2450 jam per tahun.

Jam kerja ini terbilang sangat tinggi, bila dibandingkan dengan jam kerja bangsa-bangsa lain yang juga maju. Konon jam kerja orang Amerika sebanyak 1.957 jam per tahun. Kalau orang Inggris jam kerjanya 1.911 jam per tahun. Orang Jerman bekerja sebanyak 1.870 jam setahun. Orang Perancis bekerja sebanyak 1.680 jam setahun.

Sayangnya, saya tidak punya data PNS di negeri kita, berapa ya kira-kira jumlah jam kerja mereka?

Kalau mau iseng-iseng coba yuk kita hitung. Misalnya, PNS kita yang makan uang pajak rakyat itu datang ke kantor jam 09.00 pagi dengan badan lelah berjam-jam naik angkot dengan lalu lintas yang macet parah. Sampai di kantor harus istirahat dulu sambil baca koran atau minum teh. Kerja betulannya baru dimulai kira-kira jam 10.00 pagi.

Jam 11.30 sudah repot mau ke Masjid, sebab alasannya kan mau menunaikan ibadah shalat Dzhuhur. Balik dari masjid sekalian makan siang, jam 14.00. Kerja sebentar kira-kira 1 jam, itu pun kalau ada yang dikerjakan, kalau tidak ada, ya main game, chating, catur, atau ngobyek. Praktis sehari kerja yang beneran cuma 3 jam.

Kalau seminggu kerja 5 hari, berarti seminggu hanya 15 jam. Setahun? Kalikan saja dengan 52 minggu, hasilnya hana 780 jam setahun. Itupun sudah tidak dihitung tanggal merah, cuti bersama dan `HARPITNAS`(Hari Kejepit Nasional).

Seorang pegawai di Jepang bisa menghasilkan sebuah mobil dalam 9 hari, sedangkan pegawai di negara lain memerlukan 47 hari untuk membuat mobil yang bernilai sama. Seorang pekerja Jepang boleh dikatakan bisa melakukan pekerjaan yang biasanya dikerjakan oleh 5-6 orang.

Pulang cepat adalah sesuatu yang boleh dikatakan `agak memalukan` di Jepang, dan menandakan bahwa pegawai tersebut termasuk `yang tidak dibutuhkan` oleh perusahaan.

Tekun dan Ulet


Bumi Jepang sebenarnya tidak terlalu berlimpah dengan kekayaan alam. Tapi barangkali justru faktor itulah yang memicu orang-orang Jepang menjadi tekun dan ulet, akhirnya malah sukses.

Sesungguhnya untuk kebutuhan warganya, Jepang sangat mengandalkan negara lain, termasuk Indonesia . Tidak hanya menjadi pengimpor minyak bumi, batubara, biji besi dan kayu, bahkan 85% sumber energi Jepang berasal dari negara lain termasuk Indonesia .

Sampai ada yang bilang seandainya Indonesia menghentikan pasokan minyak bumi ke Jepang, maka 30% wilayah Jepang akan gelap gulita. Bandingkan dengan negeri kita yang berlimpah dengan bahan-bahan alam, ada minyak bumi, batu bara, bijih besi, emas dan lainnya. Seharusnya kita lebih maju dari Jepang. Bahkan bisa menekan Jepang dengan menghentikan ekspor minyak bumi.

Tapi itulah bangsa Jepang, alamnya yang sering dilanda gempa bukan bikin bangsanya jadi peminta-minta belas kasihan negara lain.

Nasionalisme dan Loyaliltas

Hal yang menarik lainnya dari bangsa Jepang, mereka punya rasa nasionalisme yang patut dibanggakan. Kedutaan Besar Jepang di berbagai negara selalu terbuka untuk memberikan bantuan sepenuhnya buat warganya.

Berbeda dengan ulah para pejabat KBRI dan konsulat kita di negeri lain, alih-alih membela bangsa sendiri, yang sering saya lihat mereka malah rada bermusuhan kepada WNI sendiri. Hubungan renggang antara pejabat kedutaan dengan bangsa Indonesia yang tinggal di negara yang bersangkutan, lebih sering kurang serasi.

