Kamis, 25 September 2008

Resensi Film "Laskar Pelangi"

Sejak mengetahui bahwa Laskar Pelangi akan dibuat film, maka sejak itu juga saya bertekad untuk menyaksikan filmnya.
Mengapa ?
Karena novel Laskar Pelangi juga merupakan salah satu novel yang paling berkesan bagi saya. Yang menceritakan pendidikan disebuah daerah dengan sangat gamblang, beserta suka duka guru maupun siswanya yang bening bagaikan air.
Hari ini merupakan pemutaran perdana film tersebut serentak di Indonesia (atau cuman Jakarta yah…), dan karena pengalaman dengan pemutaran perdana film-film lainnya, dimana biasanya penuh sesak atau memperoleh tempat duduk barisan depan yang amat sangat tidak nyaman sekali, maka hari ini, untuk pemutaran pukul 16.45, saya sudah antri di Plaza Senayan XXI pukul 10.00 WIB
Akhirnya, malah menjadi pembeli tiket yang pertama
Nah, bagaimana resensi dan kesimpulan saya ?
Film ini dibuka dengan adegan seorang anak kecil yang dibujuk untuk menggunakan sepatu bekas ke untuk berangkat ke sekolah. Bukan masalah bekasnya, tapi sepatu itu adalah sepatu untuk wanita (lengkap dengan warnanya yang pink) padahal anak ini adalah seorang laki-laki. Dialah Ikal, salah seorang tokoh utama dari film ini.
Schene berikutnya memperlihatkan latar belakang cerita, berupa sekolah lokasi di Indonesia, sebuah pulau yang bernama Belitung, yang merupakan penghasil timah terbesar di Indonesia pada tahun 1970-an (settingan film ini memang bernuansa 70-an), namun di pulau tersebut terdapat 2 kehidupan yang amat kontras, yaitu kehidupan kelas atas para pegawai PN Timah dan kehidupan kelas bawah dari strata terendah di pulau tersebut. Pada kondisi inilah film ini bermain.
Adegan berikutnya adalah adegan pada sebuah sekolah dasar, yang bernama SD Muhammadiyah, yang juga merupakan SD satu-satunya yang bernafaskan Islam di daerah itu. SD ini merupakan pilihan terakhir bagi masyarakat yang masih punya harapan dan keinginan untuk menyekolahkan anaknya. Hal ini karena SD lain biayanya amat tinggi dan tidak terjangkau oleh mereka. Kondisi SD ini amat memprihatinkan, dengan bangku sekolah yang rusak sana sini, atap dan dinding ruangan yang juga berlubang, lantai tanah yang kadang digunakan juga untuk kandang kambing. Bahkan salah satu sisi sekolah sampai harus disangga dengan kayu untuk mencegah sekolah ini roboh.

Kendala berikutnya adalah, sekolah ini sudah memperoleh peringatan dari penilik sekolah, bahwa agar tetap dapat membuka kelas, maka jumlah siswa baru yang mendaftar, minimal 10 orang. Ketegangan untuk menunggu siswa mencapai 10 orang inilah yang tergambar pada adegan-adegan selanjutnya. Bapak K.A. Harfan Efendy Noor yang dipanggil dengan Pak Harfan sang kepala sekolah, dan Ibu N.A. Muslimah Hafsari atau Bu Mus sang guru sampai amat tegang menunggu murid terakhir, karena sampai pukul 11 siang, baru 9 orang yang mendaftar di sekolah tersebut. Akhirnya, saat kepala sekolah sudah putus asa, dan sedang memberikan sambutan selamat datang sekaligus perpisahan untuk membubarkan sekolah, murid terakhir tampak berlari-lari untuk ikut sekolah disana. Sehingga, kuota minimal 10 orang terpenuhi.
10 orang murid tersebut adalah:
(1) Ikal, sang tokoh utama
(2) Lintang, anak sekorang nelayan, yang untuk bersekolah harus bersepeda 80 Km pulang pergi, sehingga baunya mirip bau hangus terbakar
(3) Mahar, sang seniman muda yang sejak kecil sudah menunjukkan bakatnya
(4) Sahara, satu-satunya wanita yang menjadi murid pada awal sekolah (nantinya akan ada murid berikutnya)
(5) Trapani, yang pada film ini tidak terlalu ditonjolkan
(6) Borek, yang suka mengganggu
(7) Kucai, sang ketua kelas
(8) A Kiong, satu-satunya siswa Hokian di SD itu
(9) Syahdan, yang juga tidak terlalu menonjol pada film ini
(10) Harun, anak terbelakang mental yang menjadi penyelamat SD Muhammadiyah, karena dialah yang menjadi murid ke 10 dan menyebabkan sekolah batal ditutup

Adegan berikutnya banyak diwarnai dengan pola belajar mengajar mereka, serta adegan-adegan dari kepala sekolah dan alasannya hingga tetap mempertahankan sekolah tersebut.
Salah satu petuah yang paling ditekankan oleh Pak Harfan adalah “Jangan terlalu banyak meminta, tetapi berusahalah untuk memberi sebanyak-banyaknya”. Selanjutnya, mereka semakin akrab satu sama lain, bermain bersama, berpetualang bersama, bahkan pada suatu sore setelah hujan deras mereka berdiri diatas sebuah batu besar dan menyaksikan pelangi yang amat indah. Bu Mus yang mengikuti mereka lalu memanggil semua anak-anak tersebut dengan “Laskar Pelangi” dan inilah asal mula nama “Laskar Pelangi” untuk kelompok mereka.

Pada film ini juga diceritakan kisah “cinta monyet” Ikal dengan A Ling, anak penjual kapur tulis di kota, yang disebabkan karena Ikal melihat “kuku jarinya” saat menerima kapur tulis yang diberi. Juga diceritakan patah hati yang dialami Ikal, saat A Ling terpaksa harus pergi untuk melanjutkan sekolahnya.
Adegan kemudian banyak menyoroti 2 orang, yaitu Mahar dan Lintang dengan kelebihan masing-masing yang mewarnai kehidupan mereka.
Mahar, dengan sebuah radio transistor yang selalu menemani kemanapun dia pergi, adalah sebuah bibit seni yang tumbuh di tengah-tengah mereka. Tantangan pertama yang diberikan kepadanya adalah Karnaval 17 Agustus yang secara rutin dilaksanakan di Belitung. Setiap tahun, karnaval ini menjadi sebuah cermin keberhasilan sekolah-sekolah, dan sebagai sebuah tradisi, selalu dimenangkan oleh SD PN Timah yang serba “terbaik” dan “ter-elite”. Tantangan untuk mendobrak kebiasaan ini sekarang ada di pundak Mahar. SD PN Timah selalu tampil dengan Marching Band terbaik dengan pakaian-pakaian terbaru dan berwarna warni, sehingga selalu menjadi juara. Bagaimana SD Muhammadiyah, dengan siswa yang melarat dan tidak ada dana satu rupiah-pun dapat menghadapi mereka ?
Setelah mencari ide berhari-hari bahkan sampai dianggap “gila” oleh teman-temannya, Mahar muncul dengan ide brillian, yaitu dengan tampil dengan kostum Suku Terasing yang menampilkan tarian suku terasing. Tentulah karena suku terasing hanya menggunakan daun-daunan sebagai pakaian, maka tidak diperlukan biaya apapun untuk tampil. Dengan koreografi yang khusus dirancang oleh Mahar dan dengan “senjata rahasia” yang dia siapkan, akhirnya SD Muhammadiyah menjadi juara umum pada karnaval tersebut

Karena kemenangan merekalah, maka salah seorang siswa SD PN Timah, seorang gadis tomboy yang susah diatur namun berani dan setia kawan, akhirnya pindah ke SD Muhammadiyah. Namanya adalah Flo. Flo dan Mahar langsung saja akrab, dan sama-sama memiliki ketertarikan pada hal-hal yang bersifat “gaib.” Hal ini menyebabkan nilai-nilai mereka hancur dan terancam gagal pada ujian akhir. Namun, penyelesaian yang mereka cari rupanya tetap jauh dari akal sehat, yaitu mencoba mengunjungi seorang “dukun sakti” bernama Tuk Bayan Tula di Pulau Lanun untuk membantu menaikkan nilai ulangan mereka. Namun, pesan rahasia dari Tuk Bayan Tula yang sudah susah payah mereka cari rupanya amat jauh dari yang mereka harapkan…

Fokus cerita berikutnya adalah Lintang, yang merupakan siswa yang amat cerdas, yang dibuktikan dengan kecepatannya dalam menyelesaikan soal-soal Matematika tanpa mencatat sedikitpun. Pembuktian berikutnya adalah saat lomba cerdas cermat melawan SD PN Timah dengan skor yang cukup seru bahkan diwarnai dengan debat terhadap tim juri lomba. Namun, si jenius ini akhirnya tidak dapat melanjutkan sekolahnya, karena sebagai anak sulung dan laki-laki satu-satunya, harus menggantikan ayahnya yang meninggal pada saat melaut.
Secara umum, film ini cukup mengasikkan dengan beberapa catatan:
(i) Penggambaran karakternya kurang mendalam, utamanya pada karakter Mahar yang penuh dengan nilai seni yang luar biasa. Nilai seninya hanya ditunjukkan dengan radio transistor yang selalu dia bawa.
(ii) Karakter Lintang pada awal tidak tergambarkan dengan baik sebagai siswa yang cerdas. Mengapa Bu Mus begitu mudahnya percaya dengan kepintaran Lintang hanya dengan sekali memberikan pertanyaan matematika? Padahal, tidak akan sulit apabila ditambahkan 2-3 soal lagi dengan tingkat kesulitan yang lebih tinggi.
(iii) Posisi tangan A Ling yang memperlihatkan kukunys sehingga membuat Ikal jatuh cinta malah dirusak dengan efek glare dan lens yang berlebihan, sehingga keindahan kuku A Ling justru tertutup.
(iv) Karakter Flo, sebagai gadis tomboy, amat jelek sekali. Akting yang amat kaku dan tidak tomboy seperti yang seharusnya
(v) Adegan karnaval tidak terlalu “heboh”, padahal pada bukunya, pembaca dapat menggambarkan dengan jelas “kehebohan” yang terjadi. Hal ini karena pemerannya hanya 10 orang, padahal menurut buku itu dilakukan juga oleh siswa-siswa lain selain 10 orang ini. Efek buah yang menyebabkan gatal juga tidak tampak sama sekali, hanya muncul dari amukan Syahdan ke Mahar setelah acara selesai
(vi) Adegan Tuk Bayan Bula sangat hambar, tidak ada efek mereka susah payah kesana, padahal disampaikan mereka sampai melawan badai yang amat kuat, lha baju aja masih kering kok.
(vii) Adegan meninggalnya Pak Harfan yang menyebabkan Bu Mus tidak mengajar selama 5 hari justru memperlemah karakter Bu Mus yang amat perhatian pada siswanya.
(viii) Beberapa adegan yang tidak penting justru disampaikan dalam waktu lama (seperti adegan Mahar menyanyi) dan beberapa adegan yang harusnya diperkuat justru hanya ditampilkan sambil lalu.
Namun, lumayanlah dibandingkan dengan film-film Indonesia lainnya yang hanya menampilan horor tak jelas dan humor yang garing.
Silakan pembaca menilai sendiri

Senin, 08 September 2008

Mencari rizqi ala shufi


Banyak pendapat atau kesan yang kurang tepat atau keliru tentang bagaimana seharusnya kehidupan para sufi. Hal ini adalah wajar dan beralasan, karena salah satu daripada makam yang harus ditempuh oleh calon sufi adalah makam zuhud. Ada dua pendapat tentang pengertian zuhud ini.
Pendapat pertama, zuhud berarti berpaling dan meninggalkan sesuatu yang disayangi yang bersifat material atau kemewahan duniawi dengan mengharap dan menginginkan sesuatu wujud yang lebih baik dan bersifat spiritual atau kebahagiaan akhirati. Pengertian pertama ini akhirnya berkembang ekstrim sehingga zuhud berarti benci dan meninggalkan sama sekali segala sesuatu yang bersifat duniawiyah.
Pendapat kedua, zuhud tidak berarti semata-mata tidak mau memiliki harta dan tidak suka mengenyam nikmat duniawi. Tetapi zuhud sebenarnya adalah kondisi mental yang tidak mau terpengaruh oleh harta dan kesenangan duniawi dalam pengabdian diri kepada Allah SWT.
Menanggapi pengertian ini penulis lebih condong kepada pengertian kedua. Alasan penulis selain Al Qur'an dan Al Hadis yang tidak menyuruh kita kearah pengertian zuhud yang ekstrim pertama, juga kehidupan para sahabat zaman Rasulullah dan kehidupan sahabat semasa Khulafaur rasyidin. Sahabat-sahabat utama Rasulullah seperti Abu As Siddiq, Usman bin Affan dan Abdul Rahman bin 'Auf adalah orang-orang yang kaya. Walaupun mereka orang kaya, mereka tetap hidup sebagai orang zuhud, yaitu hidup sederhana, di mana kekayaan mereka itu tidak akan mengurangi apalagi memalingkan pengabdian diri mereka kepada Allah SWT.
Pengertian zuhud yang kedua ini sesuai dengan firman Allah SWT, Artinya : (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri (Q.S. Al Hadid 57 : 23). Firman Allah SWT, Artinya : Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) kampung akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik padamu (Q.S. Al Qashash 28 : 77). Pengertian kedua ayat ini adalah bahwa kita manusia tidak dapat memisahkan diri kita sama sekali dari harta dan segala bentuk kesenangan duniawi yang diridlai Allah, sebab kita masih hidup di alam dunia.
Pengertian lainnya adalah bahwa harta benda tidak dilarang untuk dimiliki, tetapi harta benda tersebut tidak boleh mempengaruhi atau memperbudak seseorang, sehingga menghalangi yang bersangkutan untuk menghampirkan dirinya kepada Allah SWT, atau dengan kata lain, sikap orang sufi tidak boleh diperbudak oleh harta duniawi, tetapi harta duniawi itu dijadikan persembahan, pengabdian ubudiyah lebih banyak lagi kepada Allah SWT. Timbul pertanyaan, "Apa sebab terjadinya pengertian dan sikap zuhud ini ?". Kajian dan gerakan zuhud ini muncul di kalangan pengamal tasawuf pada akhir Abad Pertama hijriah. Gerakan ini muncul sebagai reaksi terhadap pola hidup mewah para khalifah dan keluarganya serta pembesar negara, yang merupakan dampak dari kekayaan yang diperoleh kaum muslimin dalam pembebasan, penaklukan negeri-negeri Suriah, Mesir, Mesopotamia dan Persia. Semasa Dinasti Umayyah pola hidup sederhana berubah menjadi pola hidup mewah di kalangan para khalifah dan pembesar-pembesar negara dan timbulnya jurang pemisah antara rakyat dan penguasa. Pola hidup mewah dan kondisi mental yang demikian ini tidak sesuai dengan pola ajaran dan amal agama seperti dicontohkan oleh Rasulullah dan para sahabatnya. Demikian pula pola hidup zuhud yang ekstrim seperti pengertian pertama adalah tidak selaras dengan arahan Al Qur'an dan Al Hadis.
Pola ajaran dan amal tasawuf harus sesuai dengan Al Qur'an dan Al Hadis, atau dengan kata lain yang bertentangan dengan itu bukanlah pola ajaran dan amal tasawuf. Di dalam Al Qur'an maupun Al Hadis kita disuruh bertebaran di muka bumi ini untuk mencari rezeki sebagai karunia Allah.
Firman Allah SWT,Artinya : Maka bertebaranlah kamu dan carilah rezeki sebagai karunia Allah (Q.S. Al Jumu'ah 62 : 10). Firman Allah SWT, Artinya : Dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari rezeki sebagian dari karunia Allah (Q.S. Al Muzammil 73 : 20) Firman Allah SWT, Artinya : Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezeki dari perniagaan) dari Tuhanmu (Q.S. Al Baqarah 2 : 198). Yang prinsip adalah usaha-usaha mencari rezeki itu, haruslah dari usaha yang halal dan hasilnya harus disyukuri dengan memanfaatkannya sesuai dengan syariat agama. Firman Allah SWT, Artinya : Dan Kami adakan di muka bumi itu sumber penghidupan, tetapi amat sedikitlah kamu yang bersyukur (Q.S. Al A'raf 7 : 10). Sabda Rasulullah SAW, Artinya : Pedagang yang jujur pada hari kiamat nanti akan dihimpun bersama orang-orang yang jujur (siddiqin) dan bersama orang-orang yang mati syahid. (H.R. At Tarmizi dan Al Hakim). Sabda Rasulullah SAW, Artinya : "Barang siapa mencari dunia dengan halal, menjaga diri dari minta-minta, berusaha untuk keluarganya dan belas kasih kepada tetangganya, maka ia bertemu dengan Allah nanti. Sedangkan wajahnya seperti bulan pada malam purnama." (H.R. Abu Syaikh, Abu Na'im dan Al Baihaqi). Pada suatu ketika Rasulullah SAW sedang duduk-duduk bersama dengan para sahabatnya, tiba-tiba tampaklah disana seorang yang masih muda, yang mempunyai tubuh kekar dan kuat. Ia pagi-pagi itu telah bekerja dengan penuh semangat. Para sahabat lalu berkata, "Kasihan sekali orang ini, andaikata kemudaan serta kekuatannya itu dipergunakan untuk sabilillah, alangkah baiknya". Sabda Rasulullah SAW, Artinya : "Janganlah kamu semua berkata demikian, sebab orang itu kalau keluarnya dari rumah untuk bekerja guna mengusahakan kehidupan anaknya yang masih kecil, maka ia telah berusaha fi sabilillah. Jikalau ia bekerja itu untuk dirinya sendiri agar tidak sampai meminta-minta pada orang lain, itu pun fi sabilillah. Tetapi apabila ia bekerja karena untuk berpamer atau bermegah-megahan, maka itu adalah fi sabilisy syaitan atau mengikuti jalan setan." (H.R. Thabrani).
Allah benci kepada orang yang berpangku tangan dan orang minta-minta. Sabda Rasulullah SAW, Artinya : Barang siapa yang membuka pada dirinya pintu meminta-minta, maka Allah membukakan atasnya 70 (tujuh puluh) pintu kefakiran (H.R. Tarmizi). Diriwayatkan bahwa Isa a.s. melihat seorang laki-laki, maka beliau bersabda, "Apakah yang kamu kerjakan ?". Ia menjawab, "Saya beribadat". Isa bersabda, "Siapakah yang menanggungmu ?". Ia menjawab, "Saudaraku". Isa bersabda,"Saudaramu lebih baik ibadatnya daripada kamu". Ibnu Mas'ud r.a. berkata, "Sesungguhnya saya benci untuk melihat seorang laki-laki itu menganggur, tidak bekerja pada urusan dunianya dan tidak pula bekerja dalam urusan akhiratnya”.
Demikianlah sebagian dari dalil-dalil Al Qur'an dan Al Hadis maupun Atsar, mengingatkan supaya kita berusaha mencari rezeki sebagai karunia Allah dan mensyukurinya.Para sufi itu pada umumnya bekerja sendiri untuk mencari nafkahnya dalam segala bidang usaha, sehingga ada di antara mereka itu diberikan julukan-julukan sesuai dengan bidang usahanya itu. Seperti Al Qashar (Tukang Penatu), Al Waraaq (Tukang Kertas), Al Kharraaz (Penjahit Kulit Hewan), Al Bazzaaz (Pengrajin Tikar dari Daun Kurma), Al Hallaaj (Pembersih Kulit Kapas), Az Zujaaji (Pengrajin Dari Kaca), Al Hasriy (Pengrajin Tikar), As Shairafi (Penukar Uang), Al Muqry (Pembaca) dan Al Farraa' (Penyamak Kulit) dll. Sebagai manusia biasa, mereka itu ada yang kaya dan ada pula yang miskin. Mereka yang kaya konsekuen mengeluarkan zakat hartanya, dan bagi yang tidak sampai nisabnya mereka berinfaq dan bersadaqah sesuai dengan Q.S. Al Ma'arij 70 : 24 - 25.
Mengenai bagaimana sikap mental sufi yang kaya, dapat kami contohkan tokoh-tokoh sufi berikut ini:
(1) Sayyidi Syekh Abul Hasan As Syadzili As Syadzili adalah salah seorang tokoh sufi kenamaan. Seorang tokoh sufi yang kaya raya yang memiliki sawah ladang yang luas, ternak sapi yang banyak dan juga seorang saudagar. Bagaimana sikap tokoh ini tentang dunia dengan segala kemegahannya, baik wanita, harta dan tahta tercermin dalam do'a beliau yang terkenal, Artinya : Ya Allah, lapangkanlah rezekiku di dunia ini, tetapi jangan Engkau jadikan rezeki itu penghalang untuk menuju akhiratku. Ya Allah, jadikanlah duniaku ini (harta dan lain-lain) di tangan-tangan kami dan janganlah Engkau masukkan ke dalam hati sanubari kami ini. Dari do'a ini tergambar sikap kaum sufi terhadap dunia dengan segala kemegahannya itu. Yaitu kaum sufi tidak tunduk kepada dunia dan kaum sufi tidak sudi diperbudak oleh dunia, tetapi menjadikan dunia itu sebagai sarana untuk menuju dan memperoleh akhirat yang lebih sempurna, sesuai dengan surat Al Hadid 57 : 23 dan surat Al Qashash 28 : 77.
(2) Ibnu 'Athaillah As SakandaryAs Sakandary berkisah bagaimana seorang sufi yang kaya raya mempraktekkan ajaran Al Qur'anul Karim. Walaupun hartanya berlimpah-limpah tetapi tidak menghalanginya dalam beramal sebagai seorang sufi. As Sakandary berkisah kepada muridnya tentang seorang kawannya di Maroko, yaitu seorang sufi yang hidupnya zuhud terhadap duniawi dan bersungguh-sungguh dalam ibadatnya. Sumber hidupnya hanya apa yang diperolehnya dari memancing. Sebagian dari hasil itu dimakan dan sisanya disedekahkan. Pada suatu hari ada murid As Sakandary akan pergi ke Maroko dan dia berpesan kepada muridnya yang juga sufi itu. Kalau kamu sampai di suatu desa di Maroko di mana kawanku bertempat tinggal, mintalah do'a kepadanya, sebab dia adalah seorang wali. Setelah sampai di desa tersebut, murid As Sakandary ini menemui rumah kawan gurunya tersebut. Rumah itu adalah rumah besar dan mewah seperti layaknya rumah raja-raja, yang tidak layak sebagai rumah seorang sufi. Waktu ditanya ternyata benar bahwa itu adalah rumah kawan gurunya yang dicari. Ketika itu sang sufi sedang bepergian dan ketika pulang ternyata dia menunggang kuda dengan pakaian kendaraan yang serba mewah, seolah-olah dia adalah seorang raja. Melihat keadaan ini hampir saja murid As Sakandary ini pulang dan membatalkan niatnya untuk bertemu dengan guru sufi itu, namun terpikir olehnya tidak baik melanggar perintah guru. Lalu dia menemui juga guru sufi tersebut. Ketika diijinkan masuk, dia pun makin heran, setelah melihat banyaknya pelayan yang berpakaian serba mewah, dengan isi rumah yang serba lux dan dimulailah pembicaraan antara keduanya. "Saudaramu si Fulan berkirim salam kepadamu". "Apakah kau dari sana?" tanyanya padaku. "Iya", jawabku. Lalu dia berkata, "Jika kamu kembali kepada saudaraku itu katakan kepadanya", Sampai kapankah kesibukanmu kepada dunia itu berakhir". Keherananku semakin bertambah setelah mendengar pesan orang itu. Ketika aku bertemu dengan guruku, beliau bertanya, "Adakah kamu berjumpa dengan saudaraku ?". "Iya", jawabku. "Adakah suatu pesan untukku ?" tanyanya. "Tidak", sahutku. Lalu beliau berkata, "Aku yakin pasti ada sesuatu pesan untukku". Maka aku ceritakan apa yang aku lihat dan apa yang dipesankan buat beliau. Mendengar ceritaku, guruku lalu menangis. Setelah agak lama, beliau berkata, Artinya : Sungguh benar ucapan saudaraku itu, memang Allah telah membersihkan hatinya dari duniawi dan duniawi hanya dijadikan di tangannya dan lahirnya saja, sedangkan aku mengambil dunia itu dari tanganku dan aku selalu memikirkannya.
(3) Imam Syamsuddin Ad Dirawaty Dimyati adalah seorang tokoh sufi yang saleh, wara' dan zuhud, pejuang, selalu berpuasa, selalu bershalat, gemar menyeru kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran. Pada majelis taklimnya banyak dikunjungi pembesar-pembesar negara dan kepala-kepala suku, sehingga beliau terkenal di negara Mesir. Beliau tinggal di Masjid Jamik Al Azhar dimasa pemerintahan Qanshu Al Ghuury. Pada suatu ketika beliau mengkritik Sultan Al Ghuury di depan umum, karena tidak mau berjihad dengan alasan tidak ada kapal. Pada waktu beliau dipanggil oleh Sultan berkenaan dengan kritik tadi, maka Imam Syamsuddin berkata kepada Sultan : "Sesungguhnya tuan telah melupakan nikmat yang diberikan oleh Allah, bahkan berani berbuat maksiat kepada-Nya. Tidakkah tuan ingat, semasa tuan memeluk agama Nasrani, kemudian tuan tertawan dan dijual sebagai budak belian, untuk kemudian dipindahkan dari tangan yang satu ke tangan yang lainnya, kemudian Allah menganugerahkan kemerdekaan dan Islam kepada tuan. Derajat tuan menjadi terangkat karenanya, hingga menjadi Sultan. Sebentar lagi, mungkin tuan akan mati, dikafankan, digalikan liang lahat untuk mengubur tuan. Kemudian kubur yang amat gelap akan tuan huni, dan tuan akan dibangkitkan dalam keadaan telanjang, haus, lapar dan akan dihadapkan ke hadirat Allah Yang Maha Adil, yang takkan berbuat kezaliman sedikit pun. Kemudian akan terdengar seruan, 'Barang siapa yang haknya pernah dirampas dan diperkosa oleh Al Ghuury, maka kemarilah!'. Lalu datang berbondong-bondong manusia yang tak terhitung banyaknya". Nasehat yang diberikan oleh Syekh itu membuat wajah sang Sultan berubah, sampai salah seorang staf dan sekretaris Sultan berkata, "Bacakan Al Fatihah wahai tuan syekh, kami takut kalau sultan akan hilang akalnya". Setelah Syekh itu pergi dan sultan pun sadar, maka sultan pun berkata, "Berikan buat Syekh ini 10.000 (sepuluh ribu) dinar agar dapat digunakan membiayai pembangunan menara benteng di kota Dimyat". Namun uang itu dikembalikan dan dikatakan oleh beliau, "Aku seorang berharta yang tak butuh bantuan dari siapa pun, kalau tuan perlu uang, akulah yang akan meminjaminya buat tuan". Di Majelis itu tidak seorangpun yang terlihat lebih mulia dari sang syekh dan tidak ada yang lebih rendah dari sang sultan sendiri. Itulah pribadi Syekh Syamsuddin Ad-Dirawayati yang tergolong ulama yang amat suka beramal. Beliau mengeluarkan biaya 40 000 (empat puluh ribu) dirham untuk pembangunan menara kota Dimyat dari kantongnya sendiri, tanpa bantuan dari seorangpun. Beliau juga menyediakan minuman. Beliau berdagang mentimun dan sayur mayur lainnya, sedikitpun tidak mau mengambil uang jasa dari jabatannya sebagai seorang Ahli Fikih. Beliau melarang keras para muridnya untuk makan harta wakaf dan sedekah, dan dikatakan bahwa harta itu akan mengotori hati mereka. (Dr. Abdul Halim Mahmoud : 32 - 35).
(4) Prof. Dr. H. Saidi Syekh Kadirun Yahya adalah seorang tokoh sufi kenamaan masa kini. Beliau adalah seorang tokoh sufi moderen, tokoh sufi Tekhnokrat yang meneruskan amalan Tarikat Naqsyabandiyah sebagai Mursyid yang ke-35 (tiga puluh lima). Semenjak diangkat menjadi mursyid tahun 1952, beliau aktif terus menerus memimpin tarikat Naqsyabandiah Al Khalidiyah. Diperkirakan muridnya berjumlah belasan juta orang dengan jumlah ratusan Surau, di dalam negeri dan luar negeri. Beliau menyelenggarakan suluk untuk para pengamal tarikat ini sepuluh kali dalam setahun, yang setiap kali suluk lamanya 10 (sepuluh) hari. Tempat suluk itu tersebar di Indonesia dan luar negeri yang jumlah pesertanya dalam satu periode suluk mencapai ribuan orang. Penyelenggaraan suluk-suluk ini terlaksana dengan baik berkat bimbingan yang seksama dari Syekh Mursyid dan kerjasama antara petugas-petugas dengan beratus-ratus peserta suluk. Prof. Dr. H. Kadirun Yahya adalah pakar Ilmu An-Nadhori (Ilmu Al Kasbi) dan banyak sekali menerima limpahan rahmat karunia Allah yang berbentuk Ilmu Al-Kasyfi dan Ilmu Ladunni. Beliau adalah sufi teknokrat yang mahir berbahasa Inggris, Belanda dan Jerman. Beliau adalah seorang sufi yang kaya raya yang memiliki usaha di berbagai bidang unit usaha, antara lain :
(a) Agrobisnis.
Beliau memiliki perkebunan yang arealnya mendekati 100 (seratus) ha. Yang meliputi perkebunan kelapa sawit, apel, jeruk, dan lain-lain. Beliau memiliki usaha ternak, mulai dari ternak unggas seperti puyuh, ayam, ikan, itik dan ternak hewan seperti kambing dan sapi.
(b) Pabrik.
Beliau memiliki pabrik air minum yang bermerek Aminsam di Medan dan Jakarta.
(c) Pertukangan.
Beliau mempunyai usaha bidang meubel dan perbengkelan.
(d) Keterampilan.
Beliau mempunyai beberapa usaha keterampilan, seperti konveksi.
(e) Pertokoan.
Beliau memiliki beberapa toko, di antaranya adalah toko elekronik.
(f) Jasa.
Beliau memiliki biro travel yang mempunyai jaringan internasional.
(g) Pendidikan.
Beliau memiliki beberapa lembaga pendidikan di kampus Universitas Panca Budi, yang berdiri di suatu lokasi yang arealnya 6 (enam) ha. Lembaga-lembaga ini menyelenggarakan pendidikan mulai dari TK, SD, SLTP, SLTA sampai dengan Universitas yang bernama Universitas Panca Budi. Lembaga pendidikan ini mempunyai beberapa cabang di daerah Sumatera Utara. Seluruh usaha itu bernaung di bawah suatu yayasan yang bernama Yayasan Prof. Dr. H.Kadirun Yahya. Bidang usaha yang begitu banyak telah mempekerjakan beberapa puluh kepala keluarga dan ratusan karyawan. Untuk mengelola semuanya itu beliau mengangkat pimpinan-pimpinan unit usaha yang profesional dalam bidangnya.
Selain itu salah satu dari karunia besar yang dilimpahkan Allah kepada beliau adalah bidang pengobatan. Tidak terhitung banyaknya orang yang telah dibantu beliau untuk menyembuhkan penyakit. Mulai dari penyakit yang ringan sampai dengan penyakit yang berat, bahkan penyakit-penyakit yang tidak dapat disembuhkan dengan dokter, dengan ijin Allah dapat sembuh ditangan beliau. Untuk membantu beliau dalam masalah ini, pada beberapa surau atau beberapa tempat tertentu didirikan klinik pengobatan.
Kegiatan lainnya yang beliau lakukan dan cukup menonjol adalah riset di bidang yang sesuai dengan profesi beliau sebagai seorang ilmuwan dan Syekh Mursyid, yang sampai saat ini telah banyak dihasilkan temuan-temuan ilmiah baik dalam ilmu kimia maupun fisika. Di antara temuan-temuan beliau adalah :
(a) Teknik pembuatan air mineral yang tidak merusak ozon, tetapi dapat menghasilkan ozon, dengan proses yang sangat sederhana,
(b) Semir Sepatu yang tahan api,
(c) Pembuatan kulit imitasi.-dan lain-lain.
Sebagai top manager yang mengelola sekian unit usaha dengan asset kekayaan yang begitu besar, tidak sedikitpun semua usaha dan kegiatan pengobatan ini mengurangi atau mengganggu apalagi melalaikan kegiatan beliau sebagai pemimpin rohani, yaitu Syekh Mursyid tarikat Naqsyabandiah.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa beliau telah melaksanakan maksud dan tujuan hadis yang artinya, "Mukmin yang kuat lebih disukai dan lebih dicintai oleh Allah daripada seorang mukmin yang lemah". Pengertian kuat di sini adalah meliputi segala bidang duniawiyah maupun ukhrawiyah. Asset unit usaha, kekayaan dan hasil riset yang begitu besar, lebih banyak diperuntukkan untuk ubudiyah, pengabdian, guna mengembangkan dan membina pengamalan tarikat ini. Beliau telah mengatakan bahwa kekayaan yang begitu banyak adalah karunia Allah dan milik Allah. Karena itu beliau hanya berhak mentasarufkan, menyelenggarakan kekayaan itu untuk mendapatkan cinta dan ridla dari Allah SWT. Sebagian dari kekayaan itu diperuntukkan untuk membina dan membangun surau lama dan surau baru. Sesuai dengan ketentuan syariat agama, beliau selalu mengeluarkan zakat, infaq dan sadaqah secara rutin kepada yang berhak menurut asnafnya. Setiap musim haji tidak kurang dari 60 (enam puluh) ekor lembu sebagai kurban, ditambah berpuluh-puluh ekor kambing.
Demikianlah gambaran pribadi tokoh sufi masa kini yang dengan kekayaannya tidak sedikitpun melalaikan ibadatnya kepada Allah, bahkan kekayaan itu memperkuat barisan untuk menegakkan agama Allah.