Bangsa Jepang juga dikenal punya loyalitas yang tinggi. Loyalitas membuat sistem karir di sebuah perusahaan berjalan dan tertata dengan rapi. Sedikit berbeda dengan sistem di Amerika dan Eropa, sangat jarang orang Jepang yang berpindah-pindah pekerjaan. Mereka biasanya bertahan di satu atau dua perusahaan sampai
pensiun.

Ini mungkin implikasi dari Industri di Jepang yang kebanyakan hanya mau menerima fresh graduate, yang kemudian mereka latih dan didik sendiri sesuai dengan bidang garapan (core business) perusahaan.

Di negeri kita, loyalitas adalah barang basi. Loyalitas biasanya diberikan kepada pihak yang mau bayar lebih tinggi. Termasuk dalam urusan memilih partai dan pejabat. Siapa yang uang `serangan fajar`nya lebih tinggi, biasanya dia yang menang.

Tidak Bergantung Bangsa Lain

Berbeda dengan negeri-negeri yang mayoritas muslim, bangsa Jepang punya kebiasaan untuk tidak bergantung kepada bangsa lain.

Ini pengalaman saya sendiri waktu berangkat ke Jepang. Kebetulan charger hp saya tertinggal di Jakarta , dan itu saya sadari ketika sudah masuk ruang tunggu bandara. Saya berpikir, alah gampang, nanti saja di Tokyo saya beli yang baru atau pinjam teman. Toh hp saya bermerk Sony Ericsson, Sony kan merk Jepang. Masak sih tidak ada yang jual, begitu pikir saya.

Ternyata saya salah besar. Di Jepang bukan hanya tidak dijual chargernya, bahkan hp yang semerk dengan milik saya pun tidak dijual. Dari belasan toko elektronik yang saya masuki, semua menggeleng dan bilang, hp seperti itu belum pernah dia lihat seumur hidupnya.

Rupanya bangsa Jepang punya hp sendiri, yang tidak ada di negara lain. Mereka bikin sendiri dan hanya bisa dipakai di Jepang saja. Merk-merk hp terkenal seperti yang ada di negeri kita, justru tidak dikenal di Jepang.

Colokan listrik Jepang pun beda dengan yang umumnya berlaku di berbagai negara. Bentuknya pipih berbentuk lempengan, alat-alat elektronik yang kita punya sudah pasti tidak bisa dicolok disana, kecuali bila kita beli adapter.

Tegangan listriknya saja `aneh` dalam pandangan saya. Dimana-mana kan seharusnya 220 volt. Ternyata di Jepang cuma 110 volt.

Teman-teman panitia yang mengundang saya di Jepang berkomentar, `Ustadz, orang Jepang itu merasa Jepang adalah pusat dunia. Mereka merasa tidak butuh dengan negara lain. Jadi mereka ciptakan teknologi sesuai dengan selera mereka saja`.

Membangun Peradaban Mengalahkan Amerika

Dari semua hal di atas, yang paling mengesankan saya sendiri adalah balas dendam dan perlawanan bangsa Jepang terhadap gempuran Amerika dilakukan bukan dengan menumpahkan darah.

Barangkali bangsa Jepang sudah belajar cukup banyak tentang makna kemanusiaan, walau pun bangsa Jepang tidak mengenal agama. Bahkan di Jepang tidak ada hari libur keagamaan. Bandingkan dengan kita bangsa-bangsa muslim yang sepanjang tahun semarak dengan berbagai perayaan hari besar agama, tetapi rajin berbunuhan sepanjang tahun.

Iraq , Palestina , Afghanistan , Pakistan adalah contoh dari sekian banyak negeri yang harga nyawa manusia terasa sedemikian murah. Harta benda milik manusia sama sekali tidak ada jaminan keamananya, karena setiap saat bisa saja dicuri, dirampok, dikorupsi oleh pejabatnya, digelapkan bahkan dijarah.