Doa untuk Orang Tua


Sesungguhnya jasa orang tua kita tidak terhitung banyaknya. Ibu kita mengandung selama 9 bulan kemudian melahirkan kita dengan resiko nyawa melayang. Ketika kita masih bayi tak berdaya, mereka beri kita minum dan makanan. Ketika kita buang air, tanpa jijik mereka membersihkan kita dengan penuh cinta. Kita diberi pakaian dan juga pendidikan.

Mereka sabar menghadapi kemarahan kita, rengekan, kenakalan, bahkan mungkin ketika kita masih kecil/balita pernah memukul mereka. Mereka tetap mencintai kita. Jadi jika kita merasa kesal dengan mereka, apalagi jika mereka begitu tua sehingga kelakuannya kembali seperti anak-anak, ingatlah kesabaran mereka dulu ketika menghadapi kita. Bagi yang sudah memiliki anak tentu paham tentang kerewelan anak-anak yang butuh kesabaran yang sangat dari orang tua.

Adakah kita mampu membalasnya? Bahkan seandainya orang tua kita tak berdaya sehingga untuk buang air kita yang membersihkannya, itu tidak akan sama. Orang tua membersihkan kita dengan penuh cinta dan harapan agar kita selamat dan panjang umur. Sementara si anak ketika melakukan hal yang sama mungkin akan merengut dan bertanya kapan “ujian” itu akan berakhir. Begitulah. Seperti kata pepatah, “Kasih anak sepanjang badan, kasih ibu sepanjang jalan” Tidak bisa dibandingkan. Oleh karena itu hendaknya kita berbakti pada orang tua kita.
Minimal kita mendoakan mereka: Apabila anak Adam wafat putuslah amalnya kecuali tiga yaitu sodaqoh jariyah, pengajaran dan penyebaran ilmu yang dimanfaatkannya untuk orang lain, dan anak yang mendoakannya (HR. Muslim). Jika kita tidak berdoa untuk orang tua kita, maka putuslah rezeki kita: Apabila seorang meninggalkan do’a bagi kedua orang tuanya maka akan terputus rezekinya (HR. Ad-Dailami). Oleh karena itu sebagai anak yang berbakti hendaknya kita senantiasa berdoa untuk ibu bapak kita.
Di antara doa-doa untuk orang tua yang tercantum dalam Al Qur’an adalah sebagai berikut:
“Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah:
Robbirhamhumaa kamaa robbayaanii shoghiiroo “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.” [Al Israa’:24].
Robbanaghfir lii wa lii waalidayya wa lilmu’miniina yawma yaquumul hisaab
“Ya Tuhan kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapaku dan sekalian orang-orang mukmin pada hari terjadinya hisab (hari kiamat).” [Ibrahim:14]

Robbighfir lii wa li waalidayya wa li man dakhola baytiya mu’minan wa lilmu’miniina wal mu’minaati wa laa tazidizh zhoolimiina illa tabaaro
“Ya Tuhanku! Ampunilah aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke rumahku dengan beriman dan semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan. Dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim itu selain kebinasaan.” [Nuh:28]

Robbighfir lii wa li waalidayya warhamhumaa kamaa robbayaanii shoghiiroo
“Ya Tuhanku! Ampunilah aku, ibu bapakku dan kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.”
Mudah-mudahan kita bisa mengambil manfaat dari ilmu yang kita dapat dengan mengamalkannya setiap hari. Amiin.