Lepas dari siapa pelaku dan pihak yang salah, tetapi gambaran tentang peradaban Islam yang aman, sesuai dengan akar kata `islam`, rasanya masih jauh di alam mimpi. Kita tidak bisa dengan mudah menemukannya di negeri-negeri muslim.

Seandainya bangsa-bangsa muslim membangun teknologi yang unggul, tidak mengandalkan kepada bangsa lain, saya yakin Amerika pun akan hormat kepada kita. Saya tahu persis bahwa mahasiswa Indonesia di luar negeri cukup banyak yang sudah menguasai berbagai teknologi. Bahkan bikin reaktor nuklir pun bisa dilakukan dengan mudah. Ilmunya sudah dikuasai, tapi good will dari pemerintahnya yang tidak ada.

Apalagi bila kita mampu menguasai dan mengolah sendiri kekayaan alam yang berlimpah, tidak digadaikan buat kepentingan bangsa lain, maka Amerika pasti semakin takut dengan kita. Tapi sekali lagi, niat baik dari para pemimpin yang langka.

Dan yang lebih fantastis lagi, seandainya bangsa-bangsa muslim di dunia ini mengakhiri pertikaian di tengah mereka, lalu bersatu menjalin kekuatan bersama, saya tambah yakin kalau Amerika tidak akan bisa jualan senjata. Industri persenjataan Amerika itu bisa untung besar, selama negeri-negeri Islam sibuk berperang. Artinya, perang adalah ladang penghidupan buat Amerika.

Jadi kita ini sebenarnya tidak perlu boikot makanan Amerika. Cukup hentikan perang, insya Allah industri senjata Amerika akan gulung tikar. Dan rasanya aneh, mosok kita perang lawan Amerika, tapi pakai M-16? Mosok kita perang melawan Israel tapi pakai Uzi?

Kalau pun nanti kita berjhad fisik suatu hari, sebaiknya senjata yang kita pakai bukan M-16 atau AK47, tetapi merknya Paijo 77, Paimin 85, Tugiran 2000 atau Wakijan 21. Maksudnya, kita pakai senjata yang kita bangun sendiri industrinya.

Tulisan saya ini bukan berarti membesar-besarkan Jepang yang pernah menjajah kita 3,5 tahun dan memperkosa wanita-wanita kita (Jugun Ianfu). Tapi sekedar mengambil pelajaran. Biar bagaimana pun Jepang pasti punya kekurangan dan kelemahan juga.

Semoga Allah SWT membuka hati-hati kita dan meneranginya dengan cahaya-Nya yang tidak pernah padam, agar kita semua dapat mengambil pelajaran berharga.

Maka ambillah untuk menjadi pelajaran, hai orang-orang yang mempunyai wawasan. (QS. Al-Hasyr : 2)

Sebelum berkeluh kesah...

sebelum kamu mengeluh tentang pekerjaanmu...
pikirkanlah tentang seseorang yang tidak memiliki pekerjaan atau seseorang yang sedang berusaha keras mencari pekerjaan

sebelum kamu mengeluh mengenai rumahmu...
pikirkanlah tentang seseorang yang hidupnya harus pindah dari satu kolong jembatan ke kolong jembatan lainnya

sebelum kamu mengeluh tentang rasa makananmu...
pikirkanlah tentang seseorang yang mengisi kekosongan perutnya dari sisa-sisa makanan orang lain

sebelum kamu mengeluh karena tidak memiliki apa-apa...
pikirkanlah tentang seseorang yang menadahkan tangannya meminta belas kasihan orang lain di jalanan

sebelum kamu mengeluh tentang pasangan hidup anda...
pikirkanlah tentang seseorang yang setiap harinya berdoa agar dipertemukan dengan jodohnya

sebelum kamu mengeluh tentang anak-anakmu. ..
pikirkanlah tentang seseorang yang sangat berharap memiliki generasi penerus namun tidak bisa karena dia steril

sebelum kamu mengatakan sesuatu yang kurang baik dan dapat menyakiti hati orang lain...
pikirkanlah seseorang yang tidak bisa berbicara sama sekali

sebelum kamu berkeluh kesah tentang kondisi dirimu...
pikirkanlah tentang orang-orang cacat yang tidak memiliki anggota tubuh yang sempurna

Sebelum kamu menunjukkan jari dan menyalahkan orang lain...
ingatlah bahwa tidak ada seorangpun yang tidak berdosa

ketika kamu sedang bersedih dan hidupmu dalam kesusahan, tersenyum dan berterima kasihlah kepada Allah SWT bahwa kamu masih hidup dan kesempatan.

Sesungguhnya keadaan tidak akan pernah berubah dengan hanya berkeluh kesah. Berusahalah semaksimal mungkin biarkan dan serahkan semuanya pada Allah (Qs: 13:11)

Salam
FEBRIYA FAJRI

Wirausahawan Sosial

Mungkinkah sebuah entitas bisnis bervisi sosial? Bukankah pebisnis hanya sekadar mengejar keuntungan? Atau sebaliknya, hanya yayasankah yang bisa bergerak dalam usaha- usaha menangani masalah sosial?

Pertanyaan sejenis sudah sering bermunculan tetapi tak terjawab dengan tuntas. Wirausahawan sosial menjadi makhluk baru yang perlu dilihat.

Ya, wirausahawan sosial memang makhluk baru di Indonesia. Ketika Kompas diundang oleh British Council untuk melihat lembaga-lembaga terkait kewirausahawan sosial di Inggris, yang muncul di benak hanyalah perusahaan dan yayasan. Perusahaan adalah entitas bisnis yang berusaha memaksimalkan keuntungan, sedangkan yayasan bergerak lebih banyak usaha sosial tetapi tak boleh mengejar keuntungan.

Di antara perusahaan dan yayasan ada wirausaha sosial. Sebenarnya wirausaha sosial (social enterprise) sudah muncul di dalam buku-buku teks kuliah pada tahun 1960-an sampai 1970-an. Baru kemudian pada 1980-an hingga 1990-an wirausaha sosial menyebar dan berkembang. Di Inggris, salah satu penggerak waktu itu adalah Bill Drayton, yang mendirikan wirausaha sosial bernama Ashoka.

"Kami mendefinisikan wirausaha sosial sebagai entitas bisnis yang tujuan utamanya bersifat sosial. Keuntungan yang didapat dari usahanya dinvestasikan kembali untuk mencapai tujuan sosial itu atau untuk kepentingan sosial. Kewirausahaan sosial lebih dari sekadar didorong oleh keinginan untuk memaksimalkan profit bagi pemegang saham atau pemilik," kata Manajer Promosi Wirausaha Sosial dan Kebudayaan Kantor Kementerian Urusan Sektor Ketiga Tamsyn Roberts.

Definisi

Dengan definisi seperti itu, sebenarnya di Indonesia sudah terdapat wirausaha sosial, seperti Bina Swadaya. Lembaga ini mencari keuntungan melalui beberapa unit bisnisnya, tetapi keuntungan itu diinvestasikan kembali untuk membantu masyarakat kecil dan juga petani.

Ada juga beberapa lembaga dengan cara mengajukan berbagai proyek ke perusahaan-perusaha an untuk mengerjakan sejumlah proyek yang bersifat sosial, seperti pendidikan dan perbaikan lingkungan. Lembaga ini mengambil keuntungan dari proyek-proyek yang dikerjakan, tetapi keuntungan itu untuk diinvestasikan kembali bagi tujuan sosialnya.

Ada pula yayasan atau lembaga swadaya masyarakat yang juga mengelola unit usaha. Keuntungan yang didapat dari usaha itu digunakan untuk kegiatan sosial mereka. Mereka terbantu dengan keberadaan unit usaha ini karena menjadikan mereka tidak tergantung sepenuhnya kepada penyandang dana.

Namun berbeda dengan Indonesia, di Inggris lembaga-lembaga wirausaha sosial itu mendapat pengakuan pemerintah. Di samping perusahaan dan yayasan, Pemerintah Inggris mengakui keberadaan wirausaha sosial itu. Bahkan, pengakuan itu diwujudkan dalam bentuk keberadaan Kementerian Urusan Sektor Ketiga yang di dalamnya mengurus wirausaha sosial. Penyebutan sektor ketiga untuk memperlihatkan keberadaan lembaga yang berada di antara pemerintah dan swasta.