Penggalan Sejarah...

Dari Penggalan Sejarah dapat membangkitkan sistem pendidikan di bidang pertanian, perikanan, kehutanan (Yang Sesuai dengan NKRI sebagai negara Agraris), bangunlah sekolah (SMK) kearah itu, karena bukti sejarah telah menunjukannya...
Sistem tanam paksa makin lama makin menguntungkan Belanda. Pendapatan tahunan selama 1850-an dan 1860-an saja rata-ratanya telah mencapai 24 juta gulden, yang berarti lebih dari dua kali lipat dibandingkan1830-an dan 1840-an yang hanya 11 juta gulden. Pada tahun 1860 saja, keuntungan-keuntungan dari Jawa tersebut telah mencakup sepertiga dari pendapatan total pemerintah Belanda. Memang pada akhirnya, dengan tumbal yang besar, "agroindustri dan agribusiness" Hindia Belanda (Indonesia) berkembang pesat. Bahkan seorang antropolog Amerika, Clifford Geertz pernah menyatakan bahwa sesungguhnya ekonomi Jawa sudah bisa tinggal landas pada sekitar tahun 1870, tetapi karena Jawa merupakan tanah jajahan, yang benar-benar tinggal landas adalah penjajahnya, yaitu bangsa Belanda, bukan bangsa Indonesia yang terjajah.
Pada akhir tahun 1900, investasi industri gula di Jawa begitu besar dan lengkap dengan pengangkutan serta infrastruktur pemeliharaannya. Diseluruh Asia, satu-satunya padanannya adalah industri pembuatan serat di Benggala dan pusat industrinya di Kalkuta. Bahkan Jepang pun bukan merupakan pengecualian. Namun sayang, tahap pengembangan lebih lanjut dari proses kemajuan itu kemudian terhenti. Perlu dicatat disini, perkembangan lebih lanjut tersebut tidaklah harus berarti diidentikkan dengan industrialisasi (dalam pengertian manufaktur dankonstruksi), seperti dipahami dalam "ekonomi pertumbuhan". Perkembangan dan kemajuan tersebut bisa dalam bentuk yang berbeda. Semoga membangkitkan semangat pendidik dan pemegang kebijakan pendidik termasuk Menterinya semoga mendengar dan melaksanakan suara orang kecil.
Salam pendidikan
arman puspa

Penilaian Sertifikasi Guru

Prediksi penghitungan poin minimal 850 tak sepenuhnya mampu mengantarkan peserta sertifikasi guru 2008 akan lolos dalam penilaian berkas portofolio. Sebab, tahun ini Panitia Sertifikasi Guru (PSG) memberlakukan seleksi lebih ketat untuk komponen penilaian kualifikasi dan tugas pokok (komponen A) dengan tiga materi yang tak boleh kosong.
Poin Penilaian Sertifikasi Guru 2008:
Unsur A memuat kualifikasi dan tugas pokok (minimal poin harus 300 dan tak boleh ada sub unsur yang kosong). Materinya: kualifikasi akademik, pengalaman mengajar, dan RPP.
Unsur B, memuat pengembangan profesi (minimal poin 200 dan guru yang ditugaskan di daerah khusus 150 poin)
Unsur C, memuat pendukung profesi (minimal poin 1 dan batasan maksimal boleh lebih dari 100 poin)
Baca serba-serba sertifikasi guru di: http://www.klubguru .com/sertifikasi .php

Belajar Memandikan Murid

Oleh Masuki M. Astro Bondowoso
Kalau Pulau Belitung memiliki guru Muslimah yang sangat menginspirasi murid-muridnya sebagaimana ditulis Andrea Hiarata dalam novel "Laskar Pelangi", di Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur tidak sedikit pengajar pada Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang memiliki semangat setinggi Muslimah. Salah satunya adalah, Wiwik Susianti (36), pengelola sekaligus pengajar PAUD Nusa Indah I dan II di Dusun Karang Tengah, Desa Sumber Sari, Kecamatan Maesan. Muslimah dengan Wiwik sama-sama memiliki semangat tanpa pamrih untuk mencerdaskan anak-anak di desanya. Bukan kebetulan kalau keduanya memiliki beberapa kisah sama dalam perjuangannya. Keduanya sama-sama menekuni usaha menjahit untuk mendapatkan penghasilan. Dengan hanya mengandalkan honor Rp.50.000,- setiap bulan dari Dinas Pendidikan, tidak cukup bagi Wiwik untuk membantu pendapatan suaminya, Razak yang hanya bekerja sebagai petani. Jika Andrea Hirata begitu berkesan melihat Bu Muslimah datang ke sekolah di tengah hujan lebat berpayungkan daun pisang, Wiwik juga pernah menjalani lakon "heroik" seperti itu". Saat itu saya pulang dari mengajar berjalan kaki bersama anak saya. Tiba-tiba turun hujan lebat. Untung saat itu saya membawa silet sehingga mudah memotong daun pisang untuk payung melindungi anak saya," cerita Wiwik.
Selengkapnya baca artikel yang dikutip di situs: http://www.klubguru.com/artikel.php
Salam edukasi guru

Rabu, 03 September 2008

Temuan PTK Tidak Ilmiah?

Oleh: Cak Baskoro Adi Prayitno
Pendahuluan
Pembahasan tentang keterbatasan dari macam-macam metode penelitian selamanya sangat menarik untuk dibicarakan. Karena sadar atau tidak sadar kehidupan ini hanya diatur oleh dua hal yaitu ilmu dan agama. Ilmu secara praktis diperoleh dengan menggunakan metode ilmu (metode ilmiah), yang dalam tataran praktisnya lebih kita kenal dengan nama metode penelitian. Sementara agama merupakan wahyu dari Tuhan yang kita yakini/imani saja kebenarannya tanpa perlu meragukannya. Kritik-kritik terhadap keterbatasan metode penelitian, barangkali sudah muncul sejak metode penelitian pertama kali dilahirkan, karena metode penelitian ini yang ‘digadang-gadang’ menjadi salah satu tumpuan akhir bagi manusia dalam mencari kebenaran, menghampiri dan mengenali realitas fisik dunia yang berterima secara universal.
Dalam catatan sejarah perkembangan metode ilmu, banyak para cendikiawan mengkritisi tentang keterbatasan-keterbatasan metode-metode ilmu, mulai dari skeptisme-nya Hume, falsifikasi-nya Popper, Penolakan Khun terhadap tentang objektivitas murni, kritik Feyeraben terhadap superioritas metode sains, sampai dengan ‘jatuhnya’ dominasi Newton-nian oleh teori relativitas Einstein pada abad 20-an. Terinspirasi dengan tokoh-tokoh tersebut, saya (agar kelihatan smart seperti tokoh-tokoh tersebut JJ, walaupun sebenarnya cupu..J) ikut-ikutan mengkritisi salah satu metode penelitian yang saat ini menjadi ‘primadona’ dalam kluster pendidikan.
Semua orang yang mengaku ahli dalam kluster pendidikan pasti sepakat bahwa metode penelitian yang saat ini sedang menjadi ‘primadona’ adalah metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau dalam bahasa jawa-lumajangan (saya orang Lumajang) biasa disebut dengan Classroom Action Research (bagi saudara yang tidak tahu ‘makanan’ apa itu PTK, santai saja…pada bagian selanjutnya saya ulas secara singkat apa itu PTK, kalau mau tahu lebih banyak…Beli Dong Buku…JJ).
Saat ini banyak peneliti-peneliti dalam bidang pendidikan berlomba-lomba melakukan penelitian dengan menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas. Kalau kita coba membaca dalam setiap laporan/artikel hasil penelitian yang telah mereka laksanakan seringkali peneliti menyimpulkan bahwa, misalkan ‘penggunaan model pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar siswa’. Pertanyaan selanjutnya apakah statement kesimpulan ini dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah?. Kesimpulan dari sebuah penelitian dapat dianggap “benar” secara ilmiah wajib memenuhi syarat-syarat tertentu, yaitu harus dicari dengan metode ilmu (metode ilmiah) bukan dengan menggunakan metode ­ngelmu (JJ).
Dalam tulisan ini saya mencoba ‘mengurai’ kebenaran temuan penelitian tindakan kelas ini, sejatinya layak disebut “benar” secara ilmiah atau tidak? Saya bukan orang yang ‘anti pati’ terhadap metodologi Penelitian Tindakan Kelas (PTK), saya beberapa kali telah melakukan penelitian tindakan kelas (sumpah..Broo..JJ), bahkan dibiayai Dikti lagi, dan beberapa hasilnya diterbitkan di jurnal ilmiah nasional (saya kelihatan pinter tidak? JJ).
Perlu saudara ketahui, saya setuju seribu satu persen dengan pendapat Feyerabend dan Khun bahwa kita tidak perlu membatasi diri hanya pada satu metoda untuk meraih pengetahuan, kita tidak boleh melarang upaya-upaya intelektual masa depan dengan membatasi hanya pada satu paradigma sempit menggunakan “model-model penelitian fisika (metode ilmiah maksudnya)” Pada tulisan ini saya hanya sekedar mencoba mengurai kebenaran temuan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dalam tinjauan ‘kaca mata’ filsafat ilmu. (mengapa saya ‘menggunakan’ filsafat ilmu sebagai “kaca matanya?”, karena filsafat ilmu yang melandasi secara filosofis lahirnya metode ilmu, atau dengan kata lain filsafat ilmu merupakan dasar filosofis sebuah pengetahuan dikatakan benar secara ilmiah, pengetahuan yang benar secara ilmiah ini biasa kita sebut dengan nama ilmu).
Tulisan ini bukan dimaksudkan untuk ‘memprovokasi’ saudara agar meninggalkan metodologi Penelitian Tindakan Kelas, atau mempersuasi (membujuk) saudara agar menggunakan metodologi penelitian-penelitian formal, tulisan ini justru dimaksudkan untuk memberikan gambaran yang tepat mengenai kebenaran temuan penelitian tindakan kelas, sehingga saudara diharapkan dapat menempatkan ‘posisi’ yang tepat dalam menyikapi temuan-temuan Penelitian Tindakan Kelas. Sehingga kasus over confident dalam penyimpulan hasil temuan Penelitian Tindakan Kelas tidak lagi terjadi.
Dalam tulisan ini saya menyajikan urutan penulisan sebagai berikut; pada bagian awal saya mencoba memberikan gambaran mengenai bagaimana metode ilmiah bekerja untuk “mencari” kebenaran, menghampiri dan mengenali realitas fisik dunia, yang tentu saja ditinjau dari perspektive filsafat ilmu, kemudian dilanjutkan dengan pembahasan mengenai bagaimana metodologi penelitian tindakan kelas dikembangkandan bekerja, pada bagian selanjutnya akan dibahas pandangan filsafat ilmu terhadap kebenaran temuan penelitian tindakan kelas, dan pembahasan terakhir diakhiri dengan pembahasan mengenai “posisi” kebenaran penelitian tindakan kelas termasuk dalam kelompok ‘kebenaran’ mana?, apa dasar fiolosofis yang mendasari kebenaran temuan penelitian tindakan kelas?. Susunan penyajian tulisan yang demikian diharapkan mampu memberikan kemudahan bagi saudara dalam mengikuti “alur cerita” argumen-argumen dalam artikel ini.
Bagaimana Metode Ilmiah Bekerja
Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut dengan ilmu. Jadi jika seseorang hendak mengklaim mendapatkan pengetahuan yang dapat disebut dengan ilmu, mutlak harus menggunakan metode ilmiah. Hal ini berarti tidak semua pengetahuan bisa disebut dengan ilmu sebab ilmu merupakan pengetahuan yang cara mendapatkannya harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat yang harus dipenuhi agar suatu pengetahuan dapat disebut ilmu tercantum dalam apa yang dinamakan dengan metode ilmiah. Secara filosofis metode ilmiah dibangun dari cara berpikir deduktif dan induktif.
Berpikir deduktif memberikan ‘warna’ sifat rasional kepada pengetahuan ilmiah dan bersifat konsisten dengan pengetahuan yang telah dikumpulkan sebelumnya. Berpikir induktif dimaksudkan untuk memberikan pembenaran empirik kepada pengetahuan yang telah dirasionalisasi oleh berpikir deduktif. Kedua hal ini sangat penting, bagaimana kita bisa percaya bahwa, misalkan terdapat partikel x dalam atom yang belum diketahui manusia?, atau ketika kita melihat fenomena empirik tentang hujan kemudian diartikan bahwa para dewa-dewa sedang menangis tersedu-sedu.
Di dalam metode ilmiah setelah pengetahuan diberikan penjelasan rasional (deduktif), sebelum teruji secara empirik (induktif) semua penjelasan tersebut hanyalah bersifat sementara, penjelasan sementara ini biasa kita sebut dengan istilah hipotesis. Secara filosofis sebenarnya kita dapat mengajukan hipotesis sebanyak-banyaknya sesuai dengan hakikat rasionalisme yang bersifat pluralistik. Namun dalam kesimpulan akhir hanya satu hipotesis yang diterima, yaitu hipotesis yang didukung oleh fakta-fakta empirik. Terkait dengan penjelasan tersebut, oleh karena itu sering kali metode ilmiah dikenal sebagai proses logiko-hipotetiko-verifikatif, yang merupakan ‘perkawinan’ antara deduksi dan induksi. Meminjam kalimat Jujun Suriasumantri secara sederhana metode ilmiah dapat digambarkan dalam kalimat sederhana sebagai berikut ‘jelaskan pada saya lalu berikan buktinya!’
Masih menurut Jujun Suriasumantri kerangka berfikir ilmiah logico-hipotetiko-verivikatif pada dasarnya terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut:
(1) Perumusan masalah, yang merupakan pertanyaan mengenai objek empirisme yang jelas batas-batasnya serta dapat diidentifikasikan faktor-faktor yang terkait di dalamnya.
(2) Penyusunan kerangka berfikir dalam pengajuan hipotesis yang merupakan argumentasi yang menjelaskan hubungan yang mungkin terdapat antara faktor yang saling terkait dan membentuk konstelasi permasalahan. Kerangka berfikir di susun secara rasional berdasar premis-premis ilmiah yang telah teruji kebenaranya dengan memperhatikan faktor empirik yang relevan dengan permasalahan.
(3) Perumusan hipotesis yang merupakan jawaban sementara atau dugaan terhadap pertanyaan yang diajukan yang materinya merupakan kesimpulan dari kerangka berfikir yang dikembangkan.
(4) Pengujian hipotesis yang merupakan pengumpulan fakta-fakta relevan dengan hipotesis yang diajukan untuk memperlihatkan apakah terdapat fakta-fakta yang mendukung hipotesis tersebut atau tidak.
(5) Penarikan kesimpulan, merupakan penilaian apakah sebuah hipotesis yang diajukan itu di tolak atau diterima, sekiranya dalam proses pengujian terdapat fakta yang cukup mendukung hipotesis maka hipotesis itu diterima, begitu sebaliknya. Hipotesis yang diterima kemudian dianggap menjadi bagian dari pengetahuan ilmiah sebab telah memenuhi persyaratan keilmuan. Keseluruhan langkah di atas harus ditempuh agar suatu penelaahan dapat disebut ilmiah.
Secara lebih jelas Jujun (2001) mendiagramkan alur kerja metode ilmiah seperti pada gambar 1 berikut.
Gambar 1. Metode Ilmiah
Bagaimana Metodologi Penelitian Tindakan Kelas Bekerja
Konsep penelitian tindakan bermula dari pandangan seorang ahli psikologi sosial yang bermana Kurt Lewin (1946). Lewin menggunakan pendekatan penelitian tindakan setelah usainya perang dunia ke dua dalam usaha menyelesaikan berbagai masalah sosial. Lewin pada saat itu mengemukakan dua ide pokok penelitian tindakan yaitu; (1) keputusan bersama, dan (2) komitmen untuk meningkatkan dan memperbaiki prestasi kerja. Kedua ide pokok tersebut sekarang menjadi karakteristik dasar penelitian tindakan yang menegaskan perlunya usaha kolaboratif atau usaha secara bersama-sama dalam meningkat mutu prestasi kerja.
Pada tahun 1953, ide Lewin dikembangkan oleh Stephen Corey di New Yorksebagai pendekatan penelitian yang diselenggarakan oleh guru-guru sekolah. Pada Tahun 1976 Jhon Elliot menggunakan pendekatan ini untuk membantu guru mengembangkan usaha inkuiri dalam pengajaran dan pembelajaran di dalam kelas yang kemudian dikenal dengan penelitian tindakan kelas (PTK). Banyak ahli memberikan definisi tentang penelitian tindakan kelas (PTK).
Namun, sacara umum mereka mendefinisikan penelitian tindakan kelas sebagai sebuah proses investigasi terkendali yang berdaur ulang (bersiklus) dan bersifat reflektif mandiri, yang memiliki tujuan untuk melakukan perbaikan-perbaikan terhadap sistem, cara kerja, proses, isi, kompetensi, atau situasi. Proses daur ulang (siklus) kegiatan dalam penelitian tindakan divisualisasikan pada Gambar 2. Siklus Penelitian Tindakan Kelas
Dari gambar 2 di atas terlihat daur ulang aktivitas dalam penelitian tindakan diawali dengan perencanaan tindakan (planing)¸ penerapan tindakan (action), mengobservasi dan mengevaluasi proses dan hasil tindakan (observation dan evaluation), dan melakukan refleksi (reflection), dan seterusnya sampai perbaikan atau peningkatan yang diharapkan tercapai. Seorang peneliti sebelum masuk ke dalam kegiatan pada siklus di atas (gambar 1), pada dasarnya juga melakukan kegiatan deduktif, yang kemudian disusun menjadi kerangka teoritis yang digunakan sebagai pembenaran rasional dari hipotesis tindakan yang ditetapkan.
Kegiatan penelitian setelah itu adalah terfokus pada kegiatan dalam siklus-siklus penelitian. Tahap pertama dari siklus tersebut adalah tahap perencanaan, pada tahap ini peneliti mempersiapkan kegiatan penelitian yang akan diimplementasikan dalam tahap tindakan, tahap selanjutnya adalah tahap tindakan pada tahap ini peneliti mengimplementasikan segala sesuatu yang telah dipersiapkan dalam tahap perencanaan, tahap selanjutnya adalah observasi dan evaluasi dan refleksi dari hasil kegiatan pada tahap tindakan diamati dan dievaluasi keberhasilannya sesuai dengan standard keberhasilan yang telah ditetapkan, jika belum peneliti kembali mengulangi siklus penelitian diatas sampai standard keberhasilan yang telah ditetapkan sebelumnya tercapai.
Temuan Penelitian Tindakan Kelas dalam Perspektif Filsafat Ilmu
Seperti telah saya jelaskan pada uraian sebelumnya, pengetahuan dikatakan memenuhi nilai keilmiahan jika dan hanya jika (JJ) telah memenuhi syarat-syarat keilmiahan, syarat-syarat tersebut terjabarkan dalam apa yang dinamakan dengan metode ilmiah. Secara khusus juga telah dijelaskan bahwa metode ilmiah disusun berdasar kerangka berfikir logiko-hipotetiko-verifikatif, secara sederhana kerangka berfikir tersebut dapat dimaknai dengan kalimat berikut ‘tunjukkan pada saya bahwa pengetahuan tersebut logis/rasional berikan hipotesis dan buktikan kebenarannya secara empirik’. Langkah-langkah untuk ‘menjamin’ terimplementasikannya logiko-hipotetiko verifikatif juga telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, yaitu diawali dengan kegiatan perumusan masalah, penyusunan kerangka berfikir dalam pengajuan hipotesis, perumusan hipotesis, pengujian hipotesis sampai dengan penarikan kesimpulan. Dengan menggunakan pengetahuan mengenai bagaimana metode ilmiah dikembangkan, saya mencoba meninjau apakah metodologi PenelitianTindakan Kelas, sudah melaksanakan langkah-langkah metode ilmiah tersebut sebagai sebuah prasyarat utama temuan penelitian dikatakan benar secara ilmiah dan sebagai prasarat utama pengetahuan dapat disebut/diklasifikasikan sebagai ilmu.
Dengan bantuan diagram alir (flow diagram) metode ilmiah pada Gambar 1 dan penjelasan tentang bagaimana penelitian tindakan kelas dikembangkan, kita bisa melihat bahwa, a) pada dasarnya penelitian tindakan kelas pada awalnya “sistem kerjanya’ tidak berbeda dengan system kerja metode ilmiah, para peneliti yang menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas, seperti halnya dalam kegiatan metode ilmiah, sebelum melakukan penelitian juga berangkat dari sebuah masalah penelitian, yang kemudian dilanjutkan dengan penyusunan kerangka berfikir dalam pengajuan hipotesis tindakan untuk memberikan ‘pembenaran’ rasional terhadap rumusan hipotesis yang ditetapkan. Hipotesis penelitian tindakan kelas berupa keyakinan peneliti secara rasional terhadap tindakan yang dipilihnya. Sampai pada ‘titik’ ini tidak ada perbedaan prinsipil (secara ontologi) yang mencolok antara metode penelitian tindakan kelas dengan langkah-langkah pada metode ilmiah. Pada ‘titik’ ini langkah-langkah dalam metode penelitian tindakan kelas tidak berbeda dengan langkah-langkah pada metode penelitian formallainnya yang berlandaskan kepada metode ilmiah, yaitu kegiatan pengujian ‘kebenaran’ secara deduktif. 2) langkah selanjutnya menurut diagram alir (flow diagram) metode ilmiah adalah kegiatan verifikasi terhadap hipotesis yang telah diajukan untuk membuktikan kebenaran empirik (induktif) dari rasionalisasi (hipotesis) yang telah diajukan sebelumnya.