Pengakuan itu juga diwujudkan dalam bentuk penggelontoran dana-dana yang diperebutkan berbagai wirausaha sosial melalui berbagai proyek yang diusulkan oleh lembaga wirausaha sosial. Meski dana tersebut tidak hanya murni dari pemerintah, pemerintah berhak mengecek manfaat penerima dana itu. Hal ini untuk menjamin dana tersebut tidak disalahgunakan oleh penerima.

Wirausahawan sosial yang mendapat dana kemudian mengerjakan proyek yang sudah tentu harus bermanfaat bagi masyarakat, seperti penciptaan lapangan pekerjaan, pengurangan jumlah warga yang tidak memiliki rumah, dan perbaikan lingkungan. Pemerintah kemudian akan mengaudit dana-dana yang disalurkan itu. Pemerintah mengecek manfaat yang diterima oleh masyarakat yang menjadi subyek dalam proyek-proyek itu.

"Dana utama kami berasal dari Millenium Award Trust, sebuah warisan bernilai 100 juta poundsterling dari The Milenium Commission," kata Direktur Pengembangan UnLtd Zulfiqar Ahmed, sebuah lembaga wirausaha sosial yang mengerjakan berbagai proyek dari dana itu.

Pengakuan keberadaan wirausaha sosial oleh pemerintah Inggris dilakukan karena pada kenyataannya lembaga tersebut mampu memenuhi kebutuhan masyarakat dengan menjawab berbagai tantangan masalah sosial dan lingkungan. Wirausaha sosial juga diyakini mendorong hal-hal yang bersifat etis dalam bisnis, memperbaiki pelayanan publik, dan pada kenyataannya wirausaha sosial menciptakan wirausahawan- wirausahawan baru untuk
menyelesaikan masalah-masalah masyarakat.

Pengakuan

Sebagai wujud pengakuan itu, kantor Kementerian Urusan Sektor Ketiga mengadakan berbagai kegiatan untuk mendorong kinerja wirausaha sosial. Mereka memberi penghargaan, memberi akses yang lebih besar dalam hal pembiayaan, dan dukungan bisnis bagi lembaga wirausaha sosial.

Perkembangan lembaga wirausaha sosial di Inggris telah melahirkan pula lembaga-lembaga konsultasi, pengembangan studi tentang wirausaha sosial di sejumlah perguruan tinggi, bahkan hingga lembaga yang menyediakan jasa fasilitas rapat dan pertemuan untuk sektor ketiga.

Hal lain yang menarik adalah lembaga wirausaha sosial memberi peluang untuk sejumlah sukarelawan aktif bergerak di dalam lembaga itu. Meskipun lembaga wirausaha sosial merupakan lembaga bisnis tetapi dengan tujuan-tujuan yang bersifat sosial, lembaga ini memberi peluang bagi sukarelawan untuk terlibat.

Yang mungkin menjadi pertanyaan adalah, bagaimana dengan pengelolaan karyawan di lembaga wirausaha sosial. Apakah karena bertujuan sosial, kemudian mereka bisa digaji seadanya?

"Kami juga digaji layak. Kami digaji dengan patokan gaji untuk mereka yang bekerja di pelayanan publik. Kalau kami menjabat sebagai manajer, gajinya akan distandarkan dengan gaji manajer untuk lembaga pelayanan publik. Hal yang sama kalau kami menjabat sebagai direktur," kata Direktur Komunikasi dan Kebijakan School for Social Enterprise Nick Temple berkisah tentang gaji yang didapat di dalam lembaganya.

Perkembangan lembaga wirausaha sosial ini juga mulai menyebar ke luar Inggris. Beberapa negara di Asia juga mulai mengembangkan lembaga wirausaha sosial, seperti Thailand, Jepang, Vietnam, dan Filipina. Sebenarnya lembaga wirausaha sosial sudah ada di hampir banyak negara. Hanya saja pengakuan dari pemerintah belum ada.

Thailand mungkin lebih beruntung. Sejumlah pihak, mulai dari lembaga pemerintah, media, lembaga swadaya masyarakat, pengusaha swasta, hingga pasar modal, pernah berkumpul untuk membicarakan tentang keberadaan lembaga wirausaha sosial. Bahkan, mereka telah membuat peta jalan bagi pengakuan lembaga wirausaha sosial.

Di Indonesia sebenarnya sudah lama lembaga-lembaga wirausaha sosial bermunculan. Sama dengan di beberapa negara di Asia pengakuan tentang lembaga itu belum ada. Pemerintah masih melihat hanya perusahaan dan yayasan sesuai dengan hukum yang ada. Meskipun demikian, wirausahawan sosial telah melangkah.

Salam enterpreneur
Agung Smile

Minggu, 02 Mei 2010

Kebencian VS Cinta Kasih

Kebencian tidak akan pernah berakhir jika dibalas dengan kebencian. Ia hanya akan berakhir jika diselesaikan dengan cinta kasih.

Lupakanlah orang yang pernah menyakiti Anda, dengan itu, Anda bisa mengosongkan energi negatif itu dari ruang hati sehingga ia bisa diisi dengan hal-hal positif dan konstruktif. (Status 27, Success & Joy Talks, DR. Ponijan Liaw)

Dunia ini terlalu sempit bagi orang yang memiliki banyak musuh. Karena ke sudut mana pun ia pergi, ia akan terus bertemu dengan orang yang tidak disukai.

Jika situasi dan kondisinya seperti itu, kemanakah gerangan ia harus berdiri?

Tidak ada satu tempat pun di kaki bumi mau pun di langit yang bisa menyewakan tempat aman, bebas dari orang-orang yang dibenci.

Sebagai seorang yang berpikiran positif, ada baiknya semua pihak merenungkan makna hakikat kehidupan dan eksistensinya di bumi ini. Terlebih lagi jika Anda seorang entrepreneur yang sejatinya harus membina relasi dengan banyak pihak agar ekspansi dan eskalasi usaha dan korporasi Anda bisa meningkat berdasarkan deret ukur. Semua pihak harus dirangkul. Tanpa itu, mustahil kesuksesan yang sesungguhnya akan dapat diraih.

Kerugian ‘Memelihara’ Kebencian

Jika ada pihak yang pernah melukai Anda, ingatlah bahwa mungkin ia tidak sengaja melakukannya. Mengapa Anda membawa beban itu kemana pun Anda pergi? Apakah hal itu akan dibawa sampai mati? Bukankah energi yang terkuras untuk itu berakhir sia-sia tanpa laba?

Sesungguhnya, terdapat sederet panjang kerugian yang menghampiri seseorang yang menyimpan dan memelihara kebencian itu. Ruang afeksi yang seyogyanya berisi karakter positif, konstruktif, simpatik dan empatik terpaksa tidak berdaya menerima desakan dahsyat dari energi negatif-destruktif (baca: kebencian) yang terus menerus membombardirnya setiap hari.

Hati menjadi pasif dan antipati. Sensitivitas hati berangsur lenyap secara berkala. Humanitas terhadap sesama menguap. Jika sudah demikian, peran hati yang sejatinya penuh kasih untuk berbagi tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Hati menjadi mati, walau pun pemilik fisiknya masih hidup. Akumulasi dari terabrasinya hati ini lambat laun akan membuat sang pemiliknya menjadi manusia yang apatis, negatif, pasif, abusif, agresif dan sensitif.

Ruang pergaulannya menjadi semakin menyempit. Padahal ruang itu seharusnya semakin diperlebar dari hari ke hari. Karena disanalah transaksi relasi sosial dan bisnis terjadi.