Pada penelitian formal dalam bidang pendidikan (misal: quasi eksperimen), biasanya pada kegiatan ini, peneliti mencari kelas yang homogen dan mengelompokkanya dalam dua kelompok kelas, yaitu kelas sebagai kelompok perlakuan (eksperimen) dan kelas sebagai kelompok kontrol, masing-masing kelompok diupayakan (dikontrol) dalam kondisi yang tidak berbeda, dengan maksud untuk ‘menjamin’ bahwa hanya karena perlakuan saja sebuah perubahan dilihat. Masing-masing kelompok diberi perlakuan yang sama, kemudian dilihat hasilnya. Dengan bantuan statistik dapat ditetapkan sebuah hipotesis diterima atau ditolak. Pada penelitian tindakan kelas juga dilakukan kegiatan ‘verifikasi’ terhadap hipotesis yang diajukan (lihat siklus PTK pada Gambar 2), biasanya peneliti yang menggunakan metode penelitian tindakan kelas, setelah mengembangkan hipotesis penelitian, mereka melakukan kegiatan yang dikenal dengan nama tahap perencanaan, pada tahap ini peneliti merencanakan segala sesuatu yang terkait dengan rencana pada tahap implementasi tindakan (misalkan menetapkan keberhasilan tindakan yang diharapkan, mengembangkan perangkat, dll).
Setelah rencana-rencana pada tahap perencanaan telah berhasil diselesaikan, tahap selanjutnya adalah kegiatan pengimplementasian rencana-rencana yang telah disusun dalam tahap yang diberi nama implementasi tindakan, sambil melaksanakan tindakan peneliti melakukan observasi dan evaluasi terhadap kegiatan pada implementasi tindakan, peneliti mencatat segala temuan yang terkait dengan kegiatan implementasai tindakan. Langkah ini dimaksudkan sebagai bahan refleksi untuk perbaikan tindakan pada siklus selanjutnya. Jika hasil evaluasi menunjukkan bahwa target keberhasilan tindakan yang telah ditetapkan sebelumnya belum tercapai sesuai dengan apa yang diharapkan peneliti, maka kegiatan penelitian akan masuk pada siklus selanjutnya dengan materi yang berbeda sampai dengan target keberhasilan yang telah ditetapkan tercapai. Baru kemudian temuan penelitian ini disimpulkan.
Seperti telah penulis jelaskan pada paragraf sebelumnya, pada awalnya tidak ada perbedaan prinsipil (kalau tidak boleh disebut dengan pelanggaran) pada penelitian tindakan kelas dengan langkah-langkah metode ilmiah. Pada tahap ini metode penelitian tindakan kelas, juga berusaha mengembangkan kegiatan logiko-hipotetiko sebagai salah satu prasayarat pengetahuan dapat disebut sebagai ilmu dan sebagai prasyarat temuan penelitian dikatakan benar secara ilmiah.
Tahap selanjutnya adalah kegiatan verifikasi terhadap hioptesis yang diajukan untuk memberikan pembenaran secara empirik. Kritik yang muncul (menurut saya) terkait dengan kegiatan verifikasi hipotesis pada penelitian tindakan kelas, terletak pada keterpercayaan hasil temuan penelitian tindakan kelas. Mengapa hal ini muncul?, kemunculan kritik ini terkait dengan langkah pengujian hipotesis yang menurut pendapat pribadi penulis menimbulkan bias yang luar biasa besar, bias ini tentu saja mempengaruhi kesimpulan yang dihasilkan nantinya.
Sekarang mari kita lihat dimana letak kebias-anya dengan bantuan perbandingan dengan menggunakan penelitian pendidikan formal yang berlandaskan pada metode ilmiah. Dengan sebuah contoh berikut, setelah seorang peneliti berhasil mengembangkan logiko-hipotetiko, kewajiban selanjutnya untuk dapat mengklaim bahwa temuannya dapat disebut sebagai ilmu atau kebenaran temuannya dapat dikatakan benar secara ilmiah, peneliti harus bisa membuktikan (memverifikasi) hipotesisnya secara empirik. Pada penelitian formal dalam bidang pendidikan (kuasi eksperimen, seperti yang dicontohkan sebelumnya) peneliti berusaha mencari kelas yang benar-benar homogen dalam segi kemampuan siswa dan sebagainya, kemudian mengelompokannya dalam dua kelompok kelas, yaitu kelas eksperimen dan kelompok kontrol, masing-masing kelas mendapatkan perlakuan yang sama, materi yang sama, semuanya dijaga dengan perlakuan yang sama, kemudian dilihat dengan bantuan statistik apakah hipotesis yang diajukan ditolak atau diterima, jika diterima maka hipotesis tadi sudah mempunyai bukti secara empirik, dan layak disebut dengan ilmu. Pada penelitian tindakan kelas setelah peneliti mengembangkan hipotesis, agar temuanya dapat diakui sebagai ilmu, juga wajib melakukan kegiatan verifikasi untuk membuktikan bahwa hipotesisnya benar secara empirik. Jika kita asumsikan bahwa kegiatan siklus dalam PTK adalah kegiatan untuk membuktikan kebenaran empirik terhadap hipotesis yang diajukan, maka dapat dijelaskan lewat contoh berikut, seorang peneliti dengan menggunakan metodologi penelitian tindakan kelas, setelah berhasil mengembangkan hipotesis, kegiatan yang dilakukan adalah melaksanakan keseluruhan langkah-langkah yang tercantum dalam siklus penelitian tindakan kelas (gambar 2), peneliti memilih satu kelas (idealnya kelas yang dianggap bermasalah, dipilih pada awal pengembangan) pada kelas ini peneliti melakukan kegiatan perencanaan, implementasi tindakan, observasi dan evaluasi, dan refleksi.
Jika satu siklus ini ternyata target keberhasilan tindakan belum juga tercapai maka akan diulang pada siklus selanjutnya sampai indikator keberhasilan yang telah ditetapkan tercapai. Kegiatan verifikasi terhadap hipotesis (ingat dengan asumsi kita) semacam ini banyak memunculkan kritik, salah satunya seperti penulis sebutkan di atas, ‘apa jaminan bahwa temuan penelitian tindakan kelas disebabkan oleh hipotesis yang diajukan?, “jangan-jangan meningkatnya (misalkan:hasil belajar) bukan disebabkan oleh (misalkan: metode x) seperti yang telah disebutkan dalam hipotesis?, “apa jaminan bahwa keberhasilan tindakan pada siklus tertentu disebabkan oleh tindakan yang dipilih dan direvisi?, jangan-jangan materi pada siklus itu memang lebih mudah dibandingkan dengan siklus sebelumnya, atau jangan-jangan siswa sudahmulai ‘peka’ dengan metode pembelajaran x tersebut?. Meminjam pernyataan Profesor Ahmad Tafsir (dengan tambahan-tambahan hiperbolik dari saya he…he...JJ), temuan penelitian tindakan kelas seperti cerita “gerhana matahari dan kentongan” (mau tahu ceritanya?) 'di Lumajang bila terjadi gerhana matahari, semua penduduk sibuk memukul kentongan, jika kita coba tanya pada mereka ‘mengapa memukul kentongan’, mereka menjawab ‘agar matahari muncul kembali’, setelah kita tunggu beberapa saat, ajaib matahari benar-benar bersinar lagi (sumpah Broo.., kalau ndak percaya buktikan saja…JJ), namun pertanyaannya adalah ‘apakah munculnya matahari karena dipukulnya kentongan?’, atau ‘jangan-jangan jika penduduk desa tidak memukul kentongan matahari juga tetap muncul? (untuk pertanyaan terakhir ini saya tidak bisa menjawab, soalnya saya orang Lumajang, pada saat terjadi gerhana matahari saya ikut-ikutan pukul kentongan he…he…JJ)’
Pertanyaan-pertanyaan tersebut di atas jarang ditemukan pada penelitian-penelitian formal, karena dalam penelitian formal biasanya hal semacam ini sangat dijaga (dikontrol), agar hanya variabel yang ingin diukur saja yang mempengaruhi kegiatan penelitian, variabel lain di kontrol pengaruhnya (pada penelitian true eksperimen pengontrolan variabel lebih ekstrim lagi).
Temuan-temuan penelitian tindakan kelas, bila kita tinjau dari perspektif filsafat ilmu (menurut saya) memang masih banyak menyisakan banyak pertanyaan. Dan bila kita ‘saklek’ dengan definsi temuan penelitian dikatakan ilmiah jika sesuai dengan metode ilmiah, maka penelitian tindakan kelas mempunyai kelemahan (permasalahan) dalam kegiatan pembuktian hipotesis secara empirik. Sehingga bila kita tinjau hanya dari satu sisi aspek ini (metode ilmiah) saja, maka temuan penelitian tindakan kelas agaknya masih menyisakan banyak pertanyaan tentang keilmiahannya (keilmiahan temuannya). Sehingga penyimpulan hasil temuan dalam penelitian tindakan kelas harus dimaknai secara hati-hati, maksudnya bahwa temuan penelitian ini, jelas tidak dapat digeneralisasikan terhadap semua populasi.
Namun demikian ‘permasalahan ketidak ilmiahan’ ini sebenarnya sudah banyak diakui oleh ahli-ahli penelitian tindakan kelas, mereka sering menyatakan dalam tulisan-tulisannya bahwa hipotesis penelitian tindakan hanya berupa keyakinan peneliti terhadap sebuah tindakan yang dipilih, dan kegiatan penelitian tindakan kelas bukan dimaksudkan untuk mengembangkan ilmu (dengan kata lain siklus dalam PTK bukan dimaksudkan untuk memverifikasi hipotesis) namun dimaksudkan untuk perbaikan praktis. Pertanyaan selanjutnya apa dasar filosofis ‘pembenaran’ temuan penelitian tindakan kelas?, atau dengan kalimat lain ‘kalau begitu kebenaran penelitian tindakan kelas ini, termasuk dalam golongan kebenaran yang mana?.
Pada sub bab berikutnya akan penulis uraikan dasar filosofis penelitian tindakan kelas.
Temuan Penelitian Tindakan Kelas Termasuk Golongan Kebenaran yang Mana
Jika Saudara sependapat dengan kesimpulan saya, bahwa temuan penelitian tindakan kelas masih menyisakan banyak pertanyaan tentang keilmiahan temuannya. Maka tugas kita yang paling pokok adalah ‘menelusuri’ apa yang mendasari secara filosofis (apa dasar filosofis kebenarannya) sehingga ‘lahir’ metodologi penelitian tindakan kelas. Karena saya percaya bahwa sebuah kelahiran, muncul karena ada sebab (saya lahir di dunia disebabkan apa ya…JJ), sebuah kelahiran metodologi penelitian tertentu pasti dilandasi oleh dasar filosofis tertentu. Salah satu ‘jalan’ yang dapat kita lalui untuk sampai pada landasan filosofis yang mendasari penelitian tindakan kelas adalah dengan menelusuri kriteria mengenai kebenaran.
Secara teoritis dikenal macam-macam teori kebenaran, antara lain sebagai berikut (saya comot dari buku Prof. Jujun Surya Sumatri).
Teori koherensi, menurut teori ini sesuatu (pernyataan) dikatakan benar jika sesuatu itu (pernyataan itu) bersifat koheren atau konsisten dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya yang dianggap benar. Bila kita menganggap bahwa ‘semua manusia pasti mati’ adalah suatu pernyataan yang benar, maka pernyataan bahwa ‘si fulan adalah seorang manusia, dan si fulan pasti akan mati” adalah benar pula, karena pernyataan kedua konsisten dengan pernyataan yang pertama.
Teori korespondensi, menurut penganut teori korespondensi suatu pernyataan dikatakan benar jika ‘materi’ pengetahuan yang dikandung pernyataan itu berkorespondensi (berhubungan) dengan objek yang dituju oleh pernyataan tersebut. Misalkan jika seseorang mengatakan bahwa Ibu kota propinsi jawa timur adalah Surabaya, maka pernyataan tersebut dikatakan benar, sebab secara faktual ibu kota propinsi jawa timur memang Surabaya.
Teori kebenaran ilmiah,
Teori kebenaran ilmiah merupakan penggabungan antara teori kebenaran koherensi dan teori korespondensi. Penalaran teoritis yang berdasarkan logika deduktif jelas menggunakan teori koherensi. Sedangkan pembuktian secara empirik dalam bentuk pengumpulan fakta-fakta yang mendukung suatu pernyataan tertentu menggunakan teori korespondensi (induktif).
Teori Kebenaran Pragmatis,
Teori kebenaran pragmatis, suatu kebenaran diukur dengan kriteria apakah pernyataan tersebut bersifat fungsional dalam kehidupan praktis. Artinya sesuatu itu dikatakan benar jika mempunyai kegunaan praktis dalam kehidupan manusia. Dari uraian tentang teori-teori kebenaran di atas, agaknya sudah mulai tampak “titik terang” mengenai posisi ‘kebenaran’ temuan penelitian tindakan kelas. Dari sudut pandang terhadap peran pengetahuan dan penerapannya, agaknya penelitian tindakan kelas cenderung ‘tertolak’ oleh orang-orang yang menganut pada empirisme, logis (rasionalisme), atau gabungan keduanya. Sebaliknya, penganut pragmatisme dan materilisme dialektis akan menerima kebenaran penelitian tindakan kelas, karena mereka beranggapan bahwa sesuatu itu dikatakan benar jika mempunyai kegunaan praktis dalam kehidupan manusia.
Dalam hal ini posisi penelitian tindakan kelas dipandang sebagai alat untuk memperbaiki situasi/permasalahan pembelajaran di dalam kelas, bukan dimaksudkan untuk membangun teori. Terkait dengan hal di atas menurut pendapat pribadi saya adalah tidak ‘bijaksana’ mempertentangkan sesuatu hal yang mempunyai landasan filosofis berbeda, karena sama saja dengan kita mempertentangkan sebuah penilaian terhadap sesuatu dengan menggunakan prinsip indikator kebenaran yang berbeda. Penelitian tindakan kelas dengan filosofis dasar pragmatisme yang percaya bahwa sesuatu dikatakan benar jika mempunyai kegunaan praktis kemudian ‘diadu’ dengan teori kebenaran lain, misalkan kebenaran ilmiah yang mempunyai indikator kebenaran yang berbeda 180 derajat dengan teori kebenaran yang pertama, tentu saja tidak akan pernah sampai pada satu titik temu, seperti dua buah garis sejajar yang tidak akan pernah bertemu sampai kapanpun dan dimanapun. (seperti aku dan engkau yang tidak akan pernah bersatu sampai kapanpun…JJ)
Posisi saya dalam menyikapi hal ini, memilih dalam posisi ‘bermuka dua’ dalam artian, jika penelitian kita dimaksudkan untuk membangun sebuah teori/ilmu/dapat digeneralisasi pada populasi lebih luas, maka jangan sekali-kali menggunakan metodologi penelitian tindakan kelas, sebaliknya jika penelitian dimaksudkan untuk perbaikan praktis kualitas pembelajaran di dalam kelas agaknya metodologi penelitian tindakan kelas merupakan pilihan yang paling tepat, daripada sekedar tahu bahwa metode X lebih baik dari metode Y, tanpa ada konstribusi ‘luar biasa’ dalam perbaikan praktis pembelajaran di dalam kelas.
Kesimpulan:
Mengurai kebenaran temuan penelitian tindakan kelas dalam perspektif filsafat ilmu, akan banyak menyisakan pertanyaan akan keilmiahan temuan penelitian tindakan kelas, hal ini terkait dengan permasalahan verifikasi dalam pembuktian kebenaran empirik hipotesis yang diajukan. Dan permasalahan ini juga di akui secara terbuka oleh ahli penelitian tindakan kelas, mereka sering menyatakan dalam tulisan-tulisannya bahwa hipotesis penelitian tindakan hanya berupa keyakinan peneliti terhadap sebuah tindakan yang dipilih, dan kegiatan penelitian tindakan kelas bukan dimaksudkan untuk mengembangkan ilmu (membuat teori) namun dimaksudkan untuk perbaikan praktis.
Men-judge (menghakimi) bahwa temuan penelitian tindakan kelas adalah tidak benar, hal itu juga bukan sebuah keputusan yang bijaksana, karena sesunguhnyalah kita banyak berhadapan dengan pruralitas kriteria kebenaran dengan dasar-dasar filosofis yang berbeda-beda di dunia ini. Penelitian tindakan kelas boleh jadi memang tidak benar secara ilmiah karena ‘melanggar’ aturan yang digariskan oleh metode ilmiah. Tetapi boleh jadi dianggap benar jika kita meninjau dari persepektif filosofis yang berbeda (pragmatisme dan materialisme dialektis misalnya), dan begitu sebaliknya temuan penelitian yang diklaim benar secara ilmiah oleh metode ilmiah, bagi pragmatisme dan materialisme dialektis tidak lebih seperti ‘sampah’ yang tidak banyak manfaatnya bagi perbaikan praktis kehidupan manusia. Adalah tidak elok kiranya kita ‘mempertentangkan’ keduanya, atau memaksakan salah satunya, karena keduanya mempunyai dasar filosofis kriteria benar yang berbeda.
Menyitir pendapat Paul Feyerabend bahwa tidak seharusnya kita mengasumsikan superioritas dari metoda saintifik modern, kita tidak bisa memprediksi seperti apa pengetahuan di masa depan akan berbentuk, karena itu kita tidak perlu membatasi diri hanya pada satu metoda untuk meraih pengetahuan, kita tidak boleh melarang upaya-upaya intelektual masa depan dengan membatasi hanya pada satu paradigma sempit menggunakan “model-model fisika”
Akhirnya kritikan dan saran, atau ‘ketidak setujuan’, ‘kesetujuan’,‘makian’, ‘pujian’ terhadap isi tulisan saya ini, dapat disampaikan pada email berikut:
Baskoro Adi Prayitno
FKIP UNS Surakarta
Jl. Ir. Sutami 36A Kentingan Surakarta, Central Java, 57126 Indonesia
Visit MyBlogLog and get a signature like this!