Balas dengan Cinta Kasih

Ada sebuah contoh menarik mengenai bagaimana seharusnya kebencian itu dibalas. Nelson Mandela, sang legenda Afrika Selatan, telah memberikan contoh bagaimana kebencian itu harus dibalas. 18 tahun ia dipenjara oleh musuh politiknya di negeri kulit hitam itu. Ia dituduh dengan dakwaan palsu. Dijebloskan ke penjara dengan pasal penuh rekayasa. Namun, ketika ia keluar dari balik terali besi, ia melupakan peristiwa itu dan mencalonkan diri dalam pemilihan presiden Afrika Selatan, dan ia menang! Ia adalah presiden pertama di negeri tandus itu yang dipilih secara demokratis.

Pernyataan pertama yang disampaikan oleh panglima tentaranya setelah ia dilantik menjadi presiden adalah ia siap menangkap petinggi tentara yang menjebloskan sang presiden ke penjara jika diperintahkan. Sang presiden murah senyum itu pun menjawab tidak perlu. Biarlah hal itu menjadi catatan sejarah hitam yang pernah terjadi pada dirinya. Rakyat yang akan menilai perjalanan hidup politik siapa yang layak diteladani dan tidak. Ia tidak mau menghukum.

Sang presiden telah mengajarkan kepada dunia bahwa kebencian itu tidak pantas dipelihara karena ia akan menjadi siklus yang tidak pernah akan berakhir.

Biarlah ia dibalas dengan cinta kasih agar semuanya berjalan dengan lebih menyenangkan.

Siapkah Anda menebarkan cinta kasih kepada mereka yang membenci?

Salam Cinta
Ponijan

Siapa yang kaya sebenarnya?

Seorang bijak memasang sebuah pengumuman di atas tanah kosong dekat rumahnya: “Tanah ini akan diberikan kepada siapa saja yang telah menjadi orang kaya dalam arti yang sesungguhnya.”

Suatu hari seorang petani kaya lewat di tempat itu, membaca pengumuman dan berkata pada dirinya sendiri, “Karena kawan saya si orang bijak itu telah siap melepaskan sebidang tanah, mungkin baik kalau saya memintanya sebelum didahului orang lain. Saya orang kaya yang mempunyai segala sesuatu. Jadi saya pasti memenuhi syarat.”

Segera saja petani kaya itu mengetuk pintu dan mengemukakan maksudnya. Orang bijak kemudian bertanya, “Apakah Tuan sungguh-sungguh telah kaya?” “Sungguh, karena saya mempunyai segala sesuatu yang saya butuhkan,” jawab petani.

Kawan, lanjut si orang bijak, “Anda sesungguhnya adalah orang miskin karena senantiasa merasa kekurangan. Coba pikir-kan baik-baik. Kalau Anda benar-benar sudah kaya, mengapa Anda masih meng-inginkan tanah itu?”

Pembaca yang budiman, siapakah sebenarnya orang kaya menurut Anda?

Banyak orang mendefinisikan kaya dan miskin semata-mata dari dimensi fisik. Dari sudut pandang ini maka kekayaan diukur dari banyaknya harta fisik yang dimiliki seseorang. Padahal sesungguhnya harta yang kita miliki itu berada di luar diri kita, dan karena itu suatu ketika mereka pun akan berpisah dari kita. Ketika meninggal dunia kita meninggalkan semua harta kita, bahkan yang belum sempat kita nikmati. Pada saat itu kita akan sampai pada kesadaran bahwa di dunia ini tidak pernah ada yang disebut hak milik, semuanya hanyalah hak pakai.

Ketika meninggal dunia kita hanya membawa selembar kain yang melekat di tubuh kita untuk menuju perjalanan beri-kutnya. Karena itu dari sudut pandang fisik, ketika meninggal dunia kita telah menjadi orang yang semiskin-miskinnya. Ini akan sungguh-sungguh membuka mata kita bahwa segala upaya yang kita lakukan untuk mengumpulkan harta sesungguhnya pekerjaan yang sia-sia. Inilah keterbatasan dunia fisik. Dan karena manusia sejatinya adalah makhluk spiritual, maka orang kaya dalam arti sebenarnya adalah orang yang kaya secara spiritual. Orang yang seperti ini akan membawa kekayaannya ke mana pun ia pergi dan menuju.

Ada empat ciri orang kaya dalam penger-tian ini. Pertama, orang kaya adalah orang yang selalu merasa cukup. Ia tidak memiliki banyak kebutuhan. Berapa pun banyaknya harta yang ia miliki, orang yang tercerah-kan ini senantiasa hidup sederhana. Ia menggunakan barang-barang kebutuhannya dengan seperlunya saja. Ia tidak terobsesi untuk memiliki lebih banyak barang lagi. Ia hanya memiliki barang yang benar-benar ia butuhkan.

Orang kaya adalah orang yang sederhana dan tak pernah menumpuk-numpuk barang. Hanya orang miskinlah yang senantiasa menumpuk-numpuk barang dan bangga dengan penumpukan barang itu.

Berkaitan dengan hal ini, ada sebuah cerita menarik mengenai Socrates, filsuf Yunani terkemuka. Ia adalah orang yang sangat sederhana bahkan sepatu pun ia tak punya. Namun anehnya, ia sering tertarik oleh keramaian pasar dan sering pergi ke sana buat melihat segala macam barang yang dipertonton.

Ketika salah seorang kawannya bertanya mengapa demikian, Socrates berkata, “Saya senang pergi ke sana untuk mengetahui berapa banyak barang yang meskipun tidak memilikinya, saya tetap gembira.”

Ciri kedua orang kaya adalah orang yang memiliki tetapi tidak dimiliki. Ketika kita memiliki sesuatu maka kitalah yang menjadi tuan, sedangkan barang yang kita miliki menjadi budak kita. Dengan demiki¬an, kita dapat menggunakan barang itu sesuai dengan kebutuhan kita. Namun yang berbahaya ketika kita dimiliki oleh sesuatu. Di sini sesuatu itu telah menjadi tuan, sedangkan kita berada di posisi budak. Di sini kita sudah benar-benar terobsesi oleh sesuatu, dan telah tercipta kelekatan antara kita dengan sesuatu itu. Seolah-olah bila tidak mendapatkannya kita tidak akan bahagia. Dengan begitu, sesuatu itu pada hakikatnya telah mengendalikan kita, telah menentukan jalan hidup dan kebahagiaan kita.

Ketika kita dimiliki oleh sesuatu, kita sesungguhnya telah meletakkan harga diri kita pada sesuatu itu. Namun bukankah sesuatu itu suatu ketika pasti akan hilang dari tangan kita karena inilah sesungguhnya hukum alam yang sejati? Lantas kalau hal itu hilang, bagaimana pula dengan harga diri kita?

Ciri ketiga orang kaya adalah selalu memberi. Ini yang membedakannya dari orang miskin yang selalu meminta. Orang kaya sejati adalah mereka yang selalu siap memberikan apa pun yang dimiliki: uang, perhatian, pikiran, tenaga, waktu, dan se-bagainya. Mereka mampu memberi karena sumber daya spiritual yang mereka miliki begitu melimpah. Mereka percaya pada filosofi “tangan di atas” terlepas dari kondisi apa pun yang tengah mereka hadapi.

Keempat, orang kaya adalah orang yang memiliki banyak cinta. Mereka memiliki cinta karena senantiasa dekat dengan Sang Maha Pencinta. Para pemilik cinta ini memiliki energi yang begitu besar karena kemampuannya untuk mengakses cinta Ilahi. Karena itu mereka senantiasa berbagi cinta dan energi kepada siapa saja.

Sebaliknya orang miskin adalah orang yang senantiasa ketakutan. Mereka selalu diliputi rasa waswas dan khawatir. Takut miskin, takut lapar, takut diabaikan orang, takut kalah, takut ketahuan, takut tertangkap. Karena itu mereka menghabiskan begitu banyak energi buat melindungi diri sendiri. Kalau begitu, mana ada lagi energi yang tersisa dan bisa dibagikan kepada orang lain?

Salam
Arvan Pradiansyah
Penulis: "The 7 Laws of Happiness"
Motivator acara Smart Happiness
di Smart FM Jakarta