Panduan Praktis Filter E-mail..

Anda mungkin menerima banyak email setiap hari, sehingga beberapa email (ironisnya, email yang penting) justru terlewat dan tak terbaca karena tertimbun dalam tumpukan email yang datang dari menit ke menit. Problem ini "mungkin" sangat mengganggu, jika Anda menjadi member dari beberapa mailling-list sekaligus. Bagaimana cara mengatasinya?
Untuk memudahkan Anda memonitor email yang masuk dan membacanya, Anda bisa memfilter email dengan memasukan, secara otomatis, ke kantong-kantong khusus (folder). Email bisa difilter berdasarkan pengirim, subyek (judul email), atau kata kunci tertentu di tubuh surat. Caranya? Jika Anda memakai Yahoo :
1. Buat kantong (Folder).
Caranya: Klik ADD folders (di atas, sebelah kiri) , dan namai sesuai yang diinginkan. Isikan nama folder (Misalnya: JARDIKNAS). Lalu, klik OK.
2. Setelah itu klik MAIL OPTIONS di sudut kanan-atas (jika Anda memakai Yahoo)
3. Ada banyak sub-menu disitu. Klik FILTERS (di bawah, paling kiri)
4. Klik ADD
5. Sekarang Anda bisa memilih atas dasar apa email difilter. Dalam kasus JARDIKNAS, Anda bisa frase "[jardiknas] " pada SUBJECT.
6. Pada MOVE MESSAGE TO, pilih folder yang sesuai. (tentu saja: JARDIKNAS)
7. Klik SAVE. Dan selesai sudah prosesnya. Begitulah...Dengan teknik tadi Anda bisa memfilter email yang masuk. Ini seperti kita membuat laci surat dalam lemari; surat yang masuk otomatis tersimpan ke laci yang kita maui. Jadi, email di INBOX berarti adalah email pribadi. Sedang semua yang masuk ke folder JARDIKNAS merupakan email dari milis jardiknas. Bahkan, bisa pula mengirim email tertentu (dari pengirim atau subyek tertentu) langsung ke tempat sampah. Yakni, dengan memilih "specified folder" TRASH atau DELETED FOLDER.
Selamat mencoba! Semoga bermanfaat.
Salam hangat dari Samarinda, Kaltim

Guruku gmn sich?

Salam pendidikan,
Menarik dan bagus banget judul aslinya "Guru Kurang Mampu Kembangkan Kurikulum", tapi sangat disayangkan mengapa demikian, tentunya ketika melontarkan hal tersebut sudah menyiapkan solusinya bukan hanya sekedar cuap2 saja, "maaf kalau kata2 saya kurang berkenan".
Ada akibat pasti ada sebab, untuk itu carilah sebabnya dulu yang mengakibatkan guru kurang mampu mengembangkan kurikulum kemudian berikanlah solusinya. Mungkin demikan cara yang santun. Untuk itu mari kita share pengalaman. Ini sedikit pengalaman saya:
1. Guru kurang mampu mengembangkan kurikulum karena memang guru dari semula tidak bekerjan dilapangan, paling banter penelitian, itupun yang mendapat kesempatan sedikit sekali. Mengapa lagi kan?
2. Karena biaya, jelas guru tidak akan mampu membiayai sendiri apa yang ingin dijadikan bahan praktek atau reset untuk sebuah gagasannya. Mengapa lagi?
3. Karena guru gajinya kecil, dan pemerintah selalu beralasan tidak ada dana karena anggaran kecil. Mengapa lagi?
4. gak tahulah hal itu ...
banyak oknum yang tidak peduli dengan anak bangsa kali?
Solusi:
1. Kalau memang guru ingin mengembangkan kurikulum harus bekerja dulu di gembleng minimal 2 tahun dibidangnya.
2. Setelah kembali ke sekolah yang didapat di dunia usaha dah industri diajarkan kepada anak didiknya dengan tulus.
3. Harus memiliki jiwa trainer atau melatih, sehingga kurikulum tidak menoton seperti jaman dulu tapi harus kombinasi dengan pelatihan. Kerugian memakan waktu lama karena jam terbang untuk pelatihan itu lebih banyak.
4. Keberhasilan prosentasenya lebih besar, tapi "pemerintah pasti tidak mau melaksanan". Mengapa lagi kan.
5. Ya itu tadi oknum pemeritah belum peduli dan belum sadar dalam menyiapkan anak bangsa untuk mewariskan kemerdekaan ini, merdeka yang sebenar-benarnya.
6. Itulah tantangan guru yang berat, karena kalah oleh mesin politik.
7. Silahkan rekan2 yang lain menambahkannya.
Ini adalah tantangan para pendidik sejati sesuai perkembangan jaman. Semoga bermanfaat.
Re: Guru Kurang Mampu Kembangkan Kurikulum
Posted by: "beslon samosir" samosir_b@yahoo. com

Kisah Nyata dari AFI

Dua hari yang lalu gue ketemu dengan salah seorang AFI (Akademi Fantasi Indosiar). Selain lepas kangen (he..he) gue juga dapat cerita seru dari kehidupan mereka. Di balik image mereka yang gemerlap saat manggung atau ketika nongol di teve, kehidupan artis AFI sangat memprihatinkan. Banyak di antara mereka yang hidup terlilit utang ratusan juta rupiah. Pasalnya, orang tua mereka ngutang ke sana-sini buat menggenjot sms putera-puteri mereka. Bisa dipastikan tidak ada satu pun kemenangan AFI itu yang berasal dari pilihan publik. Kemenangan mereka ditentukan seberapa besar orang tua mereka sanggup menghabiskan uang untuk sms.
Orang tua Alfin dan Bojes abis 1 M. Namun mereka orang kaya, biarin aja. Yang kasian mah, yang kaga punya duit. Fibri (AFI 005) yang tereliminasi di minggu-minggu awal kini punya utang 250 juta. Dia sekarang hidup di sebuah kos sederhana di depan Indosiar. Kosnya emang sedikit mahal Rp. 500.000,-/bln. Namun itu dipilih karena pertimbangan hemat ongkos transportasi. Kos itu sederhana (masih bagusan kos gue gitu loh), bahkan kamar mandi pun di luar. Makannya sekali sehari. Makan dua kali sehari sudah mewah buat Fibri. Kaga ada dugem dan kehidupan glamor, lha makan aja susah. Ada banyak yang seperti Fibri. Sebut saja intan, Nana, Yuke, Eki, dll. Mereka terikat kontrak ekslusif dengan manajemen Indosiar. Jadi, kaga bisa cari job di luar Indosiar. Bayaran di Indonesiar sangat kecil.
Lagian pembagian job manggung sangat tidak adil. Beberapa artis AFI seperti Jovita dan Pasya kebanjiran job, sementara yang lain kaga dapat/jarang dapat job. Maklum artisnya sudah kebanyakan. Makanya buat makan aja mereka susah. Temen gue malah sering dijadiin tempat buat minjem duit. Minjemnya bahkan cuma Rp. 100.000,- Buat makan gitu loh.
Mereka ga' berani minjem banyak karena takut ga' bisa bayar. Ini benar-benar proyek yang tidak manusiawi. Para orang tua dan anak Indonesia dijanjikan ketenaran dan kekayaan lewat sebuah ajang adu bakat di televisi. Mereka dikontrak ekslusif selama dua tahun oleh Indosiar. Namun, tidak ada jaminan hidup sama sekali. Mereka hanya dibayar kalo ada manggung. Itu pun kecil sekali, dan tidak menentu.
Buruh pabrik yang gajinya Rp. 900.000,- jauh lebih sejahtera daripada mereka. Nah acara ini dan acara sejenis masih banyak, Pildacil juga begitu. Kasian orang tua dan anak yang rela antre berjam-jam untuk sebuah penipuan seperti ini. Seorang anak pernah menangis tersedu-sedu saat tidak lolos dalam audisi AFI. Padahal dia beruntung. Kalau dia sampai masuk, bisa dibayangkan betapa dia akan membuat orang tuanya punya utang yang melilit pinggang, yang tidak akan terbayar sampai kontraknya habis.
JUDI SMS MENGGILAAAA ......Tiap stasiun televisi di Indonesia mempunyai acara kontes-kontesan. Tengok saja misalnya AFI, Indonesian Idol, Penghuni Terakhir, KDI, Putri Cantrik, dsb. Sejatinya, tujuan dari acara ini bukan mencari bibit penyanyi terbaik. Acara ini hanya sebagai kedok. Bisnis sebenarnya adalah SMS premium... Bisnis ini sangat menggiurkan, lagi pula aman dari jeratan hukum --setidaknya sampai saat ini. Mari kita hitung.
Satu kali kirim SMS biayanya --anggaplah-- Rp. 2000,- Uang dua ribu rupiah ini sekitar 60%untuk penyelenggara SMS Center (Satelindo, Telkomsel, dsb). Sisanya yang 40% untuk "bandar" (penyelenggara) SMS. Siapa saja bisa jadi bandar, asal punya modal untuk sewa server yang terhubung ke Internet nonstop 24 jam per hari dan membuat program aplikasinya. Jika dari satu SMS ini "bandar" mendapat 40% (artinya sekitar Rp. 800,-), maka jika yang mengirimkan sebanyak 5% saja dari total penduduk Indonesia (Coba anda hitung, dari 100 orang kawan anda, berapa yang punya handphone? Saya yakin lebih dari 40%), maka bandar ini bisa meraup uang sebanyak Rp.80.000.000.000,- (baca: Delapan puluh milyar rupiah). Jika hadiah yang diiming-imingkan adalah rumah senilai 1 milyar, itu artinya bandar hanya perlu menyisihkan 1,25% dari keuntungan yang diraupnya sebagai "biaya promosi"!
Dan ingat, satu orang biasanya tidak mengirimkan SMS hanya sekali. Masyarakat diminta mengirimkan SMS sebanyak-banyaknya agar jagoannya tidak tersisih, dan "siapa tahu" mendapat hadiah. Kata "siapa tahu" adalah untung-untungan, yang mempertaruhkan pulsa handphone. Pulsa ini dibeli pakai uang. Artinya : Kuis SMS adalah 100% judi. Begitu menggiurkannya bisnis ini, sampai-sampai Nutrisari membuat iklan yang saya pikir menyesatkan. Pemirsa televisi diminta menebak, "buka" atau "sahur", lalu jawabannya dikirim via SMS. Ada embel-embel gratis. Ada kata, "dapatkan handphone..." Saya bilang ini menyesatkan, karena pemirsa televisi bisa menyangka: "Dengan mengirimkan SMS ke nomor sekian yang gratis (toll free), saya bisa mendapat handphone gratis".
Kondisi ini sudah sangat menyedihkan. Bahkan sangat gawat. Lebih parah daripada zaman Porkas atau SDSB. Jika dulu, orang untuk bisa berjudi harus mendatangi agen, jika dulu zaman jahiliyah orang berjudi dengan anak panah, sekarang orang bisa berjudi, hanya dengan beberapa ketukan jari di pesawat handphone!
Tolong bantu sebarkan kampanye anti judi SMS ini.
Tanpa bantuan anda, kampanye ini akan meredup dan sia-sia belaka

CISCO "CCNA Exploration 1-4"

Dear All,
Mohon maaf mengganggu rekan-rekan.
.... numpang iklan yang berhubungan dengan pendidikan.
Cisco Networking Academy Program (CNAP) merupakan model belajar dengan konsep e-learning yang seluruh materinya dapat diperoleh melalui Web. Program ini juga dilengkapi dengan praktek langsung di lab dengan memanfaatkan perangkat networking dari Cisco Systems. Dengan memanfaatkan metode e-learning ada banyak kelebihan yang dapat ditawarkan oleh program ini. Secara umum, program ini menawarkan :
1.On-line management system untuk penyampaian kurikulum, ujian, materi bagi para Peserta. 2.Materi kurikulum yang sama dan diakses oleh peserta program ini di seluruh dunia. 3.Menitikberatkan pada praktek langsung mempergunakan perangkat networking. 4.Berkesempatan untuk mendapatkan sertifikat yang diakui internasional.
5.Instruktur berpengalaman dibidang jaringan.
CCNA Exploration 1 - 4 Cisco Networking Academy Program
Tanggal Pelaksanaan : 30 Agustus – 09 November 2008 (Sabtu &Minggu)
Waktu : Pukul 09.00 - 17.00 WIB
Biaya : Rp. 5.500.000 / per orang
Durasi : 140 Jam
Peserta : Mahasiswa, Umum, Profesional IT
Fasilitas Training:
1. Skill praktek langsung di LAB dgn Router Cisco dan Cisco Catalyst switch
2. Komputer Pentium 4 (Monitor LCD, Ram 1 GB, Hdd 80 GB)
3. Akses Internet Gratis
4. Full AC
5. LCD Projector
6. Lunch + Coffeebreak
7. Sertifikat
8. Modul CCNA Exploration 1 - 4 + CD Tools
Tempat Training : PT. Multi Informatika Solusindo Training & Consulting
Jl. Pahlawan Revolusi No. 12 C - Pondok Bambu Jakarta Timur - DKI Jakarta 13420
Phone : 021 8603059, Fax : 021 86612616
Untuk informasi lebih lanjut, silahkan hubungi :
Sdr. Rudi (021) 8603059
SalamYM-Chat : training.multi

5 TIPS JITU SAAT DIWAWANCARA DI TV

1. Hindari menjawab dengan penggunaan kata "Saya fikir". Kata tersebut melemahkan argumentasi anda terhadap pertanyaan yang diajukandan terdengar membosankan. Kata tersebut tidak memberikan nilai tambah dan seharusnya dihindarkan.
2. Kenakan jaket dari bahan yang gelap pada saat interview tentang bisnis. Pakaian ini membuat fokus, menambah karisma, kredibilitas dan kepercayaan diri menjadi lebih menonjol.
3. Hindari pakaian putih tanpa menggunakan jaket. Pakaian putih tanpa menggunakan jaket gelap membuat kepala anda menjadi kusam, hindari cara berpakaian seperti ini.
4. Hindari melihat langsung ke kamera melainkan lihat kepada pewawancara. Hindari untuk melihat langsung kamera pada saat diwawancara, melainkan fokuslah pada pewawancaranya.
5. Hindari minuman yang mengandung alkohol, cafferin, susu dan banyak latihan sebelum wawancara dilakukan. Susu akan membuat nafas anda menjadi kurang segar pada saat wawancara, sedangkan minuman yang mengandung alkohol dan caffein akan membuat anda menjadi sering ke toilet. Jangan lupa untuk berlatih, bila perlu diadakan simulasi sebelum wawancara yang sebenarnya dilaksanakan.
Selamat tampil di TV....
IBSC TV Presenter

RAMADHAN

BULAN RAHMAT, BERAMAL SOLEH DAN BERPUASA
Bulan Ramadhan benar-benar memberikan pulangan yang besar dan ibarat pasar untuk dagangan ke akhirat. Ditamsilkan juga seperti tanah yang subur untuk bercucuk tanam menuju ke sana. Perbuatan yang hidup dan cergas di dalam bulan ini dikiaskan seperti hujan April yang turun pada musim bunga. Bulan ini juga merupakan festival yang amat mulia bagi orang-orang yang mengabdikan diri kepada tuhannya. (The Risale-i Nur Collection, Letters, The Twenty-Ninth Letter).

Seperti yang diungkapkan Bediuzzaman Said Nursi kepada kita melalui kalimat yang indah ini, bulan Ramadhan mempunyai kuasa suci bagi perayaan umat Islam. Umat Islam yang bertakwa dan hidupnya sentiasa mencari keredhaan Allah tidak akan mengabaikan kewajipannya untuk berpuasa sepanjang bulan ini dengan penuh semangat dan keghairahan.

Puasa, seperti yang diwajibkan Allah "Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa" (Surah al-Baqarah: 183) dan "...berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui" (Surah al-Baqarah: 184) merupakan tugas yang tidak ternilai faedahnya bagi umat Islam. Kewajipan yang dilaksanakan oleh semua umat Islam akan meningkatkan semangat perpaduan di kalangan mereka yang bertebaran di serata alam. Kenyataan ini berdasarkan dengan aktiviti yang dilakukan bersama-sama ini sekaligus menguatkan kekuatan spiritual. Nabi Muhammad s.a.w. juga memperincikan kepentingan Ramadhan seperti berikut:

"Hai manusia! Telah datang kepada kamu satu bulan yang mulia, bulan rahmat... dimana bulan ini mewajibkan kamu berpuasa di siang hari dan sukarela bersolat pada malamnya. Barangsiapa yang mendekati Allah dengan melakukan segala amalan sunat di bulan ini akan menerima ganjaran seperti melakukan amalan wajib di lain hari. Ini merupakan bulan kesabaran dan kesabaran itu imbuhannya syurga. Ini juga bulan sedekah dan bulan dimana rezeki orang beriman bertambah..." (Diriwayatkan Ibn Khuzaymah).

Berpuasa menjadi peluang keemasan bagi orang beriman yang benar-benar takutkan Allah dan kesempatan dimanfaatkan untuk mendekatkan diri pada-Nya. Melaksanakan perintahnya dengan bersabar menahan lapar sepanjang hari selepas melewatkan sahur dan sebelum menyegerakan berbuka menjadi bukti menuntut keredhaan Allah. Disebabkan itulah, orang Islam yang istiqomah mencari keredhaan Allah akan meraikan bulan ini dengan penuh kesyukuran dan kegembiraan. Sepanjang bulan ini juga umat Islam akan memastikan setiap langkahnya dipenuhi dengan amalan-amalan yang diturunkan Allah selain menunaikan yang diwajibkan.

Tidak kurang juga mereka yang tidak mengamalkan hidup secara Islami di hari lain akan mengubah perilaku dengan berpuasa sepanjang Ramadhan. Ini kerana mereka percaya Allah akan membersihkan dan menyucikan kesalahan mereka dengan menunaikan kewajipan ini. Dengan itu, secara tidak langsung bulan ini bermakna seseorang itu akan mendekati agamanya dan meninggalkan perbuatan buruk yang dilakukannya.

Bulan ini juga sesungguhnya telah menurunkan kadar jenayah dengan peratusan yang tinggi di seluruh negara Islam. Penipuan, pengkhianatan, fitnah dan umpat mengumpat akan ditinggalkan kerana mereka menyedari akan larangan ketika berpuasa. Semangat dan keazaman mereka untuk berfikir dan melakukan perbuatan baik juga meningkat. Dalam arti kata lain, berpuasa seperti memandu mereka untuk berfikir sesuatu yang tidak pernah terlintas langsung di minda mereka. Bagi sesetengah individu pula, bulan ini digunakan untuk berehat sambil melakukan amal yang soleh dan perbuatan mulia.

Di dalam kalimat yang lain, Bediuzzaman Said Nursi menerangkan bagaimana semua pancaindera orang berpuasa beralih arah dalam pengabdian: Kejayaan yang bermakna ketika berpuasa ialah dengan menjadikan semua pancaindera dan organ seperti mata, telinga, hati, dan fikiran turut sama berpuasa bersama-sama perut. Dengan ini akan mengelakkannya dari melakukan perkara yang sia-sia dan mendorongnya melakukan amalan pengabdian.

Salah satu hikmah dari berpuasa ialah membolehkan seseorang itu menzahirkan kesyukuran di atas segala rahmat yang Allah limpahkan. Musibatlah bagi mereka yang menggunakan sewenangnya rahmat Allah tetapi tidak tahu untuk berterima kasih pada yang memberi. Bagi mereka semua rahmat ini merupakan hak yang memang patut diterimanya. Allah banyak menyarankan kepada hamba-Nya di dalam Al-Quran supaya sentiasa bersyukur di atas rahmat yang dikurnai-Nya. Allah juga berjanji akan melipatgandakan rahmat bagi mereka yang bersyukur.

Orang yang berpuasa juga akan dilindungi Allah dari segala hasutan syaitan untuk melupakan manusia dari bersyukur. Mereka yang tidak pernah merenung untuk berfikir berapa banyak kurniaan yang telah Allah turunkan akan mula mengucapkan syukur berulang kali di atas segala peluang dan kesihatan yang dikecapinya. Bediuzzaman Said Nursi megatakan bahwa berpuasa di bulan Ramadhan adalah "kunci kepada kebenaran, keikhlasan, kemuncak dan kesejagatan syukur".

Tambahan pula, mereka yang berpuasa akan merasai betapa kerdilnya dirinya di hadapan Allah dan memahami betapa perlunya dirinya kepada Allah. Segala desakan nafsunya menjadi lemah dan kesombongannya bertukar luntur. Memetik dari buku Bediuzzaman Said Nursi: Bulan Ramadhan akan mengubah jiwa naluri seseorang. Dari sekaya-kaya menjadi semiskin-miskin kerana memahami bahwa harta itu bukan miliknya malah kepunyaan semua orang. Dirasakan juga dirinya tidaklah merdeka tetapi adalah hamba. Diketahui sekiranya tidak diterima sebarang arahan, tidak akan berupaya melakukan sebarang kerja mudah dan senang ibarat tidak dapat menyentuhkan tangan ke dalam air.

Selain pelbagai faedah yang diperolehi dari berpuasa, kesabaran juga antara karakter yang boleh dipupuk dan meyakini kesengsaraan itu mendidik untuk memajukan seseorang. Sebab itulah Bediuzzaman Said Nursi mengatakan: "puasa itu merupakan penawar bagi mereka yang kurang kesabaran dan kurang ketahanan walaupun digabungkan masalah dua orang dalam satu individu". Semua ganjaran yang Allah janjikan akan dikurniakan bagi mereka yang memenuhi kewajipan dengan berpuasa untuk meningkatkan keimanan kepada-Nya. Semua ganjaran ini merupakan balasan di atas ketaatan kepada agama yang dilakukan dengan penuh semangat walaupun orang lain tidak tahu betapa payahnya ketika berhadapan dengan kelaparan ini.Apa yang dijelaskan tidaklah merangkumi semua faedah yang diperolehi dari bulan Ramadhan dan puasa.
Ada banyak lagi kebaikan yang tidak kita ketahui atau tidak dihargai tetapi Allah tetap mengurniakannya pada kita di sebalik kewajiban puasa itu.